Minggu, 06 September 2015

Apa Kabar Cinta ?



Cinta…… Lima huruf yang menjadi pendifraksi semburat rasa dari segenap hati manusia. Adakalanya cinta dan cita bertemu atau bertarung, di sini, di pelataran hati. Lantas kita benar-benar tidak merubah diri sendiri selagi masih harus kembali ke dunia perasaan yang sedemikian rupa mendistorsi banyak hal untuk pencapaian kita kelak. Namun, di saat cinta terbelah dan tersublimasi diantara kesadaran psiko-spiritual, hal ini akan berujung pada keagungan; dititik kita mampu berjuang memenangkan ‘cinta’ yang lain, karena memang ada ‘cinta’ di  atas cinta. Tidak ada cinta yang mati dan terkubur saat maqamnya telah ditinggikan ke etala langit.  cinta itu takkan kemana. Cinta itu masih tetap ada, bahkan kelak rasanya jauh lebih dalam, sedalam palung Mariana. Dan tetaplah yang menghunjam tinggi ke atas adalah ‘cinta’ di atas cinta.
Jika cinta jiwa kita izinkan berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi yang lebih besar, maka jalannya berujung pada romantisme yang  mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya ke dalam ruang kehidupan yang sempit, “dunia hanya miliki berdua”. Karena di sana dunia seluruhnya hanya damai, tak ada kegaduhan, tak ada kebingaran, terkelabuhi oleh muslihat jalan cinta jiwa. Di sana mereka bisa menyembunyikan kerapuhan atas nama kehalusan dan kelembutan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa selalu membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya pada  cinta misi. Dari situ cinta jiwa menemukan keterahan dan juga sumber energi. Dan hanya itu yang memungkinkan romantisme dikombinasi dengan kekuatan jiwa. Maka orang-orang romantis itu tetap dalam kehalusan jiwanya sebagai pecinta, tapi dengan kekuatan jiwa yang tidak memungkinkan mereka jadi korban karena rapuh. Maka jangan lepaskan cinta jiwa kita seliar dia ingini menuju. 

Kebesaran jiwa, yang lahir dari rasionalitas, relaisme dan sangkaan baik kepada Allah, adalah keajaiban yang menciptakan keajaiban. Sebab cinta nya telah termaqam kan lebih unggul dari manusia biasa. Tak lagi terbias dalam kehalusan dan kelemahan yang membuat kita rapuh. Ketika kehidupan tidak cukup bermurah hati mewujudkan mimpi mereka, mereka menambatkan harapan kepada sumber segala harapan; Allah! itulah ‘cinta’ di atas cinta. Hal yang menghadir; rindu mengelus rindu, senyum mendekap senyum, mengakhiri yang tiada akhir, indah lagi mengindahkan.
Kita ?
Bagaimana ?

Setiap yang mencintai pasti akan diuji kemurnian kadarnya.
jika memang cinta pada Allah adalah emas pasti tidak goyah dalam segala situasi.
jika memang cinta pada Allah adalah intan pasti tekanan ujian akan membuatnya semakin berkilau.
jika memang cinta pada Allah adalah perak maka ia akan luntur dengan terpaan tipuan dunia.
untuk melihat emas atau perak diri kita di sisi Allah, perhatikanlah distrata mana Allah kita tempatkan di hati.
atas segala nikmat yang telah Dia semai pada diri ini, tidak ada alasan untuk mencintai selain hanya pada-Nya.

#Apa_kabar_cinta?. #perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar