Jumat, 18 September 2015

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 18

Ada yang memanggilku;masa lalu.  walau  tak ingin membuka yang sudah berdebu. Hanya kuhampiri, dan mungkin hanya termangu. Tergugu. Ada sekerat hati yang teriris sembilu ditambah sayatan Katastrofa. Terpuruk dalam ambigu,dengan rasa yang candu.

Sekali lagi, ada yang meruap-ruap menguar dari celah rongga di dada: rindu. Tak pernah dipanggil, namun datang sendiri. Rinduku adalah hempasan gelombang menerjang. Menukik dalam hingga ke palung mariana. Menggelempar hingga ketepian. Pasrah terhempas batu karang dan jeritannya melengking menyait langit, mengaung-ganung hingga pelataran surgawi.

Ayah adakah engkau disana ?

Rindu ini meruah Berceceran, terpisah-pisah tak mampu lagi sembunyikan ; kelesah yang membuncah. Dan di sinilah aku berdiri, di depan pintu itu. Kakiku seperti terpasung karena ulahku. Persuaan dengan masa lalu ; ada sepasang mata sendu, ada langkah kaki kaku, melebarnya ceruk rindu pada seorang yang begitu berarti. Padahal yang telah terlewat, takkan pernah kembali ; sang waktu.

Ayah anak mu merindu.

Ada rasa yang terserak. Kemudian bersepakat begitu saja untuk membuang jauh-jauh bersama ombak. Untuk yang kadang terbuai ; Wahai hati, tak sepantasnya kau begini. Masa depanmu yang indah tengah menanti.Daun tlah jatuh dari dahan.Pertanda berputarnya roda kehidupan. Sadarlah  aku  makna teguranSenang dan sedih; keduanya tangga ujian. Aku mohon pengampunan.

Mengadu pada hujan, diberi jawab tempias. Menengadah ke awan, dapat panorama kapas. Aku meminta saja pada-Nya.

Ayah semoga disana, Ayah selalu disayang Allah

*salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah

#bait_bait_rindu_anak_ayah
#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar