Alhamdulillah siang ini
dapat pinjaman buku “Warisan Sang Murabbi” karya KH. Rahmat Abdullah dari salah
seorang, Shohibul Iman. Saya terhenti, hati pun mencaci diri sendiri, dan
kesesakan dada berirama menjejali saat
pada halaman ke 33. Kutipannya begini
Nilai
iman yang tertinggi manakala pemiliknya dapat merasakan ketentraman iman
(Q.S.ar-Ra’d:28) dan karenanya mereka berhak mendapatkan kemananan (Q.S al-An’am:82).
Ketentraman dan keamanan tersebut tidak ada hubungannya dengan mentalitas
burung onta yang melarikan diri dari persoalan ummat dan berlindung di balik
dinding ma’bad tempat dzikir, karena
orang seperti mereka bisa sangat terguncang dan tidak merasa aman terhadap
guncangan makhluk. Terlebih untuk bisa menjadikan dirinya “perisai Tuhan” bagi
hamba-Nya yang lemah teraniaya.
Imam
Ahmad meriwayatkan hadist, suatu masa turun perintah Allah kepada seorang
malaikat untuk menumpahkan adzab pada suatu negeri. Malaikat itu melapor dan
Allah Maha Tahu tentang hal yang dilaporkannya Ya Tuhan disana ada orang
shaleh. “justru jawaban Allah begitu mengejutkan,” mulailai timpakan azab
kepadanya. Apa pasal ?. Karena wajahnya sama sekali tak pernah memerah karena Aku.
Ia tak punya kecemburuan dan ketersinggungan bila kehormatan Allah dilanggar.
Ia tenang ketika ummatnya dibantai. Ia baru tersinggung bila pribadina di usik!
Salah
satu sukses madrasah (aliran) sekuler modern adalah keberhasilan mereka
mencetak generasi Muslim yang tak tersingging bila Islam, al-Qur’an dan Rasul
diejek,:Demi toleransi” kata mereka.
Selesai membaca bab ini saya pun tertampar dan spechless
Tidak ada komentar:
Posting Komentar