Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label motivasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Agustus 2017

Hidup Ibadah



Sekarang kita tengah  dihajar kesibukan. Waktu yang kita punya makin tiris karena pekerjaan yang kita tekuni kian egois. Imbasnya, tanpa sebab jelas kita sering naik pitam, masalah yang ada juga tak pernah benar-benar terselesaikan. Sibuk melempar permasalahan dan mencari pembenaran. Pada akhirnya, membuat kita dibelenggu keperihan, dilkita kesedihan yang tak berkesudahan. Merasa paling malang. Aduh kasihan..


Pada saat ini kita hidup di era yang penuh dengan keegoisan dimana seseorang tidak peduli dengan apapun jika hal tersebut tidak menguntungkan untuk diri sendiri.  Maka mencari makna hidup adalah salah satu bahasan penting yang  fenomenal dan eksotik sekaligus banyak peminatnya. Sebab dengan memahami makna hidup itulah kita bisa menjalani hidup yang lebih bermakna dan lebih bervisi.  Kita juga tahu bahwa setiap orang ingin hidup bahagia dan punya arti yang baik bagi orang-orang di sekelilingnya.  Betapa tak asyik hidup ini jika terjebak dalam segitiga permanen KT (kamar tidur), KM (kamar menyerang. Jika bangun dan perutnya lapar, ia pergi ke dapur untuk makan. Dan bila telah terjadi pembusukkan dalam usus, ia harus pergi ke KB untuk membuang menu internasional yang tadi baru di pamer lewat IG dan sosmed lainnya. Lalu semua aktivitas lainnya hanyalah menjadi aksesoris dari kerangka utama segitiga mogok tersebut.
Sepertinya pondasi memang harus giat kita susun dari sekarang. Kita harus mulai merombak tatanan demi kebaikan. Gelombang pekerjaan yang menuntut kerja keras dan sedang menghisap kita ini memang demi menjamin kehidupan di masa depan, tapi maukah kita berjuang untuk menyeimbangkan pekerjaan?.  Sebab, keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.

Dan Kita tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”


 Selain hidup ini adalah ibadah mari kita telusuri kembali, makna-makna kehidupan kita. Bahwa kehidupan kita adalah ujian. Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,
(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”,

Lalu  hidup adalah sementara Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“

Jika hidup itu adalah ibadah, maka pastikan semua aktivitas kita adalah ibadah. Caranya ialah pertama selalu meniatkan aktivitas kita untuk ibadah serta memperbaharuinya setiap saat karena bisa berubah.  lalu pastikan juga apa yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan (ibadah mahdhah) dan tidak dilarang oleh syariat (ghair mahdhah).  Jika hidup itu adalah ujian, maka tidak ada cara lain menyelaraskan hidup kita, yaitu menjalani hidup dengan penuh kesabaran.  Jika kehidupan akhirat itu lebih baik, maka kita harus memprioritaskan kehidupan akhirat. Bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia, tetapi menjadikan kehidupan dunia sebagai bekal menuju akhirat.  Jika hidup ini adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Tidak ada lagi santai, mengkitai-ngkitai, panjangan angan-angan apalagi malas karena kita tidak hidup ini tidak selamanya. Bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang, dan berlomba-lombalah dalam kebaikan Kebaikan bukan hanya perasaan, melainkan emosi yang mengarah ke tindakan. Kebaikan memberikan kehangatan pada kehidupan dan setiap interaksi yang baik memicu suatu perasaan relasi dan kesenangan. Dengan begitu kehidupan kita akan sangat berarti untuk generasi selanjutnya, setidaknya anak cucu kita.

Jangan Mengejar yang Tak Dibawa Mati



Dalam perjalanan kita yang penuh haru biru ini mari kita belajar dari mereka yang sudah merasakan ngeri-ngeri sedap kehidupan. Tersebutlah, Warren Buffet yang terkenal di tahun 2010  karena berhasil mengalahkan Bill Gates dalam kompetisi kekayaan. Kini Warren Buffet sudah 10 tahun menjadi orang terkaya di dunia. Namun, tidak banyak juga yang tahu, dua tahun sebelum Warren Buffet menjadi orang terkaya, ia menyumbangkan 80 persen kekayaannya untuk sosial. Sekitar 300 triliun atau setengah APBN kita pada saat itu. Nah, ada sosok yang lebih hebat lagi, yaitu Abu Bakar As-Shidiq  r.a. dimana ia menyerahkan 100 persen hartanya untuk agamanya. Luar biasa !

Selanjutnya kita akan bertemu dengan Albert Enstein, siapa yang tidak mengenal sosoknya dengan rumus e=mc2 yang menjadi voluntir keluanya teori ‘Big Bang’. Wajahnya menjadi lambang kejeniusan, 100 tahun kematiaanya diperingati sebagai tahun fisika, namanya digunakan menjadi nama unsur kimia, enstenium, termasuk nama astroid juga. Namun, Michael Hert meletakkan ia dalam jajaran orang paling berpengaruh di nomor 10. Kalau kita lihat, kebanyakan orang yang berada di jajaran atas Enstein adalah orang-orang yang meletakkan spiritualitas sebagai dasar kehidupannya, yaitu Nabi Muhammad SAW, Isaac Newton, Nabi Isa AS, Budha, Confucius, Saint Paul, Thai Lun, Johan Gutenberg, Christopher Columbus. Artinya orang yang mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai spiritual punya pengaruh lebih besar dibandingkan orang-orang yang mendasarkan hidupnya bukan pada nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai spiritual tersebut membuat mereka paling kokoh dalam sikap, paling lapang dada, paling dalam pemikirannya, paling luar cara pkitangnya, paling rajin amal-amalnya, dan yang jelas paling banyak manfaatnya.

Masih ingatkan kita dngan Lee Yoon Hyung, ahli waris keluarga samsung, sahamnya 1,7 triliun, namun di usia 26 tahun, dia tidak memiliki keberanian melanjutkan hidup. Ia meninggal dunia dengan bunuh diri mengunakan seutas kabel listrik. Apa yang menimpanya adalah pesan nyata, bahwa tidak ada hubungan antara kenikmatan kehidupan dengan pencapaian. Kawanku semuanya, guru saya pernah berpesan, tidak peduli sebarapa hebatnya kita, tidak peduli sebarapa kayanya kita, tidak peduli seberapa berpengaruhnya kita, jika hari ini kita tidak bahagia, pasti ada yang salah.
Sungguh luar biasa pesan Imam Al-Ghazali Sesunggunya seluruh manusia itu merugi, kecuali mereka yang berilmu, sesungguhnya seluruh orang yang berilmu itu merugi kecuali mereka yang beramal, dan sesungguhnya seluruh orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang ikhlas.

Berapa banyak diantara kita mengejar sesuatu yang disesali para penghuni kubur. Tidak salah jika Emha Ainun Najib berpesan “jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tak bisa dibawa mati”. Oleh karena itu, mari periksa diri jika cita belum tertuai, jangan-jangan badan kita belum pantas disinggahi kemuliaan. Kenapa banyak orang bekerja keras, namun ia tetap gagal, menurut saya jawabnya singkat, karena ia bekerja dengan otot dan otaknya saja, tapi ia lupa mengajak hatinya untuk bekerja.

Beda orang sukses dan orang stress hanya satu: orang sukses melakukan yang yang harus dilakukan. Orang stress hanya berangan-angan. “ Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk sesudah mati. Orang bodoh (lemah) adalah orang yang mengikuti hanya nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah” (H.R.Bukhari). Sungguh sulit kan memahami. Ada orang yang mengejar surga atau berlari menghindari neraka sambil tertidur. Mari kita mulai melakukan kebaikan kecil yang membahagiakan.  Apapun peran kita mari kita surgakan. Surga lah yang menjadi obsesi terbaik segala pengharapan.

Empati



Fenomenya, ada diantara mereka yang telah berada di atas, lupa mendengar rintihan saudaranya di bawah yang bergejolak. Jeritan rakyat yang lapar. Rintihan pedih kaum papa. KH. Rahmat Abdullah  pernah menyampaikan dalam bukunya yang berjudul “Warisan Sang Murabbi bahwa, nilai iman yang tertinggi manakala pemiliknya dapat merasakan ketentraman iman (Q.S.ar-Ra’d:28) dan karenanya mereka berhak mendapatkan kemananan (Q.S al-An’am:82). Ketentraman dan keamanan tersebut tidak ada hubungannya dengan mentalitas burung onta yang melarikan diri dari persoalan ummat dan berlindung di balik dinding ma’bad tempat dzikir, karena orang seperti mereka bisa sangat terguncang dan tidak merasa aman terhadap guncangan makhluk. Terlebih untuk bisa menjadikan dirinya “perisai Tuhan” bagi hamba-Nya yang lemah teraniaya. 

Hal ini disampaikan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. “Suatu masa turun perintah Allah kepada seorang malaikat untuk menumpahkan adzab pada suatu negeri. Malaikat itu melapor dan Allah Maha Tahu tentang hal yang dilaporkannya Ya Tuhan disana ada orang shaleh. Justru jawaban Allah begitu mengejutkan, mulailah timpakan azab kepadanya. Apa pasal?. Karena wajahnya sama sekali tak pernah memerah karena Kita. Ia tak punya kecemburuan dan ketersinggungan bila kehormatan Allah dilanggar. Ia tenang ketika umatnya dibantai. Ia baru tersinggung bila pribadinya diusik!” Memang salah satu sukses madrasah (aliran) sekuler modern adalah keberhasilan mereka mencetak generasi Muslim yang tak tersinggung bila Islam, al-Qur’an dan Rasul diejek, demi toleransi” kata mereka.

Kesalahan terbesar adalah bila engkau berusaha meluruskan dan membenahi kehidupan yang ada disekitarmu, tapi engkau meninggalkan kekacauan di hatimu
(Mustafha Shadiq ar-Rafi’i,Wahyu al-Qalam)

Jika kita secara tidak sadar telah berlaku zalim terhadap diri sendiri, sebab mengabaikan apa yang semestinya kita kontribusikan bagi yang membutuhkan. Tak ada salah kita banyak-banyak memohon ampunan. “Barang siapa bergembira atas kebaikannya dan bersedih atas keburukannya, maka dia adalah seorang mukmin.” (H.R.Bukhari).  Jadikan kesadaran kita sebagai teguran agar tercipta  kekuatan. Kita menyadari bahwa yang bagi kita mudah, belum tentu mudah bagi orang lain. disitulah perlunya memudahkan urusan sesama, semoga Tuhan berkenan pula memudahkan urusan kita.

Doa



Biar setinggi mana ombak prasangka menerjang, Biar seganas apa badai masalah menghempas,tanamkan ketetapan iman agar tidak berganjak haluan. Kalau kita tidak pernah kecewa, mungkin kita tidak pernah merasa dekat dengan doa.

Orang yang hidupnya banyak didoakan orang lain, akan selalu mendapatkan kemudahan, kita tidak bisa hidup dengan kekuatan sendiri. Orang yang selalu ingat akan kebesaran Tuhan, pasti tenang hatinya, kerana ia tahu Tuhan pasti akan menolong dan memberi keadilan padanya, tidak kira cepat atau lambat, keadilan itu pasti tiba mengikut kehendakNya

Adakalanya kita bertanya, mengapa doa belum juga Allah kabulkan. Padahal Allah telah berjanji, bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa. Mungkin pertanyaan itu muncul mungkin salah satunya karena keyakinan didalam diri, bahwa segala sesuatu yang kita inginkan dan minta adalah hal yang terbaik dan pantas untuk diri ini. 

Allah menahan untuk mengabulkan doa kita, karena ternyata Allah lebih tahu bahwa penolakan-Nya itu lebih baik untuk kita
“Bisa jadi kalian membenci sesuatu, padahal itu baik bagi kalian. Terkadang pula, kalian mencintai sesuatu, padahal itu buruk bagi kalian. Sungguh Allah Maha mengetahui dan kalian tidak mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 216)
Apabila Allah telah membukakan bagi hati kita tentang pengertian (faham) maksud dari penolakan-Nya mengabulkan doa dan permintaan kita, maka akan berubahlah penolakan-Nya itu menjadi pemberian. Dan apabila Allah telah memperlihatkan kepada kita hikmah dari kebijaksanaan-Nya, didalam apa apa yang telah dihindarkan-Nya dari kita, maka itu adalah karunia Allah, sehingga pada akhirnya kita bersyukur karena penolakan-Nya mengabulkan doa adalah semata mata untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat.

Doa adalah ibadah, maka menunggu terkabulnya doa adalah ibadah jua.. Jangan tergesa, wahai pendoa. Ketika kita memohon kepada Allah kekuatan, lantas kita diberi kesulitan agar menjadi lebih kuat. Ketika kita memohon kebijaksaan, lantas kita diberi masalah untuk dipecahkan. Ketika kita kita memohon keberanian, lantas kita diberi bahaya untuk diatasi. Kita tidak menerima sepersis apa yang diminta. Namun kita akan menerima sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Maka do’a pun terjawab sudah.

Lakukan bahagian kita saja, dan Allah akan mengerjakan bahagianNya Tetaplah Percaya.Tetaplah Berdoa. Tetaplah Setia. Tetaplah mencari keridhoan-Nya. Terkadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta bukan karena kita tidak berhak, melainkan karena kita  pantas mendapatkan yang lebih baik.

Ketika Harus Menunggu



Kamu sedang menunggu, kita pun menunggu. Kita sama-sama sedang menungu, tapi tidak untuk tunggu-tungguan kan. Kita tetap pada posisi menunggu masing-masing.  Menunggu akan tak terasa jika diisi oleh hal yang menyenangkan lagi bermanfaat. Sebab setelah menunggu waktu kita habis di dunia kita akan kembali menunggu di alam barzakh.

Apa yang sekiranya kita rasakan jika kita dihadapkan pada masa menunggu puluhan, ratusan, bahkan mungkin jutaan tahun. Betah ? Begitulah kita akan menunggu. Kita akan menunggu di alam barzakh bisa jadi sangat lama sekali. hingga terompet pembinasaan dipekikkan. Pernah membayangkan momen penantian itu ?. Mudah-mudahan kita tidak terlewat jenuh melauinya ya. Pilihan kita esok hanya dua. Menyakitkan atau menyenangkan. Karena alam kubur tak menyediakan ruang tunggu yang steril dari siksa dan nikmat. Hanya ada dua ruang. Yakni ruang yang penuh dengan siksa dan ruang yang bergelimang dengan nikmat. Lantas semua pilihan bergantung bagaimana perilkita kita saat hidup.

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.“
(Q.S. az-Zalzalah:6-8)

Ketika kita mengisi hidup dengan taburan benih kebaikan, kelak benih itu akan tumbuh menjadi teman terbaik yang menentramkan hingga dimensi waktu dimusnahkan dan waktu menunggu dihabiskan. Benih kebaikan yang kita semai selama hidup nantinya menjelma dalam wujud taman-taman bunga yang harumnya semerbak, aliran sungai yang menghilangkan dahaga, tak ada lagi terik tak ada lagi kegelisahan, semua sebentang mata yang terlihat hanyalah keindahan. Aduhai….

Mari kita lebih bersabar dengan sandiwara kehidupan sementara ini. Kepulangan kita adalah titik dimana Sang Maha Sutradara dari hidup ini berkata ‘Cut !’. itulah pertanda waktu pementasan kita sudah selesai. Kita pun 'Pulang' dan menunggu lagi.

Ketika kita sadar bahwa dunia adalah ajang sandiwara, maka berperanlah sebaik mungkin. Patuhilah scenario Allah yang sempurna. Beraktinglah sesuai petunjuk al-Qur’an dan Sunah Rasul. Apapun peran yang telah kita pilih, semoga Allah tetap menjadi yang pertama. Berperanlah secara elegan. Sungguh pementasan kita di dunia ini pasti tidak akan lama.

“….. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: ‘Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari. … “
(Q.S. al-Baqarah:259)