Sekarang kita tengah dihajar
kesibukan. Waktu
yang kita punya makin tiris karena pekerjaan yang kita tekuni kian egois. Imbasnya, tanpa sebab jelas kita
sering naik pitam, masalah yang ada juga tak pernah benar-benar terselesaikan.
Sibuk melempar permasalahan dan mencari pembenaran. Pada akhirnya, membuat
kita dibelenggu keperihan, dilkita kesedihan yang tak berkesudahan. Merasa
paling malang. Aduh kasihan..
Pada saat ini
kita hidup di era yang penuh dengan keegoisan dimana seseorang tidak peduli
dengan apapun jika hal tersebut tidak menguntungkan untuk diri sendiri. Maka mencari makna hidup adalah salah satu
bahasan penting yang fenomenal dan
eksotik sekaligus banyak peminatnya. Sebab dengan memahami makna hidup itulah
kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna dan lebih bervisi. Kita juga tahu bahwa setiap orang ingin hidup
bahagia dan punya arti yang baik bagi orang-orang di sekelilingnya. Betapa tak asyik hidup ini jika terjebak
dalam segitiga permanen KT (kamar tidur), KM (kamar menyerang. Jika bangun dan
perutnya lapar, ia pergi ke dapur untuk makan. Dan bila telah terjadi pembusukkan
dalam usus, ia harus pergi ke KB untuk membuang menu internasional yang tadi
baru di pamer lewat IG dan sosmed lainnya. Lalu semua aktivitas lainnya
hanyalah menjadi aksesoris dari kerangka utama segitiga mogok tersebut.
Sepertinya pondasi memang harus giat kita susun dari
sekarang. Kita harus mulai merombak tatanan demi
kebaikan. Gelombang pekerjaan yang menuntut kerja keras dan sedang
menghisap kita ini memang demi menjamin kehidupan di masa depan, tapi maukah
kita berjuang untuk menyeimbangkan pekerjaan?. Sebab, keberadaan kita dunia
ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang
dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat,
puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dan Kita
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Selain hidup ini adalah ibadah mari kita telusuri kembali, makna-makna
kehidupan kita. Bahwa kehidupan kita adalah ujian. Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67]
: 2 yang terjemahnya,
”(ALLAH) yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya,
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”,
Lalu hidup adalah sementara Dalam QS Al
Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia
ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal.“
Dalam
QS Al Anbiyaa [21]:35, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“
Jika hidup itu adalah ibadah, maka pastikan semua aktivitas
kita adalah ibadah. Caranya ialah pertama selalu meniatkan aktivitas kita untuk
ibadah serta memperbaharuinya setiap saat karena bisa berubah. lalu pastikan juga apa yang kita lakukan
sesuai dengan tuntunan (ibadah mahdhah) dan tidak dilarang oleh syariat (ghair
mahdhah). Jika hidup itu adalah ujian,
maka tidak ada cara lain menyelaraskan hidup kita, yaitu menjalani hidup dengan
penuh kesabaran. Jika kehidupan akhirat
itu lebih baik, maka kita harus memprioritaskan kehidupan akhirat. Bukan
berarti meninggalkan kehidupan dunia, tetapi menjadikan kehidupan dunia sebagai
bekal menuju akhirat. Jika hidup ini
adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Tidak ada lagi
santai, mengkitai-ngkitai, panjangan angan-angan apalagi malas karena kita
tidak hidup ini tidak selamanya. Bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang,
dan berlomba-lombalah dalam kebaikan Kebaikan bukan hanya perasaan, melainkan
emosi yang mengarah ke tindakan. Kebaikan memberikan kehangatan pada kehidupan
dan setiap interaksi yang baik memicu suatu perasaan relasi dan kesenangan. Dengan begitu kehidupan kita
akan sangat berarti untuk generasi selanjutnya, setidaknya anak cucu kita.