Sejak
lama, dalam satu terik sinar mentari menyimpan pesona warna yang beraneka. Kita
telalu lengah untuk memperhatikannya. Entah karena keseharian kita yang terus
menuntut tugas demi tugas untuk diselesaikan. Entah karena mata hati kita yang
buta. Entah dari faktor lain yang kita malas menelusuri. Yang jelas kita jarang
melihat warna-warna itu, sebab kita telah disibukkan oleh teriknya yang
mengingit kulit. Panasnya yang memeras keringat dari pori-pori, kita pun
menjadi gerah. Namun, ada waktu ketika gerimis tesemai disekujur terik.
Membiarkan warna sinar terlihat dengan jelas. Hingga kita sadar bahwa keindahan
pelangin itu tak terlihat seketika, ada cara agar kita mampu memandangnya.
Yakni dengan jatuhnya rinai-rinai air. Bisa jadi terik itu adalah cobaan yang
memanahi diri berkali-kali dan hujan itu adalah rintik-rintik air mata. Pelangi adalah pesona hikmahnya.
Adakalanya,
kesedihan dan kebahagiaan adalah anugerah
Allah. Tinggal bagaimana cara kita menyikapi anugrah itu. Tidak adil kalau kita cuma mau yang baik-baik saja.
Ketika diminta bersabar, eh amarah kita malah melebar. dengan mengembalikan
segala sesuatu ke hadirat-Nya. Insya Allah semua jadi lebih ringan karena kita
sudah berbaik sangka atas semua kehendak-Nya. Yakinlah kalau kesedihan yang
hadir adalah karunia pilihan Allah yang harus kita lalui untuk kebaikan diri. Kesedihan jadi indah saat ia jadi salah satu
alasan untuk kita merapat kepada-Nya.
saat rindu bersidekap dengan rindu. Sebab kerinduan kita pada-Nya sering
terkikis kealpaan. Kita jadi dibuat kembali merindu. pada yang sepatutnya untuk
kita rindui. Indah lagi mengindahkan.
Adakalanya,
kesedihan adalah giliran untuk saling melengkapkan. Ada mungkin dari kita yang
menonton film Pondok Buruk. Digambarin
kalau kemurungan yang identik sama karakter tokoh sadness, itu jelek. Di paruh
terakhir film, baru lah penonton sadar bahwa sebenarnya kesedihan sering jadi
alasan bagi hadirnya kepedulian dari orang-orang tersayang. Yakinlah kalau
kesedihan yang hadir adalah kesempatan untuk melibatkan mereka ke dalam diri
kita yang seutuhnya. Sebagai cara Allah untuk meperlihatkan siapa yang peduli
dan siapa yang berpura-pura. Kesedihan jadi indah saat ia jadi salah satu
alasan untuk kita merapatkan hubungan dengan sesama. Saling topang, saling isi.
Adakalanya,
sedih adalah sedih. Titik. Kalau kita mau sedih, ya sedih ajalah. Kecuali sedihnya
di kamar orang tua tetangga, kan gak sopan Gan ! Jangan dibiasain memendam
kesedihan yang bisa jadi bom waktu di masa depan. Nangis ya nangis aja. Marah
ya marah aja. Ketawa juga ya ketawa aja. Jadilah kita yang alami, waras dan
hidup sepenuhnya. tetaplah menjadi manusia. Yang tidak dibenarkan adalah
keterlampauan dalam meratapi kesedihan. Karena Allah gak suka orang yang
berlebihan itu datangnya bukan dari iman tapi dari setan. Kesedihan jadi indah saat ia jadi salah satu
alasan untuk mawas tentang kodrat manusia sebagai makhluk yang berperasaan. Air
mata tercipta untuk jadi pelembut hati - selain molto. *Eh..
Adakalanya,.
Kesedihan sering jadi titik awal selebrasi untuk diri sendiri. Agar kita lebih
banyak waktu untuk belajar kehidupan tanpa ada yang mengusik maka Allah
luangkan bagi kita ruang kesendirian. Kualitas rencana kita tidak akan pernah
bisa menandingi kualitas rencana-Nya. Berserah diri dengan utuh itu butuh
latihan. Dada ini emang tidak pernah selapang
bandara, tapi kalau kita coba membiasakan diri untuk legowo dengan setiap
kejadian, mudah-mudahan bisa seluas samudra. insya Allah pemahaman tentang
makna rencana terbaik-Nya, akan diperluas. Kita cuma belum paham saja. Nanti
ada waktunya.
Jangan
menghakimi kesendirian, jangan meremehkan kesunyian. Kita enggak pernah tau,
apakah keduanya lahir dari sebab-akibat atau memang sebuah pilihan. Apakah ini
hanya sebagai pembelajaran atau akan benar-benar menjadi ujian, kita tidak
tahu. Sejauh langkah kita tak terhenti, kita akan paham bahwa semua ini berada
dalam rencana Tuhan. Segala sesuatunya diluar dugaan, segala sesuatunya
benar-benar hanya bisa dipahami dengan keimanan dan ketaqwaan. Bukan lagi
perasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar