Selama
masa hidupnya, kisah-kisah tentang kedermawanan Abu Bakar Ash-Shiddiq
r.a. begitu banyaknya, sehingga sangat sulit untuk dikumpulkan menjadi
satu. Salah satu kisah yang masyhur adalah pada waktu perang Tabuk,
ketika Rasulullah saw. menghimbau untuk mengumpulkan bantuan, Abu Bakar
r.a. telah mengumpulkan semua harta benda yang ada di rumahnya, lalu
diberikan kepada Rasulullah saw.. Dan ketika Rasulullah saw. bertanya,
“Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan di rumahmu?” Ia menjawab,
“Allah swt. dan Rasul-Nya (yakni perbekalan yang berupa keridhaan-Nya
dan Rasul-Nya) ada di rumah.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah ) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (Q.s. Al-Lail: 17-21).
Ibnu Jauzi rah.a. berkata, “Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakr Shiddiq r.a, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak harta Abu Bakr r.a.” Setelah mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, Abu Bakr Shiddiq r.a. menangis dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah diri saya dan harta saya menjadi milik selain engkau?” Sabda Nabi saw. ini banyak diriwayatkan dari beberapa sahabat dalam beberapa riwayat. Di dalam sebuah riwayat dari Sa’id bin Musayyab terdapat tambahan, “Rasulullah saw. menggunakan harta Abu Bakr r.a. seperti ketika menggunakan hartanya sendiri.” Urwah r.a. berkata, “Ketika Abu Bakr r.a. masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham, semuanya dibelanjakan untuk Rasulullah saw. (yakni dalam keridhaan Rasululullah saw.). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ia masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham. Dan pada waktu hijrah, yang tersisa hanya 5000 dirham. Harta itu digunakan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya (yang disiksa karena masuk Islam) dan untuk keperluan agama. (Tarikhul-Khulafa’)
Abdullah bin Zubair r.a. berkata bahwa Abu Bakr Shiddiq r.a. selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya. Ayahnya, Abu Quhafah, berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita. Abu Bakr Shiddiq r.a. menjawab, “(Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya), tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah swt.” (Durul-Mantsur). Di sisi Allah swt., pahala membantu orang-orang yang lemah lebih banyak daripada membantu orang-orang yang kuat.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun yang telah berbuat baik kepadaku dan aku belum membalas kebaikannya. Tetapi kebaikan Abu Bakr r.a. menjadi tanggung jawabku (beliau tidak bisa membalasnya). Allah swt sendirilah Yang akan membalas kebaikannya pada hari Kiamat. Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak manfaat yang di berikan oleh harta Abu Bakr r.a.” (Tarikhul-Khulafa’)
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah ) untuk membersihkannya. Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.” (Q.s. Al-Lail: 17-21).
Ibnu Jauzi rah.a. berkata, “Para ulama sepakat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakr Shiddiq r.a, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak harta Abu Bakr r.a.” Setelah mendengar sabda Rasulullah saw. tersebut, Abu Bakr Shiddiq r.a. menangis dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah diri saya dan harta saya menjadi milik selain engkau?” Sabda Nabi saw. ini banyak diriwayatkan dari beberapa sahabat dalam beberapa riwayat. Di dalam sebuah riwayat dari Sa’id bin Musayyab terdapat tambahan, “Rasulullah saw. menggunakan harta Abu Bakr r.a. seperti ketika menggunakan hartanya sendiri.” Urwah r.a. berkata, “Ketika Abu Bakr r.a. masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham, semuanya dibelanjakan untuk Rasulullah saw. (yakni dalam keridhaan Rasululullah saw.). Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ia masuk Islam, ia mempunyai uang sebanyak 40.000 dirham. Dan pada waktu hijrah, yang tersisa hanya 5000 dirham. Harta itu digunakan untuk memerdekakan hamba-hamba sahaya (yang disiksa karena masuk Islam) dan untuk keperluan agama. (Tarikhul-Khulafa’)
Abdullah bin Zubair r.a. berkata bahwa Abu Bakr Shiddiq r.a. selalu membeli hamba sahaya yang lemah lalu memerdekakannya. Ayahnya, Abu Quhafah, berkata, “Jika kamu ingin memerdekakan hamba sahaya, merdekakanlah hamba sahaya yang kuat-kuat, karena dia akan bisa membantumu dan bisa berguna bagi kita. Abu Bakr Shiddiq r.a. menjawab, “(Saya tidak memerdekakan budak untuk diri saya), tetapi saya memerdekakannya untuk mencari keridhaan Allah swt.” (Durul-Mantsur). Di sisi Allah swt., pahala membantu orang-orang yang lemah lebih banyak daripada membantu orang-orang yang kuat.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak seorang pun yang telah berbuat baik kepadaku dan aku belum membalas kebaikannya. Tetapi kebaikan Abu Bakr r.a. menjadi tanggung jawabku (beliau tidak bisa membalasnya). Allah swt sendirilah Yang akan membalas kebaikannya pada hari Kiamat. Harta seseorang tidak memberikan manfaat bagiku sebanyak manfaat yang di berikan oleh harta Abu Bakr r.a.” (Tarikhul-Khulafa’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar