Selasa, 22 September 2015

Terus lah Belajar



Kita terlahirkan bersama kepolosan dan tanpa mengerti apa pun mengenai segala hal dari kehidupan ini. Namun, kita dibekali dengan kekuatan dan pancaindera yang dapat menyiapkan kita untuk mengetahui dan  terus belajar. Maka pendengaran, penglihatan dan akal ialah seperangkat alat yang diberikan Allah kepada kita untuk digunakan  sebagai media pembungkus ilmu. Agar kita memperoleh pengetahuan sekaligus menjadi  jendela-jendela yang akan kita lalui untuk menjenguk ke alam yang luas tentang kebesaran Allah.  Dengan itu, kita jadi merasa kecil, semakin tahu diri. Lantas semakin haus untuk terus belajar.

Jangan biarkan pikiran kita lelap tertidur. Dunia ini bukan igauan. Kita mesti membelalak mata bahwa kita sedang dituntut untuk mempelajari banyak hal.  Kita yang seharusnya memiliki semangat membuka mata terhadap cakrawala dunia. Di zaman yang serba mendewakan digitalisasi dan segala hal sudah beraroma  bahasa-bahasa komputasi. Tidak ada waktu untuk berlagak santai, kecuali kita adalah konsumerisme, atau bahkan bisa menjadi korban mordenisme. Sehingga membuat  lupa diri  dan hidup  dijadikan untuk sekedar mereguk dan menikmati dunia ini setuntas- tuntasnya. Mengejar detik-demi detik untuk kebutuhan akan gengsi dan symbol-simbol prestise yang biayanya amat mahal. Mungkin, kita sedang lupa tentang sabda Rasul saw:


Barang siapa yang menjadikan (motivasi) dunia sebagai cita-citanya, Allah akan menjadikan kefakiran di hadapan matanya, dan akan menjadikan kacau segala urusannya. Sedangkan dunia (yang dicarinya sunguh-sungguh) tak ada yang datang menghampirinya melainkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah atas dirinya;pada sore dan siang harinya dia selalu dalam kefakiran.”
Mari memahami bahwa dalam mencari ilmu bukanlah materi visi kita, melainkan hal yang lebih esensial dari sekedar ilmu, yakni sebuah makna yang akan menyampaikan kita kepada Allah. Sehingga,  orang -orang yang memiliki ilmu harus memiliki motivasi kuat untuk meningkatkan kinerja inteletualnya dari detik ke detik,  menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari. Tidak akan pernah terlintas dalam aktivitasnya untuk bermalas-malasan sebab sifat malas datangnya dari setan. Kapan kita istirahat ? Nah, kegiatan istirahat bagi Rasulullah saw dan para sahabat adalah di waktu shalat. Artinya dalam kondisi istirahat pun kita masih tetap ingat kepada Allah.

Barangsiapa melalui jalan untuk menuntut ilmu, Allah menggampangkan baginya jalan ke syurga, dan bahwa para malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu sebagai tanda rela dan simpati bagi orang itu..”
(H.R.Tirmidzi)
Sambil meraih cita-cita kita, maka malaikat pun membentangkan sayapnya. Aduhai senangnya. Cita-cita dapat diibaratkan sebuah bangunan. Besar kecilnya bangunan tergantung kepada keinginan sang pembuat. Yang penting diketahui adalah bahwa semakin besar, mewah, dan indah suatu bangunan yang diharapkan, maka modal pembuatannya tentu semakin besar. Demikian halnya dengan sebuah cita-cita, maka semakin besar sebuah cita-cita maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Modal  kita adalah potensi dahsyat yang sudah tercipta secara alami,akal, jasad, dan hati. Semakin pandai kita mengelola potensi maka semakin banyak lah modal kita terkumpul untuk membangun rumah impian.  Namun, kita akan dapat mengelola potensi hanya dengan ilmu. Maka ,terus lah belajar…!

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?".(Az-Zumar 9).

Kita lah yang dapat meningkatkan kebaikkan masa depan kita, baik berupa kemakmuran, kenyamanan, dan kebahagiaan. Jangan rendahkan diri kita dengan kedangkalan ilmu dan malasnya diri untuk belajar. Sebab tingkat kedudukan kita akan tercermin dari sejauh mana ilmu  yang kita miliki.  Bukan berarti kita menjadi orang yang teoritis kan ?. Dengan mengupayakan apa-apa yang telah kita ketahui disalah letak kedudukan kita sebenarnya di sisi Allah.  Siapa saja telah dikaruniakan ilmu, maka ia telah memperoleh karunia kebajikan dari segala sudutnya:

Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
(Q.S. al-Baqarah:269).

Bukan kah perjalanan kita  ke depan masih entah ? untuk ke-abu-abu-an itu mari kita sama-sama terus belajar untuk kebaikan diri kita yang lebih baik. Sebab proses belajar itu tak kenal usia, tak berbatas waktu, dan tak perlu malu-malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar