Minggu, 24 November 2013

Chapter I



Para evolusionis sejak 80,000 tahun dulu menggambarkan sosok Neanderthal sebagai 'manusia beruk'. Genus homo yang telah punah dari zaman Pleistosen. Sahabat Uluzzian yang berkelompok  etnis bersama Neanderthal dicatat mampu  berinovasi melalui teknologi mutakhir yang tak kalah bombastis dengan era digitalisasi kekinian. Ini adalah kebolehjadian yang rumit dicerna. Pembenaran akan ketumpulan pemahaman.  Eksperimen Rutherford  menggunakan partikel alfa sebagai bahan penyelidikan atomik. Dalam riset kebenaran, Manusia mesti menggunakan partikel otak sebagai sumber penyelidikan kebohongan sejarah.  

Kepala pun menjadi kian remuk redam menelan arus narasi yang terceloteh dari laki-laki bersorban itu, aku ‘si penjual goreng’, tahu apa tentang sejarah. Menjadi tidak mau tahu pun bukan kiamat kan ?. Tapi dia terus mengusik naluri ku agar tidak bergeming dihadapan mulutnya yang bau siwak. Mendengarkan sebisanya, membuat orang tua di depanku ini merasa nyaman akan kedatanganku setiap subuh ke gubuk reyoknya. Hatiku dingin apabila menyaksikan pilu, derita, dan harapan yang lalu lalang dalam di mata laki-laki itu. Terus begitulah yang aku rasakan sejak satu tahun lalu. 

Kau mengapa tak berkedip ?, sergak laki-laki bersorban
Pak haji, hari ini  aku sudah mulai masuk sekolah, apa boleh jaga goring sampai jam 07.30 saja. Tangkas ku.

Jadi yang kau pikirkan bukanlah kata-kata ku, tapi seragam sekolah apa yang ingin kau pakai nanti ? nadanya mulai meninggi

Aku hanya diam, takut menyulut api emosinya yang selama ini kerap mencuar hanya dengan secuil letupan kata belaka. 

Mengapa benakmu tak jauh beda dengan bapakmu !, Ambil di lemari itu sendiri. Laki-laki bersorban mengisyaratkan bahwa baju seragam ku sudah disiapkannya di lemari itu.

Tak perlu banyak ba bi bu, ucapan salam adalah penutup yang mendamaikan baginya dalam segala aspek tatakrama percakapan meskipun dalam pembicaraan yang sedang terkatung-katung. Khawatir memori akan Bapak bisa memakan waktu lebih 24 jam untuk memakiku habis-habisan.

Nak, kita tidak akan berhasil membatalkan yang sudah terjadi, tapi tetap bisa mempengaruhi kualitas dari apa yang akan terjadi. Laki-laki bersorban itu kini mulai teduh, tangannya dilekatkan erat di atas pundakku.

Kata-kata itu, riuh menggoncangkan hasrat-hasrat besar ku. Betapa pun angkernya laki-laki bersorban itu namun kehampaan dari baying-bayangnya kerap mengundang rindu di pelupuk jiwa ku yang bening.

Aku keluar dari rumahnya….

Sembari memikul bakul gorengan di atas kepala yang beralaskan gulungan kain. Seragam itu ku siulkan menentengnya dalam tas karung jahitan cinta.

Goreang, Yo, Goreang ……! , hati yang membengkak girang menghembuskan suara panggilan yang membahana di Lereng Bukit Kampung Batu. Sebetulnya, Kesulitan adalah peluang untuk membuat diri menjadi kuat.  Sekuat batu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar