Untuk siapapun yang kini berjuang menikmati rasanya pahit, Sabarlah.
Sekalipun tak ada yang pernah tahu rasa berat itu, heningnya dalam sepi,
sepinya dalam kesendirian, kekhawatiran dan kegusaran yang
terkonsentrasi dalam pedihnya luka. Percayalah Dia takkan memberikan
rasa itu melainkan untuk kita sedu aroma hikmah. Agar kita mau belajar
tentang ditinggalkan. Agar kita mau belajar dalam kesendirian, agar kita
mau belajar tentang perasaan yang terluka. Banyak dari tokoh-tokoh
hebat yang dilahirkan dari penepian orang-orang, celaan dan cemoohan.
Pada akhirnya kita akan mengerti. Semesta sedang bercanda bersama
proses, lalu kita akan dihebatkan oleh tempaan jiwa. Jiwa yang lulus
dari kesendirian panjang, Jiwa yang berhasil membalut luka-luka yang
perih. Jiwa yang behasil memahami bahwa sebentuk apapun kondisi yang
Tuhan ciptakan semua adalah baik.
Kita sekiranya perbanyaklah berkunjung ke tempat-tempat yang mengundang kembali rasa syukur. Berkunjunglah ke pemakaman, agar kita sadar akan nikmatnya usia yang masih dititipkan. Berkunjungkah ke rumah sakit, agar kita sadar betapa nikmatnya kesehatan yang dianugrahkan. Berkunjunglah ke perumahan kumuh, agar kita sadar nikmatnya kecukupan yang Tuhan berikan. Lihatlah para buruh bangunan itu, amati buliran keringat mereka yang menyucur, gurat tegas wajah mereka, gontaian kaki mereka, bahwa sekeras apapun keaadan yang mereka cicipi tak menghentikan daya juang mereka untuk mensyukuri kehidupan ini dengan terus berusaha. Bacalah berita-berita saudara kita di Syiria, Palestin, Myanmar, dan di sebentang negri-negri yang tertindas. Mereka yang hari-harinya hanya untuk menunggu datangnya kematian, menjadikan mereka tak henti bersyukur sebab kondisi telah menjadikan mereka selalu mengingat Tuhan. Lantas kita yang hanya sekedar perkara ditinggalkan, perkara kesendirian, perkara terluka, perkara dikhianati, perkara hati yang patah, perkara disakiti. Segalanya membuat kita merasa ditikam cobaan yang begitu dahsyat. Ah malu (*gaplok jidat… ini kan untuk saya). Mungkin kita kurang syukur. Sebab hati yang dipenuhi bunga-bunga kesyukuran akan terus menaburkan semerbak ketenangan dalam hati, jiwa, dan pikiran bukan kehampaan. Sebab tenang dan hampa itu beda.
Tuhan berikan amanat pada hati yang Dia anggap telah siap menerima. Tuhan beri kesuksesan pada jiwa yang Dia anggap sudah mampu mengemban tanggungjawab. Taburlah sejuta kebaikan selagi masih ada kesempatan, tak peduli penilaian yang penting adalah kebenaran yang memiliki landasan untuk kebaikkan. Perbanyaklah belajar memaknai hidup karena dunia ini tak sesempit kaca mata kita. Dunia dan segala omongkosongnya ini tidak akan bisa kita bandingkan dengan berharga dan megahnya ridha Allah, dunia takkan mampu menandingi luar bisanya rasa bahagia hidup di keabadian kelak. Tujukan hati, jiwa, dan diri untuk yang penting-penting saja. Mari kita berlari menuju syurga yang telah dijanjikan yang luasnya, seluas langit dan bumi. Awesome…!
*Kitalah yang menjadi solusi bagi diri kita, orang lain hanya bisa membantu. Mari menangkan !
(Dari sekian banyak saya menulis, sebenarnya di tujukan khusus untuk diri sendiri, sebab dengan menulis ini saya merasa dapat mengingat nasihat-nasihat yang dibaca lebih lama dan lebih membekas. Bukan untuk menggurui sekalipun saya seorang guru, *hehe. Bukan untuk mendikte, sebab saya juga tak begitu pandai mendikte. Hanya sekedar berusaha untuk menjadi bagian orang-orang yang beruntung yakni yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran. Tuuuh, boleh di hitung entah berapa banyak kata sabar yang disuntik dalam setiap tulisan yang saya rangkai. Banyak kan ? Semoga berguna bagi saya dan bagi yang lain yang tengah merasa hal sama dengan saya. Semoga…!)
©Ningsi_afj
#hari_menulis,#terus_menulis,#terus_move_on,#remainder,#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi
Kita sekiranya perbanyaklah berkunjung ke tempat-tempat yang mengundang kembali rasa syukur. Berkunjunglah ke pemakaman, agar kita sadar akan nikmatnya usia yang masih dititipkan. Berkunjungkah ke rumah sakit, agar kita sadar betapa nikmatnya kesehatan yang dianugrahkan. Berkunjunglah ke perumahan kumuh, agar kita sadar nikmatnya kecukupan yang Tuhan berikan. Lihatlah para buruh bangunan itu, amati buliran keringat mereka yang menyucur, gurat tegas wajah mereka, gontaian kaki mereka, bahwa sekeras apapun keaadan yang mereka cicipi tak menghentikan daya juang mereka untuk mensyukuri kehidupan ini dengan terus berusaha. Bacalah berita-berita saudara kita di Syiria, Palestin, Myanmar, dan di sebentang negri-negri yang tertindas. Mereka yang hari-harinya hanya untuk menunggu datangnya kematian, menjadikan mereka tak henti bersyukur sebab kondisi telah menjadikan mereka selalu mengingat Tuhan. Lantas kita yang hanya sekedar perkara ditinggalkan, perkara kesendirian, perkara terluka, perkara dikhianati, perkara hati yang patah, perkara disakiti. Segalanya membuat kita merasa ditikam cobaan yang begitu dahsyat. Ah malu (*gaplok jidat… ini kan untuk saya). Mungkin kita kurang syukur. Sebab hati yang dipenuhi bunga-bunga kesyukuran akan terus menaburkan semerbak ketenangan dalam hati, jiwa, dan pikiran bukan kehampaan. Sebab tenang dan hampa itu beda.
Tuhan berikan amanat pada hati yang Dia anggap telah siap menerima. Tuhan beri kesuksesan pada jiwa yang Dia anggap sudah mampu mengemban tanggungjawab. Taburlah sejuta kebaikan selagi masih ada kesempatan, tak peduli penilaian yang penting adalah kebenaran yang memiliki landasan untuk kebaikkan. Perbanyaklah belajar memaknai hidup karena dunia ini tak sesempit kaca mata kita. Dunia dan segala omongkosongnya ini tidak akan bisa kita bandingkan dengan berharga dan megahnya ridha Allah, dunia takkan mampu menandingi luar bisanya rasa bahagia hidup di keabadian kelak. Tujukan hati, jiwa, dan diri untuk yang penting-penting saja. Mari kita berlari menuju syurga yang telah dijanjikan yang luasnya, seluas langit dan bumi. Awesome…!
*Kitalah yang menjadi solusi bagi diri kita, orang lain hanya bisa membantu. Mari menangkan !
(Dari sekian banyak saya menulis, sebenarnya di tujukan khusus untuk diri sendiri, sebab dengan menulis ini saya merasa dapat mengingat nasihat-nasihat yang dibaca lebih lama dan lebih membekas. Bukan untuk menggurui sekalipun saya seorang guru, *hehe. Bukan untuk mendikte, sebab saya juga tak begitu pandai mendikte. Hanya sekedar berusaha untuk menjadi bagian orang-orang yang beruntung yakni yang saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran. Tuuuh, boleh di hitung entah berapa banyak kata sabar yang disuntik dalam setiap tulisan yang saya rangkai. Banyak kan ? Semoga berguna bagi saya dan bagi yang lain yang tengah merasa hal sama dengan saya. Semoga…!)
©Ningsi_afj
#hari_menulis,#terus_menulis,#terus_move_on,#remainder,#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar