Sabtu, 19 September 2015

Perjalanan Menuju 'Pulang'



Kita sedang menuju perjalanan ‘pulang’.  Sudah sebentuk apa bangunan rumah di tempat abadi kita ?. Sebab kita semua sudah sama-sama tahu hidup di dunia jauh lebih singkat ketimbang hidup kita setelah kematian.  Mungkin hari ini kita masih bisa menikmati swatamita mengkanfas sepanjang hari lalu esoknya kita telah menjadi senandika. Segala eunoia dunia ini akan habis pada batas waktu yang pasti. Hidup kita bisa berakhir kapan pun. Izrail datangnya tidak pakai undangan, suka-suka keputusan Tuhan.

Keyakinan akan adanya hari pembalasan menjadikan setiap dari kita lebih mawas diri, semakin memantapkan keyakinan yang pada akhirnya menumbuhkan semangat  pengabdian. Selalu lah ingat bahwa detak jantung kita adalah detak menuju garis finish kehidupan. Helaan nafas kita adalah berkurangnya usia. Jika berkurangnya usia tidak diimbangi dengan pertambahan ilmu, kebaikan, pemahaman, dan kekhusyukan dalam ibadah mungkin bisa-bisa kita tegolong bagian yang merugi.  Jadi tak ada salahnya kita banyak-banyak mengingat penghacur kenikmatan ini; kematian. Agar kita tidak terlenakan oleh kehidupan yang hanya menjadi jembatan untuk ‘pulang’.

Karena kita dari tanah, sudah selayaknya rebah kembali ke tanah. Adakalanya perasaan dekat dengan ajal mengantarkan jiwa kita pada kondisi damai. Kita tak lagi berpanjang angan akan ini dan itu, focus untuk memaksimalkan hari ini. Betapa bodohnya kita saat telah mengetahui kematian dapat menghampiri kapan pun, namun kita masih dengan tenang mengerjakan hal yang sia-sia bahkan dosa, Na’udzubillah…

Terbayang, alangkah nikmat jadi orang yang fokus hidupnya adalah akhirat. Seluruh waktunya terisi ibadah. Diamnya jadi zikir, tenangnya jadi piker, ucapannya jadi nasihat, langkahnya jadi jihad, tingkah lakunya jah dari maksiat. Jiwanya tentram, tak punya ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Selalu syukur atas segala pemberian Tuhan. Tak tinggi hati kala dipuji, tak rendah diri kla dimaki. Tak ada yang lebih mengkhawatirkannya kecuali Tuhan tak lagi mencintainya. (*Meleleh…) Mungkin orang-orang yang seperti ini, berjilid-jilid pikiran dan perasaannya hanyalah tentang kematian. Sehingga tak mau melakukan hal yang tidak membaikkan kampung ke’pulang’an-nya.

Sebelum ‘pulang’, mari kita pelajari dunia tempat perjalanan kita sebelum kembali. Dunia ini adalah kesenangan yang menipu (Q.S.Ali-Imran:14).  Dunia ini adalah kecil, segala apa yang ada di dunia adalah kecil, kebahagian kecil, kesengsaraan kecil, kenikmatan kecil, lalntas kita pun juga kecil (Q.S. an-Nisa’:77).  Dunia hanyalah tempat sandiwara kehidupan dipentaskan (Q.S.al-An’am:32). Dan dunia adalah penjara  bagi orang-orang yang merindukan wajah Allah. Beginilah dunia kita. Semoga kita mampu menempuhnya dengan sebaik-baiknya perjalanan. 

Ketika kita masih takut dengan kematian, bisa jadi dosa-dosa kita yang menjadi nanah penyebabnya. Karena orang yang telah mengisi hidupnya dengan ketaatan, ia sangat mendambakan untuk cepat-cepat ‘pulang’. Mereka adalah yang sangat merindukan hari dimana ia menerima kebaikan yang telah dituntaskan selama hidup. Orang yang selama hidupnya sudah berusaha mengabdikan seluruh waktu, tenaga, harta untuk penghambaan pada Allah, begitu syahdu kerinduannya akan perjumpaan dengan Penciptanya. Itulah waktu ia pulang ke tempat keabadian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar