Jumat, 18 September 2015

Meng-Elang Lah !



Meng-Elang lah !

Jangan melewatkan hari ini demi terburu-buru menuju masa depan. Tahukah kita bahwa masa depan terdiri dari apa pun yang kita lakukan pada hari ini?. Maka tak ada salahnya hari yang telah direnggut kelam ini kita belajar dari ELANG. 

Banyak dari kita sudah tau elang, namun belum semua yang mengenal elang. Elang merupakan jenis unggas yang memiliki umur paling panjang di dunia. Kita boleh jadi kalah. Sebab elang ada yang mencapai umur 70 Tahun. Keren kan ?. Namun untuk dapat menikmati umur hingga 70 tahun Elang mesti membelinya dengan seutuh perjuangan, menggandrungi detik-detik pahit yang tak sebentar, berkhidmat pada kesabaran. 

Inilah perjalanan elang. Unggas yang fenomenal hadir saat ada kerumunan anak ayam. Atau sekedar terbang di atas atap rumah untuk menginformasikan tentang ‘kepergian’ seseorang. Jarang dari kita yang mengetahui bahwa, ketika elang sudah berumur 40 Tahun ternyata cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hinga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya juga demikian, menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan elang ketika terbang. Nah, pada saat itu, elang  hanya mempunyai  dua pilihan. Pilihan pertama, elang pasrah saja dengan keadaan dan kelemahannya. Pilihan kedua, elang berjuang untuk melalui suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan selama 150 hari.

Pilihan pertama adalah pilihan yang menjadikannya  sebagai makhluk yang tak berarti, lemah lagi tak berdaya. Hidup hanya untuk menunggu tibanya panggilan ajal, Terbelenggu dalam kemalasan berusaha  dan hanya bisa menyaksikan kehebatan elang yang lain. Atau menjatuhkan diri pada pilihan kedua. Pilihan yang menjadikan elang sebagai makhluk dengan kekuatan baru, sehingga memilki peluang untuk hidup lebih tangguh, kokoh, dan menikmati sepoi-seppi angin bersama kemenangan melawan kegetiran rasa sakit. Elang tidak menghakimi kesendirian, tidak pula meremehkan kesunyian.  Sebab  keduanya memang sebuah pilihan.

Elang yang memilih pada pilihan kedua  akan terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian mendirikan pondok sarang di tepi jurang (*gak takut jatuh lo…), elang akan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.  Pada awalnya elang pun setiap hari mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh baru terlepas dari mulutnya dan akan berdiam menunggu untuk tumbuh. Berdiam dalam kesendirian, setia dalam kesabaran.  Setelah paruh baru tumbuh elang akan mencabuti cakarnya satu persatu dengan kehati-hatian, konsistensi, dan semangat untuk hidup lebih baik. Setelah cakar baru tumbuh maka elang akan mencabuti bulu-bulu pada badannya satu persatu, tetap setia dalam kesabaran dan tak lelah untuk menikmati perjuangan. 

Lima bulan setelah mengabdikan diri pada upaya yang terus-menerus elang pun dapat terbang kembali. Terbang dengan fantastis, dengan paruh, sayap, dan cakar baru yang menakjubkan. Dengan itu elang akan siap menjalani 30 tahun kehidupan barunya berama energi-energi baru. Maka tak pantas ia dinamai dengan elang, karena begitu memesona elang baru itu maka dunia menyebutnya RAJAWALI. (plok..plokk…plok…!)

Dari elang kita belajar tentang meninggalkan zona nyaman. Orang hebat bilang bahwa zona  nyaman itu me-nina-bobok-kan potensi secara cantik. Apalagi untuk kita-kita yang masih terhitung muda (saya iya gak ya ? iya aja lah..hehe). Mari lebih banyak mengecup banyak rasa menghela langkah, mencicipi lebih beraneka deru perjalanan. Kita harus terus berpetualang sampai menemukan di titik mana kesuksesan kita berada.  Apa yang bisa kita lihat adalah apa yang bisa kita capai. InsyaAllah. 

Samar sudah mengatup batas senja.kita telah menempuh sepanjang tubir hari-hari yang garang ini. Menatap hidup yang tak berhenti menggelepar. Setiba kita di malam yang menghalau payah panah terik, dtempat berlindung aman kelam. Saat bintang telah membakar lilinya maka kabut pun bersidekap dengan dahan. Kita akan tetap harus terus bertahan.
Meng-elang  lah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar