Sabtu, 19 September 2015

Bercita-cita lah



Kita  berjalan dengan harapan-harapan. Menjemput masa depan. Coba tanyakan pada diri kita, tentang keingandan cita-cita kita. Jika kita memiliki jawaban yang tak mengarah pada ketaatan pada Allah, lebih bijak jika kita men-delete dan merevisi cita-cita dan keinginan itu.

Mari kita lebih berhati-hati dengan cita-cita. KArena kebanyakan umur kita dihabiskan untuk meraih itu. Kerja keras dan energy terbias untuk mengejar apa yang kita cita-citakan. Betapa ruginya jika hidup kita yang sekali ini kita habiskan untuk mengejar cita-cita yang salah. Cita-cita yang bukannya berujung bahagia, justru membawa diri kepada nestapa. Selalu lah meminta fatwa pada nurani. KArena nurani senantiasa menggaungkan suara kebenaran.

Menuju cita-cita itu, mari kita belajar mengindahkan akhlak. Sebab apaun cita-cita yang kita capai tanpa etika adalah keburukan. Kita mesti menjadi yang profesianal dalam cita-cita yang ingin dituju. Dalam dalam kata professional sebenarnya melekat tentang tanggung jawab moral, etika dalam menjalan profesi yang ditekuni atau dalam bahasa religi yang biasa kita kenal dengan akhlak. Semakin tinggi akhlak, semakin tinggi pula tingkat profesionalisme seseorang. Jadilah yang berakhlak

Mari kita tetap menjaga optimisme, bahwa dalam meraih cita-cita itu tugas kita adalah berkontribusi bukan menebar caci, tugas kita adalah berprestasi bukan malah menebar benci, tugas kita adalah sebanyak-banyaknya memberi bukan hanya sekedar mengkritik tanpa menemukan solusi. Sungguh, setiap manusia senantiasa memiliki kekurangan dan kelebihan. Lalu cinta menyatukan manusia, hingga kekurangan satu akan ditutupi dengan kelebihan yang lain. JIka setiap dari kita selalu menjaga hal-hal tersebut dalam meraih cita-cita. Alangkah semerbaknya negri kita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar