Jumat, 11 September 2015

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 16



aduh sudah mendidih…
tutup periuk pun terhempas jauh..
tak mampu lagi menangkup panasnya kerinduan dalam dada.
Ayaaaaah……..anak mu rindu, sangaaaat.
anak Ayah turun tangga, berderik-derik suara papannya bak suara saat Ayah pertama membuatnya. Ketika ayah mengayunkan tangan menghantam kepala-kepala paku untuk menguatkan anak-anak tangga. Tangga yang selalu anak Ayah tempuh sepeninggal Ayah. Disana ayah pernah duduk berjibaku menyelesaikan sampai tuntas. Terima kasih Yah….
Ayah engkau begitu hebat dan anak mu rindu
Sebentang pemandangan di rumah selalu di batasi dinding yang didalamnya dilukis menawan oleh bayangan-bayangan Ayah. Sebab setiap tetes keringat Ayah telah menjadi pengeras sekujur bangunan di rumah ini, keringat yang telah berpadu bersama partikel-partikel semen dinding yang entah tak tentu lagi bilangannya kuraba bila kurindu. Ayah lah yang dengan sepenuh perjuangan lahir dan batinnya mendirikan rumah ini dengan jerih yang tak pernah mampu dibayar oleh apapun jasa yang ku helakan untuk Ayah. Sampai kapan pun tak pernah terbalaskan. Rumah yang dibangun dengan balutan hangat kasih sayang dan cinta untuk keluarganya. Agar terlindungi dari banyak hal yang membahayakan. Terima kasih Yah….
Ayah engkau begitu hebat dan anak mu rindu.
Bila ku ambil buku dari susunan rak-rak yang berdiri dengan anggun maka yang ku lihat adalah Ayah. Melihat ayah yang tengah menguatkan kembali posisi berdirinya rak ini, melihat Ayah yang sedang menarikan tangannya bersama kuas cat untuk mengindahkan rak buku yang pernah ku pinta pada Ayah. Karena kami pernah bercerita tentang ini dan itu dari seganap harapan kedepan yang akan di tempuh. Maka Ayah ingin menguatkan langkah anaknya untuk menggapainya dengan melakukan apapun yang anaknya pinta untuk menambah kenyamanan sang anak mencapainya. Anak Ayah pernah bilang kan ingin menjadi seorang penulis pada Ayah. Jadi ayah siapkan ruangan khusus untuk sang anak nya itu beserta rak-rak buk dan meja menulis. Terima kasih Yah…
Ayah engkau begitu hebat dan anak mu rindu.
Hampir tak ada dari bagian rumah ini yang tak menyulapnya menjadi bayangan Ayah. Bahkan dalam jiwa anak ayah dalam diri anak ayah ada ayah juga. Ayah yang telah memperjuangkan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya. Yang setia menanyakan perihal kabar saat anaknya jauh di negri orang untuk menyelesaikan pendidikan. Menanyakan, sudah salat nak ? menanyakan, uang masih cukup nak ?, menanyakan, sudah makan nak? menanyakan, gimana sekolahnya nak?, menanyakan, anak Ayah sehatkan ? dan banyak lagi pertanyaan yang amat gusar akan kejadian-kejadian yang tak terduga akan terjadi pada anaknya. Terima kasih Yah….
Ayah engkau begitu hebat dan anak mu rindu.
Kami yang selalu mengahabisnya banyak waktu dalam perjalanan jika di mobil dengan cerita panjang. benar-benar panjaaaang. sebab kami tak rela waktu diperjalanan habis oleh mata yang terpejam. Sebab aku sering menanyakan abanyak hal pada Ayah bahkan kadang kam berdebat dan jika aku mati kartu maka aku akan merajuk. lalu ayah menawarkan sesuatu, terus kami akan melanjutkan pembicaraan dengan topik lain. Ah, sangat menyenangkan. Esok-esok dalam sepanjang perjalanan anak Ayah akan lebih memilih tidur saja.
Mata anak Ayah sudah bengkak, disudahi dulu tulisan ini ya Yah…
anak Ayah getarkan udara dengan simfoni-simfoni doa hingga ke etala langit.
Ayah ….semoga disana Ayah selalu disayang Allah.
salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah.
semoga esok kita bisa melanjutkan cerita-cerita kita kembali  di tempat keabadian.
Amiiin
* Ditinggalkan memang menyakitkan. Tapi aku teringat pohon jati di hutan saradan pernah berbisik padaku. Bahwa rahasia kekuatan kayunya adalah keikhlasan yang ditempa berkali-kali ketika ia ditinggalkan daun-daunnya demi sebuah hikmah. Semua akan baik-baik saja. Semua akan belajar menjadi lebih kuat.

#bait_bait_rindu_anak_ayah
#ayahku_hebat
#anaknya_rindu
#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar