Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dakwah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Januari 2017

Teladan Wanita Era Modernisasi

*"Mencari Model Muslimah Modern"* Pelajaran dari Bunda Yoyoh Yusroh

_assalaamu’alaikum wr. wb._

Sabtu dini hari, 21 Mei 2011, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Yoyoh Yusroh, menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Cirebon. Dalam waktu singkat, kabar duka itu menyebar ke seluruh negeri. Beragam tokoh dari lintas komunitas menyampaikan belasungkawanya. Ust. Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS, bahkan mengatakan bahwa wafatnya Yoyoh Yusroh adalah kehilangan yang dialami oleh dakwah internasional.

Ruhut Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat dan Tantowi Yahya dari Fraksi Partai Golkar termasuk di antara hadirin yang menyampaikan rasa kehilangannya pada hari itu. Dari dunia internasional, tak kurang dari Prof. Dr. Muhammad Badie, orang nomor satu di Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir yang menyampaikan pesan duka citanya. Belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai komunitas lainnya, antara lain dari masyarakat Gaza, yang mengenal almarhumah sebagai salah seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan hak-hak mereka.

Yoyoh Yusroh adalah sebuah pribadi yang menghentak kesadaran semua orang. Sebagai da’i perempuan, jadwal kegiatan dakwahnya tidak pernah kosong. Terlebih lagi semenjak ia diamanahi jabatan sebagai wakil rakyat. Namun di antara seluruh amanah yang dibebankan di pundaknya, Yoyoh telah menerima amanah sebagai ibu dari 13 orang anak.

Yoyoh adalah 1 dari 5 orang perempuan yang termasuk dalam 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK). Saat PK baru berdiri, ia diangkat sebagai Ketua Departemen Kewanitaan. Setahun sesudahnya, ia mundur dari jabatannya di Departemen Kewanitaan untuk kemudian menerima amanah di Majelis Pertimbangan Partai (MPP).

Ketika ia diminta untuk menggantikan rekannya dalam periode PAW di DPR, Yoyoh segera mengontak Hidayat Nur Wahid, Ust. Rahmat Abdullah (alm) dan Ust. Hilmi Aminuddin untuk menanyakan alasan pengangkatannya, sebab ia merasa khawatir tak mampu menjalankan tugas lantaran punya banyak anak. Akan tetapi, jawaban dari ketiganya tetap sama: hal itu adalah keputusan jamaah (ittifaq jama’i).

Di luar kegiatannya sebagai anggota DPR, setumpuk amanah dan prestasi lainnya telah diukir oleh beliau. Aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (2005-2010) bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan lansia, penerima tanda jasa dari International Muslim Women Union (IMWU) dan Mubaligh Nasional dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Namun kiprah paling heroiknya yang dikenang oleh masyarakat Islam internasional pastilah keikutsertaannya dalam rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) yang telah melalui perjuangan berat hingga akhirnya mampu menembus Gaza dengan kawalan tentara Mesir.

Di tengah kesibukan yang luar biasa padatnya, Yoyoh tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah, seorang istri dan seorang ibu. Mempresentasikan suatu kajian sambil mengasuh anak adalah pemandangan yang biasa bagi mereka yang kerap menyaksikan ceramah-ceramah beliau. Padatnya kegiatan juga tidak mengurangi kemesraan beliau dengan Budi Darmawan, suaminya. Sejak awal, seluruh amanah yang diembannya diterima dengan dukungan kuat suaminya, dan ditanggungnya bersama-sama. Ibadahnya pun tidak kendur, sehingga ia dikenal sebagai Muslimah yang selalu mengisi waktu senggangnya dengan tilawah, membaca tafsir, atau menghapal al-Qur’an.

Begitu kuatnya interaksi Bunda Yoyoh – demikian sebagian orang memanggilnya – dengan al-Qur’an, sehingga ia sendiri menetapkan kewajiban tilawah harian hingga tiga juz per hari. Salim A. Fillah, seorang tokoh penulis muda, pernah ‘memergoki’ Yoyoh bersama suaminya tengah bergantian menyimak dan saling mengoreksi hapalan al-Qur’an-nya di sela-sela kesibukan. Bagi beliau, aneka ragam persoalan yang semakin banyak dihadapinya dari hari ke hari justru merupakan alasan penguat untuk mempertinggi intensitas interaksi dengan al-Qur’an, bukan sebaliknya.

Sederet kesaksian lainnya diberikan oleh para tokoh. Lili Nur Aulia, misalnya, menjelaskan berbagai sifat keutamaan dalam diri beliau, antara lain selalu tersenyum, meski dalam keadaan paling kecewa sekalipun, tidak pernah mengeluh ketika menerima tugas-tugas dakwah, konsistensi dalam kesederhanaannya, selalu berbicara dengan kata-kata yang dalam dan sarat makna, ‘keras’ dalam membina diri sendiri namun ‘fleksibel’ dalam membentuk dan membina objek dakwahnya.

Tidak diragukan lagi, umat Islam telah kehilangan seorang tokoh Muslimah yang begitu perkasa, bahkan ia pantas untuk menjadi ikon keperkasaan seorang Muslimah di era modern. Kehilangan semacam ini mungkin yang pertama kalinya dialami oleh umat Islam Indonesia sejak era Cut Nyak Dhien.

Tidaklah berlebihan jika nama Yoyoh Yusroh diucapkan pada tarikan napas yang sama dengan penyebutan nama-nama harum lainnya seperti Zainab al-Ghazali, tokoh Muslimah Mesir yang bukan hanya mencicipi intimidasi karena kegiatan dakwahnya, melainkan juga hingga siksaan fisik. Yoyoh telah membuktikan bahwa identitas dirinya sebagai Muslimah dan da’iyyah tidak sedikit pun menjadi penghalang untuk berprestasi, sedangkan prestasinya tidak terbatas pada pengajuan wacana di mimbar-mimbar belaka, melainkan hingga pembuktian secara nyata di lapangan. Berapa banyakkah tokoh nasional – laki-laki atau perempuan – yang berani menerjunkan dirinya ke wilayah rawan konflik seperti Gaza?

Kisah hidup Bunda Yoyoh adalah sebuah kesaksian panjang tentang keperkasaan seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk Islam. Perempuan tidaklah lemah, hanya saja ia memiliki kekuatan yang berbeda dengan kaum lelaki. Untuk membangkitkan keperkasaan yang hanya dimiliki oleh perempuan itulah Islam menggariskan ajarannya, yang diikuti dengan sangat baik oleh Bunda Yoyoh.

Ketika beliau diminta untuk menjadi anggota DPR, itu adalah karena keputusan jamaah. Partailah yang telah memutuskan bahwa kehadirannya di gedung wakil rakyat sangat dibutuhkan, bukannya semata-mata untuk memenuhi kuota jumlah anggota legislatif perempuan sebagaimana tuntutan kaum feminis. Begitu besar kepercayaan partai pada kapabilitas dirinya, sehingga amanah tersebut tidak dimundurkan barang seinci pun meski melihat kenyataan bahwa ia adalah ibu dari 13 orang anak!

Untuk eksis di segala lini, Yoyoh tidak pernah harus menggadaikan agamanya sendiri. Ia tidak pernah merasa perlu untuk tunduk pada standarisasi kaum lelaki hidung belang yang menghendaki para Muslimah untuk membuka auratnya masing-masing atas nama ‘kebebasan’ atau sekedar ‘tuntutan pekerjaan’. Yoyoh hidup dalam keadaan senantiasa memelihara kehormatannya, kemudian wafat dalam keadaan yang sangat terhormat pula.

Muslimah, berjilbab, menutup aurat dengan sempurna, sibuk luar biasa, aktif di dalam dan di luar rumah, ibu dari 13 orang anak, istri yang berdedikasi tinggi, pecinta al-Qur’an yang sulit dicari tandingannya, pembelajar yang tangguh, wakil rakyat yang sederhana, fungsionaris partai yang kehadirannya sangat signifikan, da’iyyah yang senantiasa sibuk dengan agenda dakwah, perempuan dengan segunung prestasi, mujahidah dengan keberanian yang telah dibuktikan di daerah-daerah konflik, dan intelektual yang kata-katanya senantiasa didengar orang. Tidak diragukan lagi, Bunda Yoyoh adalah mimpi buruk dari segala wacana yang dikumandangkan oleh kaum feminis-liberalis. Dengan kehidupannya, Bunda Yoyoh telah membuktikan bahwa seorang Muslimah tak mesti mengabaikan keluarga untuk menjadi seorang aktifis, tidak perlu merasa terkekang dengan kewajibannya mengurus anak, tidak perlu merasa lemah hanya karena ia perempuan, tidak perlu mengajukan batas kuota agar diakui pantas menduduki jabatan yang terhormat, dan seterusnya.

Selamat jalan, Bunda Yoyoh. Sungguh kami merasa begitu kehilangan ditinggal olehmu. Kami adalah saksi betapa engkau telah memenuhi kewajiban-kewajibanmu dengan baik, dan sebaik-baik istirahat adalah di sisi Allah, Dzat yang tak mungkin menzalimimu.

_wassalaamu’alaikum wr. wb._

9 Januari 2017
(Akmal Sjafril)

Kamis, 25 Agustus 2016

Al-Qur'an itu Menggembirakan

Quality time bukan lagi soal bersama dengan ini dan itu, menghabiskan waktu disini dan disitu. Kini cerita quality time adalah tentang bersama al-Qur'an dan menghabiskan waktu terbanyak dengannya. Membawa alQur'an di hati, pikiran, lisan, dan tindakan merupakan implementasi komitmen seorang shohibul Qur'an. Sebab baginya Al-Qur'an adalah variabel utuh  yang mampu menggembirakan kehidupan ini.

"Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,"( Q.S al-Isra': 9)

Di Syahrul Shiam Kalamullah agung pun diturunkan. Sebagai rahmat bagi alam semesta. Petunjuk dan pembeda sekaligus pemberi kabar gembira bagi mukminin dan mukminat. Makanya Setan tidak suka dengan al-Qur'an dan tidak suka dengan orang yang terus  bermujahadah  dekat dan ingin selalu mencintai  al-Qur'an. Orang yang telah jatuh cinta dengan al-Qur'an ia tak butuh hiburan yang lain selain al-Qur'an karena ia sudah merasa gembira dengan al-Qur'an. MasyaAllah...

"Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),"
(20:1-2)

Truly soleha !

Allah turunkan surat cinta untuk memberi kelapangan. Tapi kelapangan itu tak didapati kecuali saat hati telah khusyuk pada-Nya saja dan menghalau setiap inci perihal yang selain Dia. Orang yang senang belajar Qur'an maka akan menerima sakinah, rahmat, ditemani malaikat, serta disebut spesial oleh Allah. Nikmat bukan ?

Jadilah wanita dambaan Qur'an ya soleha ....

Selasa, 23 Agustus 2016

Jual lah Air Mata mu pada Allah

Bukan manusia jika tidak pernah mengeluarkan air mata. Dengan fitrah yang memiliki perasaan maka dengan sendirinya menghadirkan sistem suka dan duka dalam perjalanan rasa itu. Sering kita lakukan jika dalam himpitan, dalam masalah, dalam kesedihan kita mencurahkan semua itu dalam air mata. Kadang kita berharap adalah kiranya  orang yang berbaik hati  membeli air mata itu dengan kebahagiaan. Sayangnya tumpah ruah air mata itu tidak lain hanya menyisakan rasa simpati atau empati saja di hati orang yang menyaksikannya. Tidak bisa membeli lebih dari itu.

Sebenarnya Allah ciptakan air mata itu benar-benar untuk suatu hal yang sangat berharga. MasyaAllah. Kita terlalaikan untuk mengetahui bahwa Allah lah satu-satu nya yang akan membeli setiap tetes air mata setiap manusia. Air mata yang tercurahkan karena takut pada-Nya, air mata yang membanjiri pipi sebab bencana dosa yang di istighfarkannya di hadapan Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Baik bagi setiap hamba-Nya. Tahu Allah membelinya dengan apa ? Dalam sebuah hadist Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: 2 mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka yakni mata yang menangis karena takut dengan Allah dan mata yang berjaga karena jihad fisabilillah. Itulah yang kita terima dari penjualan air mata kita kepada Allah, terbebas dari kebengisan jahannam.

Jangan lagi buang air mata untuk hal yang mubazir ya soleha...karena semua diciptakan Allah untuk tujuan yang jelas. Menangislah karena keimanan, menangislah karena-Nya dan jangan tangisi urusan dunia ini. Air mata itu sangat berharga saat kau menjualnya pada Allah bukan pada makhluk apalagi dunia yang hina dina ini.

Tak perlu satu pun yang tahu tentang suka duka yang kita lewati, kemarin, hari ini, atau apa-apa yang ada di depan kelak. Cukup pada mereka kita pancarkan spektrum kebaikan, kemanfaatan, dan kontribusi. Menjadilah mata air jernih yang hidupnya untuk menghidupkan kehidupan. Biar nama kita tercatat dalam tinta sejarah dan Allah ridhoi semua itu menjadi amal jariyah.

"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

(Q.S al-Baqarah: 128)

Senin, 22 Agustus 2016

Bekal yang Terbaik

Tidak baik melakukan perjalanan tanpa bekal. Bahaya ! Terlebih perjalanan di hutan rimba yang amat menggenaskan ancaman dalamnya. Sangat klise kita dapati bahwa peran kita di dunia ini tak lebih dari seorang musafir. Ada dimensi waktu yang terjal perbedaannya dalam perspektif kita dengan dalam perhitungan-Nya. Pada hakikatnya kelak kita dapati bahwa tak lama memang kita menjadi penghuni kerak bumi ini. Dalam sesingkat waktu itu pun kita sangat butuh bekal. Mari kita rujuk bekal terbaik itu dalam surat cinta-Nya.

".... Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Q.S.al-Baqarah: 197)

See...
Yang menyampaikan ini adalah Rabb yang menciptakan kita dan segala sesuatu di langit, di bumi, dan di antara keduanya. MasyaAllah...
Maka memahami tentang bekal itu menjadi bagian prioritas bagi kita untuk selamat dan aman hingga akhir peran sebagai musafir ini.

Mari kita simak beberapa defenisi takwa yang Alhamdulillah dapat disadur dari: https://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/#more-533

Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :

1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.

2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.

3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.

4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.

Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”

Menghadapi duri di jalanan saja sudah takut, apalagi menghadapi siksaan api neraka di akhirat kelak, seharusnya kita lebih takut lagi. Permasalahan yang dihadapi biasanya adalah “duri” semacam apakah yang dihindari oleh orang-orang bertaqwa itu dan sejauh manakah kita mampu untuk menghindari “duri” itu.

Syekh Abdul Qadir pernah memberikan nasihat :

”Jadilah kamu bila bersama Allah tidak berhubungan dengan makhluk dan bila bersama dengan makhluk tidak bersama nafsu. Siapa saja yang tidak sedemikian rupa, maka tentu ia akan selalu diliputi syaitan dan segala urusannya melewati batas.”

Seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun besar. Baginya dosa kecil dan dosa besar adalah sama-sama dosa. Ia tidak akan memandang remeh dosa-dosa kecil, kerana gunung yang besar tersusun dari batu-batu yang kecil (kerikil). Dosa yang kecil, jika dilakukan terus-menerus akan berubah menjadi dosa besar.

Tidak hanya hal-hal yang menyebabkan dosa saja yang ditinggalkan oleh orang-orang bertaqwa, hal-hal yang tidak menyebabkan dosa pun, jika itu meragukan, maka ditinggalkan pula dengan penuh keikhlasan.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang telah menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pernyataan ulama besar salaf ini memiliki kandungan yang lebih spesifik lagi. Orang bertaqwa berarti dia telah mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya di neraka. Selain itu, ia juga harus mengetahui batasan-batasan (aturan-aturan) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Di sinilah peran penting dari perintah Rasul SAW untuk menuntut ilmu dari mulai lahir hingga liang lahad. Ketaqwaan sangat memerlukan landasan ilmu yang benar dan lurus, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT sangat mencela kepada orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang batasan-batasan yang telah disampaikan kepada Rasul-Nya. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah bahwa Alah akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa darjat.

Dalam perjalanan meraih darjat taqwa diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu, bisikan syaithaniyah yang sangat halus dan sering membuat manusia terpedaya. Sikap istiqamah dalam memegang ajaran Allah sangat diperlukan guna menghantarkan kita menuju darjat taqwa.

Selasa, 26 Juli 2016

Menjadi Lebih Baik

Sebelumnya kita pernah melakukan banyak kesalahan dalam hidup ini. Mungkin tak terhitung langkah, tindakan, sikap, dan tujuan yang sempat kita helakan itu tidak sejalan dengan kebaikan untuk kehidupan akhirat. Sebab manusia itu dhoif dan lemah. Tanpa rahmat dan ampunan dari Allah kita bukanlah apa-apa dan tidak akan pernah mendapatkan kebaikan bahkan keselamatan. Maka kita akan selalu meminta untuk dapat menjadi lebih baik. Bukan lebih baik dari orang lain, tapi lebih baik dari diri kita yang kemarin.

Barangkali kita pernah merasa tidak siap dengan ujian yang Allah berikan. Sisi manusiawi seorang manusia itu selalu ada,  ada-ada saja satu dua kejadian-kejadian dalam kehidupan ini yang menurut kita menjengkelkan. Manusiawi memang karena kita masih ditempa-Nya untuk menjadi yang lebih baik. Masih dalam proses atas harapan kita sebelumnya. Sebenarnya, Allah mengetahui bahwa kita pasti bisa melaluinya. Pasti bisa! Karena begitulah  hakikat dari setiap ujian yang Allah berikan, sedetailnya telah disepadankan dengan kekuatan dari hamba-Nya tersebut. Tidak untuk membuat kita hina namun untuk memuliakan. Tidak untuk menyakiti namun untuk membuat kita lebih kuat. Tidak untuk membuat sedih namun untuk kita kembali pada-Nya. Tidak untuk membuat kita khawatir namun untuk kita dapat lebih yakin pada-Nya. Semua itu agar kita dapat menjadi lebih baik. Disanalah peran keimanan menjadi perangkat lunak qalbu untuk memberikan intruksi-intruksi positif pada pikiran. 

Semakin kesini, semakin jauh lintasan kita mengelilingi matahari. Kita yang meminta pada Allah untuk menjadi lebih baik, secara sembunyi-sembunyi Allah kabulkan permintaan itu. Maha Baik Allah atas do'a-do'a yang diijabah dengan teknik termodern dalam perencanaann-Nya. Dengan pengabulan do'a-do'a itu kita terlahirkan lagi dengan pribadi yang lebih dewasa jiwanya, lebih dalam dan lembut  hatinya, lebih kokoh jiwanya, lebih luas sudut pandangnya dalam menilai, lebih tertempa, dan lebih hati-hati. 

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." 
(Q.S.Fathir [35]: 37)

Semoga kita belum terlambat untuk menjadi yang lebih baik. Khususnya, lebih baik dalam mengerjakan amal shaleh. Karena usia ini tidak tahu kapan akan disudahi. Berharap pada penghabisan usia, kita sudah menjadi yang lebih baik atau bahkan sangat baik. Baik dalam pandangan Allah. Setiap dari kita berpotensi untuk menjadi yang lebih baik.

Ittaqillah !

Senin, 25 Juli 2016

Ridho-Nya, Agama-Nya, Kebahagiaan Kita

Bismillah...

       Bersama siang dan malam yang bertasbih memuji asma Allah, diiringi senandung penghambaan embun pagi dan hembusan angin yang membuat rerantingan menari, ditemani ketundukan dan kerelaan bumi mengelilingi matahari. Saat kelopak mata terbuka dengan hati seringan awan tanpa ada lagi yang menghimpit. Kulantunkan tahmid mendebu-debu pada Yang Maha Baik. Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pemilik Arasy nan Karim. Untuk-Nya hidup ini dipersembahkan dan kepada-Nya lah setiap diri patut berserah. Dengan itu,  aku tuliskan kembali jahitan-jahitan kalimat yang diharap kelak akan merajut bulir-bulir kebaikan untuk amal jariyah. 

For the sake of Allah...anything, everything at all...!

Demi mencapai keridhoan-Nya. Duhai diri-diri yang memesona, semoga Allah mudahkan kita untuk bersegera pada kebaikan dan memotivasi sesama untuk menuju pada kebaikan. Ketika impian-impian itu kita eksekusi diatas jalan keridhoan Allah. Maka Allah akan menjadi jaminan untuk manusia meridhoi derap-derap langkah perjuangan kita menggapainya. Sebab semua impian-impian itu untuk hidup yang menghidupkan bukan sekedar hidup untuk kehidupan. Seindah untaian kalimat cinta dari-Nya;

".....Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(Q.S.al-Baqarah[2]: 148)
        Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah seperti potongan alam yang gelap gulita. Dipagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan disore hari telah menjadi kafir, dan disore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari telah menjadi kafir. Orang tersebut menjual agamanya dengan sedikit kenimatan dunia." (H.R.Muslim, Riyadhus Sholihin Bab 10 Hal. 13)

Dunia ini, kehidupan ini penuh dengan rupawannya tipu daya. Kita yang Allah yakinkan untuk pemangku gelar KHALIFAH terlampau sering terlena dengan hingar bingarnya keinginan diri dan kepentingan duniawi. Na'udzubillah....Sehingga lalai dalam menyegerakan diri untuk menggelar sesederhananya kebaikan. Seperti kebaikan yang Allah tawarkan ketika kita diberi ujian. Saat Allah uji seorang insan dengan kehadiran insan yang lain. Jika semua telah kita landaskan karena iman. Maka, alasan kita membenci adalah karena-Nya dengan itu kita tidak akan menyakiti. Apalagi ketika kita mencintai. Akan menjadi ikatan terkuat untuk mengindahkan segala kebaikan. 

         Kita akan berjuang mencapai ridho-Nya dengan menegakkan agama-Nya. Setidaknya menegak agama-Nya dihati kita, tindakan kita yang memberi teladan, apatah lagi dapat ditularkan pada keluarga dan sesama. Semoga Allah mampukan dan kuatkan tekad serta pijakan langkah untuk merealisasikan. Kita berharap dapat selalu bersama orang-orang yang memperjuangkan langkahnya untuk mencapai keridhoan Allah. Kita takut bukan, saat kembali membaca Sabda Rasulullah SAW ini;
"Bersegeralah kalian beramal (sebelum datang) tujuh perkara. Bukankah kalian tidak menantikan kecuali kefakiran yang melalaikan, atau kekayaan yang menyebabkanmu melampaui batas, atau sakit yang merusak, atau usia tua yang melemahkan, atau kematian yang sangat cepat atau dajjal, maka ia adalah seburuk-buruknya mahkluk ghaib yang ditunggu, atau hari kiamat, maka hari kiamat itu adalah lebih besar bencananya serta paling pahit." (HR. At-Tirmidzi, Hadist Hasan dalam Riyadush Sholihin Bab.10 Hal 133)

 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." 
(Q.S al-'Ankabuut [29]: 69)

 Manisnya keimanan itu. Selagi kita selalu berbuat baik maka Allah akan bersama kita. Bukan hanya perbuatan fisik namun juga perbuatan hati, dan perbuatan hatilah yang lebih esensi ganjaran dari-Nya. Bila kita bersungguh-sungguh untuk mengejar ridho-Nya dengan segala jalan kebaikan yang Allah pilih untuk kita maka Allah berikan jalan-jalan kemudahan. Mudah di dunia dan mudah di akhirat. Adakah yang lebih membahagiakan dari segala kemudahan yang Allah berikan? MasyaAllah..Bantu hamba yang lemah ini untuk engkau mudahkan menemui Mu di yaumul akhir ya Rabb. Sebab itulah puncak kebahagian termegah dan paling dirindukan. Allahumma amin ya Mujib

Orang-orang yang mengejar keridhoan Allah hidupnya terjaga dan terjamin mudah dan mendapat tempat kesudahan yang indah. Semoga Allah mudahkan, kuatkan, dan mampukan untuk menjadikan ridho-Nya prioritas dan titik akhir semua langkah yang ingin dituju. Inni asalu-Ka ridhoKa wal jannah ya Rabbal 'Alamin.



Minggu, 21 Februari 2016

Bait-Bait Ukhuwah dari Shohibul Iman, Azma

Kubaca
Firman Persaudaraan
ketika kubaca firman-Nya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan
tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman
aku ingat pertemuan pertama kita, ukhti sayang
dalam dua detik, dua detik saja
aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabat
ya, kubaca lagi firman-Nya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”
aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan
karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
tentu terlebih sering, imankulah yang compang-camping
kubaca firman persaudaraan, ukhti sayang
dan aku makin tahu, mengapa di kala lain diancamkan;
“para kekasih pada hari itu menjadi musuh sebagian yang lain…
Kecuali orang-orang yang bertaqwa”

Sabtu, 30 Januari 2016

Sabar, Sabar dan Sabar ! Beginilah jalan dakwah... (Ust Cahyadi Takariawan)

Sabar, sabar, sabar… Beginilah jalan dakwah telah kita lalui. Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, maka Allah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

Bisa jadi ada salah paham di antara para aktivis. Bisa jadi ada ketidaknyamanan perasaan di antara para pelaku dakwah. Bisa jadi ada data yang kurang valid, namun digunakan untuk pengambilan keputusan. Bisa jadi ada stigma yang menganga, dan tidak pernah ada pengadilan yang memberikan klarifikasi. Bisa jadi ada persepsi yang keliru. Bisa jadi ada ketidaktepatan dalam menerapkan teori.

Capek, lelah mendera jiwa dan raga. Namun ini adalah pilihan, yang tidak ada sedikitpun paksaan kita bersamanya. Bisa jadi ada ketidakpahaman, ada ketidakmengertian, dan kita tidak pernah menemukan jawaban. Bisa jadi Khalid bin Walid tidak pernah mengerti mengapa dirinya diganti dari posisi panglima perang yang demikian dihormati. Namun toh kehormatan dirinya tidak runtuh karena posisi itu tidak lagi dia miliki.

Kehormatan diri kita adanya pada konsistensi. Konsisten menapaki kebenaran. Konsisten menapaki jalan kebaikan. Komitmen pada peraturan. Teguh memegang keputusan. Mendengar dan taat, itulah karakter kader teladan. Bukankah ini ujian, karena yang kita dengar dan kita taati bisa jadi berbeda dengan suara hati nurani. “Qum Ya Hudzaifah !” Menggelegar suara perintah. Dan Hudzaifah segera bangkit berdiri.

Kehormatan diri bukan terletak pada posisi kita sebagai apa. Tidak menjadi apa-apa, tetap bisa dihormati. Kita terhormat karena karakter yang kuat, kita terhormat karena karya yang tiada pernah berhenti, kita terhormat karena kerja yang terus menerus, kita terhormat karena keteladanan, kita terhormat karena kesabaran dan kesetiaan.

Ya. sabar, sabar, dan teruslah sabar… Karena memang beginilah jalan dakwah telah kita lalui. Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, dan Allah telah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.

Jumat, 29 Januari 2016

Menggagahi Kematian yang Bertamu

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Dapat disimak dalam Q.S az-Zalzalah: 6-8, dalam ayat tersebut manusia kebingungan dan ketakutan yang menyengat hati, bingung dan heran, terguncang dan pusing tak karuan. Hampir tak bisa menarik nafas lagi dan menghadapi kejadian pengumpulan manusia di Padang Msyar, dihisab dan dimintai pertanggungjawaban, ditimbang amal perbuatannya, dan diberi balasan masing-masing yang setimpal. Kelak kemana saja mata memandang, manusia akan melihat bayang-bayang orang yang bangun dari kubur kemudian pergi dengan cepat. Ia tidak melambaikan kepada sesuatupun. Benar-benar detik-detik yang mencekam dan tak terlukiskan oleh aksara maupun bahasa manusia. Amat dahsyat, menakutkan, mengerikan, dan mendebarkan. Beginilah kondisi manusia setelah kematian. . . 

Dengan mentadabburi Q.S.az-Zalzalah: 1-2 akan tercitra pemandangan yang menggoyangkan kaki orang-orang yang mendengarkan surah ini. Juga menggoncangkan segala sesuatu yang selama ini kukuh mantap di atasnya. Sehingga terbayanglah olehnya seakan-akan mereka sedang terhuyung-huyung dan sempoyongan, sedang bumi yang dipijaknya bergoncang dan bergelombang. Sebuah visualisasi yang melepaskan hati dari segala sesuatu yang dulu mempesonakannya di bumi, dan dikiranya akan lestari dan abadi. “Ketika jiwa kita terhenyak oleh kenyataan kehidupan kedua setelah di dunia ini, lahirlah keimanan.”

Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang. unsur kematian dan hari akhirat sejatinya menggugah kesadaran kita tentang sempitnya waktu di dunia.

Kita tidak akan pernah bisa menghindari kematian bahkan kadang datang 'baghtatan', sekonyong-konyong, mendadak (QS Al An'am: 31). Kita tidak pernah tahu kapan, di mana dan bagaimana cara kita mati. 'Mastuurun', dirahasiakan Allah, kapan, di mana dan bagaimana? Kita tidak tahu. Yang pasti, pasti mati.

Mengenang amal, mengingat kematian, manajemen bekal akhirat, menguatkan tekad, mempersungguh taubat.

Begitu banyak para penyair yang dengan terang-terangan mengingatkan diri pribadi, orang lain bahkan suatu bangsa agar selalu teringat yang namanya mati. Maut pasti akan datang menjemput dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui kapan dan dimana kita ini akan dihampiri oleh Malaikat Maut untuk mencabut nyawa kita.

Tiada satu pun dari yang engkau lihat akan kekal keceriaan wajahnya.
Tuhan kekal, sedangkan harta dan manusia akan binasa.

Ketahuilah bahwa kita akan dimintai pertanggung-jawaban.
Jika engkau mengantar jenazah ke dalam kubur.
Ingatlah, sungguh engkaupun akan diusung.
Berbekallah dari dunia ini.

Karena sesungguhnya kita tak tahu bila malam telah tiba.
Apakah akan hidup sampai fajar?
Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya
Padahal roh mereka telah digenggam pada malam Lailatul Qadar.

Betapa banyak anak kecil diharapkan panjang umur.
Tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan alam kubur.
Betapa banyak orang yang sehat mati tanpa sakit.
Betapa banyak orang yang sakit malah hidup lebih lama.

Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore.
Padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya.
Betapa banyak orang yang tinggal di istana pada pagi hari.
Di sore harinya ia menjadi penghuni kubur.

Maka jadilah orang yang ikhlas Dan lakukanlah selalu amal baik.
Semoga kita peroleh ganjaran dan pahala.
Tetaplah takwa kepada Tuhan.
Sebab takwa dapat memberi rasa aman dari kengerian di Padang Mahsyar.
Biarkan dunia menghampirimu dengan sia-sia.

Bukankah akhir perjalanannya adalah perpindahan?
Dunia tiada lain laksana bayangan.
Yang menaungi....lalu lenyap tak berbekas.
Setiap hari maut menebarkan kain kafan.
Sementara kita lali akan kewajiban.

Ketika Abdullah bin Mas’ud menemui kematiannya, ia memanggil puteranya: “Ya Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, aku ingin berpesan padamu tentang lima hal. Jagalah demi menjalankan pesanku ini.

Pertama: Hilangkanlah rasa putus asa dari hadapan orang banyak, sebab demikianlah kaya yang sesungguhnya.
Kedua: Tinggalkan mengemis (untuk kebutuhan hidupmu) dari orang lain, sebab yang demikian itu adalah kemiskinan yang kau datangkan sendiri.
Ketiga: Tinggalkan hal-hal yang kau anggap tak berguna. Jangan sekali-kali sengaja kau mendekatinya.
Keempat: Jika kau mampu, janganlah sampai terjadi padamu satu hari di mana hari itu lebih tidak lebih baik dari kemarin. Usahakanlah.
Kelima: Jika engkau shalat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Resapi dan renungkan seakan engkau tak akan shalat lagi setelah itu.

Allah Ta'ala berfirman: "Setiap jiwa itu akan merasakan kematian, Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kemenangan. Dan Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kehidupan yang menipu." (Ali-Imran: 185)

Wahai manusia, ,,
jangan engkau tertipu daya oleh dunia yang fana,
sebagai tempat ujian bagi kita.
Dunia sementara....
akhirat selama-lamanya....
orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa mati.
semua akan pergi menghadap Ilahi.
dunia yang dicari, tak ada yang berarti.

 



Rangkuman Motivasi Islami

1. Kadang, rekaman sejarah kehidupan itu menarik simpul dibibir tuk tersenyum. Bahwa setiap duka pasti berganti bahagia, indah, dan menawan.

2. Penghambaan tulus itu, terbukti saat pujian tak membuat hati bahagia & celaan tak membuat hati terluka.Karena ia tak butuh penilaian makhluk

3. Penghambaan tulus itu, terbukti saat pujian tak membuat hati bahagia & celaan tak membuat hati terluka.Karena ia tak butuh penilaian makhluk

4. Bacaan Al-Qur'an harusnya mengisi akalmu dengan kebaikan, lidah dengan kesantunan bicara, geliat akhlak yang kian membiaskan pesona syurga

5. Tapi ketahuilah, sebenarnya waktu Subuh lebih kejam dari perampok itu. Sebab jika kita ‘tergilas waktu Subuh’, sehingga melalaikan sholat fajar, maka kita akan menderita kerugian yang jauh lebih besar dari sekadar kehilangan laptop dan mobil. Kita bahkan akan kehilangan dunia dan segala isinya. Ingat, “Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya,” (HR Muslim).

6.  Ngobrol sama Allah sampai puas, bermesraan sampai pulas, tilawah Al-Qur'an dengan totalitas.

7. Bagimu ada kesenangan di dunia sampai pada waktu yang ditentukan.

8. Perjuangan menuju wajah Allah itu memang jalannya berat kawan, karena hasilnya adalah menawan. Bersabarlah bersama kebenaran.

9. Melalui al Qur’an, Allah menghinakan banyak orang dan mengangkat derajat banyak orang.

10. Siapa yang mampu mengalahkan setan maka ia akan berkuasa atas dunia dan akhirat. Be the Winner....! 

11. Menjadi pembelajar berarti selalu mengajarkan serta tidak pernah berhenti belajar. 

12. Tanda cintanya Allah pd seorang hamba, dibuat hatinya senang dan mencintai ibadah, amal kebajikan, dan iman.

13. Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.

14. Jatuh cinta adalah kecelakaan yang paling indah. Jika jatuhnya cinta ke pada Allah semata.
Sempurna......!

15. Kebahagiaan itu tahtanya di dalam hati. Pada hati yang bersyukur, ikhlas, dan banyak mengingat Allah.

16. Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan tanpa keberatan, kepercayaan terhadap semua keputusan Allah ( Q.S. 49:15).

17. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua perintah Allah dengan mudah. Sebaliknya, perintah Allah akan selalu terasa berat di saat iman kita melemah. Kalimat syahadatain juga akan membuat keimanan menjadi bersih dan murni, ibarat air yang suci. Allah akan memberikan dua keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah. Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur’an:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Al-An’am: 82).

18. Jika kekosongan hati datang segerakan mengingat tujuan akhir kehidupan, bahwa wajah Allah tak dapat digapai dengan kelalaian dan bermalas-malasan, kecuali dengan jihad fi sabilillah. Cepatlah kembali pada Allah.....sebelum benar-benar dikembalikan pada Allah pada saat perbekalan masih nihil. Hingga penyesalan menguap-nguap di tebing murka dan azab nestapa.

19. Bersabarlah dengan godaan dunia, karena kita takkan sanggup sabar dengan azab neraka.

20. Sungguh yang akan menghentikan laju ujian kehidupan itu hanyalah kematian.

21. Umar bin Khatab: aku mencari segala bentuk rizki, tapi tidak menemukan rizki yang lebih baik dari sabar.

22. jk cinta adalah jalan tuk bahagia,mk aku akan berupaya jatuh cinta terhadap apa pun jalan yang Allah tetapkan.Agar ku pandai merangkai kebahagiaan.

23. Allah mentenagai Jiwa yang tabah. Bersabarlah dalam ketaatan dan ujian. Banyaklah menyebut Allah, agar hati menjadi tenang.

24. Allah kirimkan orang yang memancing kemarahan kita untuk menguji patutkah hambanya tersebut menjadi terpuji.

25. "Pendendam tidak masuk syurga walaupun ia benar", Tuh Sabda Rasul saw lo. Astaghfirullah wa atubu ilaik.

26. Kekaguman orang pada kita dan kita pada orang,tergantung pada Allah yang menyemai dihati.Dalam waktu sekejap bisa hilang. Semua ujian belaka.

27. Orang-orang sukses tidak mengizinkan kegagalan merasuki pikiranya. Mereka memilih berfokus pada kesuksesan yang akan diraihnya.

28. Tidak sungguh-sungguh membuat diri Profesional juga merupakan bentuk Pengkhianatan atas kepercayaan yg diberikan. 

29. Sesulit apapun kondisi, diam tak akan menjadi solusi,ujian tuk dijalani,kebanyakan berfikir hanya memberatkan.Bergeraklah sekalipun lambat.

30. Hanya Allah yang pasti,memperhatikanku dengan setia, menyayangiku dengan penuh,dan menemaniku dimanapun aku berada.Manusia suka berpura-pura.

31. Kita ada karena kita dipercaya sebagai khalifah bagi perdamaian semesta, rahmat bagi dunia dan akhirat.

32. Hidup hanya menunda kematian. Lebih tak berharga jika menyelesaikan hidup ini dengan sia-sia. 

33. “Dendam selayaknya hanya berhenti pada kata atau bergelinjang dalam pikiran yang kerdil, tetapi ia tak boleh hadir di permukaan. Kau tahu mengapa? Sebab Dia dan seluruh mahluk-Nya akan berpaling dari dirimu. Jejak-jejakmu sebelumnya, bayanganmu pupus oleh kelam dendam yang kau ukir pada seonggok darah dalam tubuhmu….” -Helvi Tiana Rosa,'Lelaki Kabut dan Boneka'- 

34. Siapa keadaannya seperti apa yang Allah inginkan; Allah ada baginya melampaui segala harapan. 

35. Dan demikianlah rahasia dunia ini. Jika engkau membuang cinta dunia dari hatimu, dunia akan tersedia untuk engkau ambil. Engkau bisa memiliki dunia karena ia berada di tanganmu dan bukan di dalam hatimu.” (Hamzah Yusuf) 

Kamis, 28 Januari 2016

Nasihat untuk Pecinta Al-Qur'an

Orang yang yang menjadikan al-Qur'an paling utama dalam detik, menit, jam, dan sehari-harinya. Maka ialah orang yang dijadikan Allah utama atas hamba-hamba-Nya.
Orang yang selalu bersama Al-Qur'an, Untuk itu Allah pun selalu bersamanya. Maka baginya kemudahan dunia dan akhirat, ridho Allah atasnya, dan untuknya pulalah kemuliaan di sisi Allah.

-Syekh Ali Jaber-

Minggu, 20 September 2015

Dan Saya pun Tertampar



Alhamdulillah siang ini dapat pinjaman buku “Warisan Sang Murabbi” karya KH. Rahmat Abdullah dari salah seorang, Shohibul Iman. Saya terhenti, hati pun mencaci diri sendiri, dan kesesakan dada berirama menjejali  saat pada halaman ke 33. Kutipannya begini

Nilai iman yang tertinggi manakala pemiliknya dapat merasakan ketentraman iman (Q.S.ar-Ra’d:28) dan karenanya mereka berhak mendapatkan kemananan (Q.S al-An’am:82). Ketentraman dan keamanan tersebut tidak ada hubungannya dengan mentalitas burung onta yang melarikan diri dari persoalan ummat dan berlindung di balik dinding  ma’bad tempat dzikir, karena orang seperti mereka bisa sangat terguncang dan tidak merasa aman terhadap guncangan makhluk. Terlebih untuk bisa menjadikan dirinya “perisai Tuhan” bagi hamba-Nya yang lemah teraniaya.
Imam Ahmad meriwayatkan hadist, suatu masa turun perintah Allah kepada seorang malaikat untuk menumpahkan adzab pada suatu negeri. Malaikat itu melapor dan Allah Maha Tahu tentang hal yang dilaporkannya Ya Tuhan disana ada orang shaleh. “justru jawaban Allah begitu mengejutkan,” mulailai timpakan azab kepadanya. Apa pasal ?. Karena wajahnya sama sekali tak pernah memerah karena Aku. Ia tak punya kecemburuan dan ketersinggungan bila kehormatan Allah dilanggar. Ia tenang ketika ummatnya dibantai. Ia baru tersinggung bila pribadina di usik!
Salah satu sukses madrasah (aliran) sekuler modern adalah keberhasilan mereka mencetak generasi Muslim yang tak tersingging bila Islam, al-Qur’an dan Rasul diejek,:Demi toleransi” kata mereka.
          
Selesai membaca bab ini saya pun tertampar dan spechless

Sabtu, 19 September 2015

Perjalanan Menuju 'Pulang'



Kita sedang menuju perjalanan ‘pulang’.  Sudah sebentuk apa bangunan rumah di tempat abadi kita ?. Sebab kita semua sudah sama-sama tahu hidup di dunia jauh lebih singkat ketimbang hidup kita setelah kematian.  Mungkin hari ini kita masih bisa menikmati swatamita mengkanfas sepanjang hari lalu esoknya kita telah menjadi senandika. Segala eunoia dunia ini akan habis pada batas waktu yang pasti. Hidup kita bisa berakhir kapan pun. Izrail datangnya tidak pakai undangan, suka-suka keputusan Tuhan.

Keyakinan akan adanya hari pembalasan menjadikan setiap dari kita lebih mawas diri, semakin memantapkan keyakinan yang pada akhirnya menumbuhkan semangat  pengabdian. Selalu lah ingat bahwa detak jantung kita adalah detak menuju garis finish kehidupan. Helaan nafas kita adalah berkurangnya usia. Jika berkurangnya usia tidak diimbangi dengan pertambahan ilmu, kebaikan, pemahaman, dan kekhusyukan dalam ibadah mungkin bisa-bisa kita tegolong bagian yang merugi.  Jadi tak ada salahnya kita banyak-banyak mengingat penghacur kenikmatan ini; kematian. Agar kita tidak terlenakan oleh kehidupan yang hanya menjadi jembatan untuk ‘pulang’.

Karena kita dari tanah, sudah selayaknya rebah kembali ke tanah. Adakalanya perasaan dekat dengan ajal mengantarkan jiwa kita pada kondisi damai. Kita tak lagi berpanjang angan akan ini dan itu, focus untuk memaksimalkan hari ini. Betapa bodohnya kita saat telah mengetahui kematian dapat menghampiri kapan pun, namun kita masih dengan tenang mengerjakan hal yang sia-sia bahkan dosa, Na’udzubillah…

Terbayang, alangkah nikmat jadi orang yang fokus hidupnya adalah akhirat. Seluruh waktunya terisi ibadah. Diamnya jadi zikir, tenangnya jadi piker, ucapannya jadi nasihat, langkahnya jadi jihad, tingkah lakunya jah dari maksiat. Jiwanya tentram, tak punya ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Selalu syukur atas segala pemberian Tuhan. Tak tinggi hati kala dipuji, tak rendah diri kla dimaki. Tak ada yang lebih mengkhawatirkannya kecuali Tuhan tak lagi mencintainya. (*Meleleh…) Mungkin orang-orang yang seperti ini, berjilid-jilid pikiran dan perasaannya hanyalah tentang kematian. Sehingga tak mau melakukan hal yang tidak membaikkan kampung ke’pulang’an-nya.

Sebelum ‘pulang’, mari kita pelajari dunia tempat perjalanan kita sebelum kembali. Dunia ini adalah kesenangan yang menipu (Q.S.Ali-Imran:14).  Dunia ini adalah kecil, segala apa yang ada di dunia adalah kecil, kebahagian kecil, kesengsaraan kecil, kenikmatan kecil, lalntas kita pun juga kecil (Q.S. an-Nisa’:77).  Dunia hanyalah tempat sandiwara kehidupan dipentaskan (Q.S.al-An’am:32). Dan dunia adalah penjara  bagi orang-orang yang merindukan wajah Allah. Beginilah dunia kita. Semoga kita mampu menempuhnya dengan sebaik-baiknya perjalanan. 

Ketika kita masih takut dengan kematian, bisa jadi dosa-dosa kita yang menjadi nanah penyebabnya. Karena orang yang telah mengisi hidupnya dengan ketaatan, ia sangat mendambakan untuk cepat-cepat ‘pulang’. Mereka adalah yang sangat merindukan hari dimana ia menerima kebaikan yang telah dituntaskan selama hidup. Orang yang selama hidupnya sudah berusaha mengabdikan seluruh waktu, tenaga, harta untuk penghambaan pada Allah, begitu syahdu kerinduannya akan perjumpaan dengan Penciptanya. Itulah waktu ia pulang ke tempat keabadian.

Bercita-cita lah



Kita  berjalan dengan harapan-harapan. Menjemput masa depan. Coba tanyakan pada diri kita, tentang keingandan cita-cita kita. Jika kita memiliki jawaban yang tak mengarah pada ketaatan pada Allah, lebih bijak jika kita men-delete dan merevisi cita-cita dan keinginan itu.

Mari kita lebih berhati-hati dengan cita-cita. KArena kebanyakan umur kita dihabiskan untuk meraih itu. Kerja keras dan energy terbias untuk mengejar apa yang kita cita-citakan. Betapa ruginya jika hidup kita yang sekali ini kita habiskan untuk mengejar cita-cita yang salah. Cita-cita yang bukannya berujung bahagia, justru membawa diri kepada nestapa. Selalu lah meminta fatwa pada nurani. KArena nurani senantiasa menggaungkan suara kebenaran.

Menuju cita-cita itu, mari kita belajar mengindahkan akhlak. Sebab apaun cita-cita yang kita capai tanpa etika adalah keburukan. Kita mesti menjadi yang profesianal dalam cita-cita yang ingin dituju. Dalam dalam kata professional sebenarnya melekat tentang tanggung jawab moral, etika dalam menjalan profesi yang ditekuni atau dalam bahasa religi yang biasa kita kenal dengan akhlak. Semakin tinggi akhlak, semakin tinggi pula tingkat profesionalisme seseorang. Jadilah yang berakhlak

Mari kita tetap menjaga optimisme, bahwa dalam meraih cita-cita itu tugas kita adalah berkontribusi bukan menebar caci, tugas kita adalah berprestasi bukan malah menebar benci, tugas kita adalah sebanyak-banyaknya memberi bukan hanya sekedar mengkritik tanpa menemukan solusi. Sungguh, setiap manusia senantiasa memiliki kekurangan dan kelebihan. Lalu cinta menyatukan manusia, hingga kekurangan satu akan ditutupi dengan kelebihan yang lain. JIka setiap dari kita selalu menjaga hal-hal tersebut dalam meraih cita-cita. Alangkah semerbaknya negri kita ini.