Meng-Elang lah !
Jangan melewatkan hari ini demi terburu-buru menuju masa depan.
Tahukah kita bahwa masa depan terdiri dari apa pun yang kita lakukan pada hari
ini?. Maka tak ada salahnya hari yang telah direnggut kelam ini kita belajar
dari ELANG.
Banyak dari kita sudah tau elang,
namun belum semua yang mengenal elang. Elang merupakan jenis unggas yang
memiliki umur paling panjang di dunia. Kita boleh jadi kalah. Sebab elang ada
yang mencapai umur 70 Tahun. Keren kan ?. Namun untuk dapat menikmati umur hingga
70 tahun Elang mesti membelinya dengan seutuh perjuangan, menggandrungi
detik-detik pahit yang tak sebentar, berkhidmat pada kesabaran.
Inilah perjalanan elang. Unggas
yang fenomenal hadir saat ada kerumunan anak ayam. Atau sekedar terbang di atas
atap rumah untuk menginformasikan tentang ‘kepergian’ seseorang. Jarang dari
kita yang mengetahui bahwa, ketika elang sudah berumur 40 Tahun ternyata
cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hinga hampir menyentuh
dadanya. Sayapnya juga demikian, menjadi sangat berat karena bulunya telah
tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan elang ketika terbang. Nah,
pada saat itu, elang hanya
mempunyai dua pilihan. Pilihan pertama,
elang pasrah saja dengan keadaan dan kelemahannya. Pilihan kedua, elang
berjuang untuk melalui suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan selama
150 hari.
Pilihan pertama adalah pilihan
yang menjadikannya sebagai makhluk yang
tak berarti, lemah lagi tak berdaya. Hidup hanya untuk menunggu tibanya
panggilan ajal, Terbelenggu dalam kemalasan berusaha dan hanya bisa menyaksikan kehebatan elang
yang lain. Atau menjatuhkan diri pada pilihan kedua. Pilihan yang menjadikan
elang sebagai makhluk dengan kekuatan baru, sehingga memilki peluang untuk
hidup lebih tangguh, kokoh, dan menikmati sepoi-seppi angin bersama kemenangan
melawan kegetiran rasa sakit. Elang tidak menghakimi kesendirian, tidak pula
meremehkan kesunyian. Sebab keduanya memang sebuah pilihan.
Elang yang memilih pada pilihan
kedua akan terbang ke atas puncak gunung
untuk kemudian mendirikan pondok sarang di tepi jurang (*gak takut jatuh lo…),
elang akan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung. Pada awalnya elang pun setiap hari mematukkan
paruhnya pada batu karang sampai paruh baru terlepas dari mulutnya dan akan berdiam
menunggu untuk tumbuh. Berdiam dalam kesendirian, setia dalam kesabaran. Setelah paruh baru tumbuh elang akan
mencabuti cakarnya satu persatu dengan kehati-hatian, konsistensi, dan semangat
untuk hidup lebih baik. Setelah cakar baru tumbuh maka elang akan mencabuti
bulu-bulu pada badannya satu persatu, tetap setia dalam kesabaran dan tak lelah
untuk menikmati perjuangan.
Lima bulan setelah mengabdikan
diri pada upaya yang terus-menerus elang pun dapat terbang kembali. Terbang
dengan fantastis, dengan paruh, sayap, dan cakar baru yang menakjubkan. Dengan
itu elang akan siap menjalani 30 tahun kehidupan barunya berama energi-energi
baru. Maka tak pantas ia dinamai dengan elang, karena begitu memesona elang
baru itu maka dunia menyebutnya RAJAWALI. (plok..plokk…plok…!)
Dari elang kita belajar tentang
meninggalkan zona nyaman. Orang hebat bilang bahwa zona nyaman itu me-nina-bobok-kan potensi secara
cantik. Apalagi untuk kita-kita yang masih terhitung muda (saya iya gak ya ?
iya aja lah..hehe). Mari lebih banyak mengecup banyak rasa menghela langkah,
mencicipi lebih beraneka deru perjalanan. Kita harus terus berpetualang sampai
menemukan di titik mana kesuksesan kita berada. Apa yang bisa kita lihat adalah apa yang bisa
kita capai. InsyaAllah.
Samar sudah mengatup batas
senja.kita telah menempuh sepanjang tubir hari-hari yang garang ini. Menatap
hidup yang tak berhenti menggelepar. Setiba kita di malam yang menghalau payah
panah terik, dtempat berlindung aman kelam. Saat bintang telah membakar lilinya
maka kabut pun bersidekap dengan dahan. Kita akan tetap harus terus bertahan.
Meng-elang lah !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar