Cinta…… Lima
huruf yang menjadi pendifraksi semburat rasa dari segenap hati manusia. Adakalanya
cinta dan cita bertemu atau bertarung, di sini, di pelataran hati. Lantas kita benar-benar
tidak merubah diri sendiri selagi masih harus kembali ke dunia perasaan yang
sedemikian rupa mendistorsi banyak hal untuk pencapaian kita kelak. Namun, di
saat cinta terbelah dan tersublimasi diantara kesadaran psiko-spiritual, hal
ini akan berujung pada keagungan; dititik kita mampu berjuang memenangkan ‘cinta’
yang lain, karena memang ada ‘cinta’ di atas
cinta. Tidak ada cinta yang mati dan terkubur saat maqamnya telah ditinggikan
ke etala langit. cinta itu takkan kemana.
Cinta itu masih tetap ada, bahkan kelak rasanya jauh lebih dalam, sedalam
palung Mariana. Dan tetaplah yang menghunjam tinggi ke atas adalah ‘cinta’ di
atas cinta.
Jika cinta jiwa
kita izinkan berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi yang lebih besar,
maka jalannya berujung pada romantisme yang mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya
ke dalam ruang kehidupan yang sempit, “dunia hanya miliki berdua”. Karena di
sana dunia seluruhnya hanya damai, tak ada kegaduhan, tak ada kebingaran, terkelabuhi
oleh muslihat jalan cinta jiwa. Di sana mereka bisa menyembunyikan kerapuhan
atas nama kehalusan dan kelembutan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa selalu
membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya pada cinta misi. Dari situ cinta jiwa menemukan
keterahan dan juga sumber energi. Dan hanya itu yang memungkinkan romantisme
dikombinasi dengan kekuatan jiwa. Maka orang-orang romantis itu tetap dalam
kehalusan jiwanya sebagai pecinta, tapi dengan kekuatan jiwa yang tidak
memungkinkan mereka jadi korban karena rapuh. Maka jangan lepaskan cinta jiwa
kita seliar dia ingini menuju.
Kebesaran jiwa,
yang lahir dari rasionalitas, relaisme dan sangkaan baik kepada Allah, adalah
keajaiban yang menciptakan keajaiban. Sebab cinta nya telah termaqam kan lebih
unggul dari manusia biasa. Tak lagi terbias dalam kehalusan dan kelemahan yang
membuat kita rapuh. Ketika kehidupan tidak cukup bermurah hati mewujudkan mimpi
mereka, mereka menambatkan harapan kepada sumber segala harapan; Allah! itulah ‘cinta’
di atas cinta. Hal yang menghadir; rindu mengelus rindu, senyum mendekap
senyum, mengakhiri yang tiada akhir, indah lagi mengindahkan.
Kita ?
Bagaimana ?
Setiap yang mencintai pasti akan diuji kemurnian kadarnya.
jika memang cinta pada Allah adalah emas pasti tidak goyah dalam segala situasi.
jika memang cinta pada Allah adalah intan pasti tekanan ujian akan membuatnya semakin berkilau.
jika memang cinta pada Allah adalah perak maka ia akan luntur dengan terpaan tipuan dunia.
untuk melihat emas atau perak diri kita di sisi Allah, perhatikanlah distrata mana Allah kita tempatkan di hati.
atas segala nikmat yang telah Dia semai pada diri ini, tidak ada alasan untuk mencintai selain hanya pada-Nya.
Setiap yang mencintai pasti akan diuji kemurnian kadarnya.
jika memang cinta pada Allah adalah emas pasti tidak goyah dalam segala situasi.
jika memang cinta pada Allah adalah intan pasti tekanan ujian akan membuatnya semakin berkilau.
jika memang cinta pada Allah adalah perak maka ia akan luntur dengan terpaan tipuan dunia.
untuk melihat emas atau perak diri kita di sisi Allah, perhatikanlah distrata mana Allah kita tempatkan di hati.
atas segala nikmat yang telah Dia semai pada diri ini, tidak ada alasan untuk mencintai selain hanya pada-Nya.
#Apa_kabar_cinta?.
#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar