Kamis, 17 September 2015

Mari jadi Orang Besar

      Untuk menjadi orang besar, kita tidak harus menjadi kaya, terkenal atau dikagumi banyak orang. Jika kita bersedia mengajarkan al-Qur’an di sebuah surau kecil di desa terpencil banget, maka kita telah menjadi orang besar. Sebab orang besar adalah orang yang mampu bermanfaat bagi orang lain kan ?. penghargaan dan penghormatan tertinggi adalah keridhoan Allah terhadap segala perbuatan dan amal kebaikan yang kita lakukan dengan tulus. Kebesaran tidak selamanya menjadi sumber kemuliaan dan kehormatan bagi seseorang. Terkadang justru menjadi sumber kesengsaraan dan ketersiksaan hidup bila disalahgunakan. Bila dimanfaatkan hanya untuk memenuhi hasrat duniawi. 

       Kita yang sering mendengarkan atau langsung membaca kisah Seperti Fir’aun. Betapa tak tertandingi kebesaran Fir’aun. Seluruh penduduk tunduk padanya bahkan ia sekaligus mentahtakan diri sebagai tuhan. Na’udzubillah…! Karena merasa begitu besar, sebuah perasaan yang bereferensi pada kebuntuan akal, kebutaan penglihatan, dan tertutupnya mata hati. Kebesaran yang menghinakan diri sendiri. Fir’aun berbuat untuk kebesaran dirinya bukan kebesaran Tuhan dan itulah yang menjadikan kecil.

Mari berkelana pada telaga bening, Kisah Nabi Yusuf. Ayat keempat dalam surah Yusuf berkisah tentang mimpi Nabi Yusuf a.s. Beliau bercerita pada ayahnya perihal sebuah mimpi yang dialaminya. Mimpi yang membawa pesan kepadanya bahwa kelak dia akan menjadi “orang besar”.

       Pernah tau kan seberapa uniknya kisah perjalanan Nabi Yusuf. Seseorang yang mesti melalui jauhnya tempuhan dengan kesulitan dan aral-aral keji sepajang perjalanan. Bahkan pada usia Belia pun sudah menerima cobaan yang menggetirkan nurani. Dengan kedengkian saudara-saudaranya, Beliau a.s pun dicampakkan ke dalam sebuah sumur. Tau rasanya ? sendiri didalam lubang kelam, tanpa minum-makan, dipunggungi terik mentari siang sekaligus di terjang tusukan dinginnya suhu kala malam, tak berbaju. Sungguh pilu.

      Perjalanan cobaan terus berlanjut sampai Beliau a.s ditemukan kafilah dan dijual sebagai budak. DIperlakukan semena-mena donk. namanya saja budak. Diperintah ini dan itu, dilecehkan, bisa jadi jika tuannya gak mood, yah kena sampah amarah sekenanya saja. Aduuuh… kalau kita diposisi ini, sudah mulaikah kita mempertanyakan keadilan Tuhan ?. Mungkin.. Tapi Nabi Yusuf tidak !. Suatu keyakinan bahwa Allah adalah Maha Adil. Maka dengan tetap sabar dan yakin Allah selalu menyediakan hal-hal yang baik dibalik setiap ujian, maka Nabi Yusuf menaiki tangga-tangga ujiannya hingga puncak kemuliaan di sisi Allah. Sampai Nabi Yusuf menjadi orang besar. Benar-benar besar sebab kebesarannya lahir dari kesabaran-kesabaran kecil yang berkelanjutan terus Beliau besarkan. Tantangan dan kesulitan tidak selamanya buruk. Ia melatih kita untuk menjadi kuat dan tangguh. Ia mengasah pikiran kita untuk selalu mencari solusi dan cara untuk mengatasi nya. Nabi Yusuf a.s yang telah membuktikannya, Beliau a.s adalah orang yang setia menjadikan Allah selalu yang pertama.

Allah tidak pelit untuk membalas kebaikan kecil yang dilakukan hamba-Nya yang ikhlas. Meski ganjarannya kecil, tidak ada pahala sekecil apa pun di hari kiamat nanti melainkan ia akan menjadi tempat bergantung harapan setiap hamba untuk mengantarkannya ke surga.

“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”
(Q.S an-Nisa:40)

       Kita tentu tidak akan mengharapkan menjadi orang besar yang kecil di sisi Allah kan ?. Mari kita ukir kebaikan-kebaikan kecil untuk diri kita. Sebab apapun yang kita lakukan meski secara maknawi berorientasi pada kepentingan orang lain, namun pada hakikatnya adalah kita berbuat untuk diri kita sendiri. Orang yang tidak bisa menjalani hidup dalam kebahagiaan dan kesuksesan adalah mereka yang tidak bisa memanfaatkan kesempurnaan dirinya. seseorang yang pikirannya dipenuhi banyak gagasan dan rencana cerdas tetapi tidak pernah mencoba merealisasikannya menjadi sebuah karya nyata, maka dia adalah orang yang tidak berguna. Na'udzubillah. kita jangan lah ya.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.”
(Q.S.Fushshilat:46).

Berupayalah untuk pulang ke negri keabadian dengan sebaik-baiknya nama, mari kita bawa kebesaran nama kita hingga ke syurga

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S.al-Qasas:77)

Mari upayakan…!

©Ningsi_afj
08:03 PM @homeBangko, 17-09-2015

*hikmah ikut M2IQ untuk Prov.Jambi 2015, membuat saya harus lebih banyak mengerti akan isi al-Qur'an. Alhamdulillah, Allahu akbar. Semoga berkah. AMiinnn Ya Allah. Semoga juga saya mampu melakukan apa yang disampaikan, setidaknya berusaha ke arah itu, agar tidak mendapat besarnya kemurkaan Allah. Ini adalah bentuk kesyukuran saya akan ilmu, yakni dengan berbagi, saya takut menyimpannya sendiri. menulislah...!
‪#‎perjalanan_untuk_sebuah_mimpi‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar