Minggu, 10 November 2013

SIFAT CAHAYA MENGUNGKAPKAN KEBENARAN AL-QUR’AN



Oleh: Sulastriya Ningsi, S.Si

Cahaya bersifat dualisme, yaitu cahaya sebagai gelombang dan cahaya sebagai partikel. Sifat cahaya baru ditemukan pada abad ke-19 oleh para fisikawan dan kimiawan dunia, padahal Allah telah menerangkan sifat cahaya di dalam Al-Qur’an jauh sebelum ilmu pengetahuan mulai berkembang. Sifat cahaya menjelaskan berbagai peristiwa di alam, diantaranya peristiwa benda dapat terlihat dan berwarna, terbentuknya pelangi, dan fotosintesis. Allah telah menerangkan dengan sangat indah di dalam firman-Nya Al-Qur’an mengenai cahaya, di antaranya manusia dapat berjalan dengan cahaya (QS 2: 17 dan 20 ; QS 6: 122 ; QS 57: 28), Allah adalah sumber cahaya (QS 24: 35), cahaya sangat penting dalam kehidupan manusia (QS 33: 46), dan adanya cahaya di atas cahaya dari pelangi (QS 24: 35). Korelasi antara ilmu pengetahuan dengan Al-Qur’an ini semakin memperkuat kebenaran bahwa Al-Qur’an berasal dari Dzat yang menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Aplikasi pengembangan ilmu mengenai sifat cahaya saat ini sangatlah banyak, baik itu dari hal yang kecil, seperti penerangan di rumah, sampai ke yang besar, seperti nuklir. Hal ini mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah Sang Maha Pencipta. 


“ Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesutau, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”
(QS Yusuf: 111)
 
Einsten, Thomas Young, dan Planck merupakan beberapa orang yang terkenal di dunia.  Mereka terkenal dengan apa yang telah mereka temukan, Einstein dengan teori relativitasnya, Young dan Planck terkenal dengan dualisme cahayanya. Temuan ini merupakan hasil pemikiran yang mendalam. Mereka berpikir mengenai banyak hal sehingga mereka dapat mempelajari atau mengerti hal tersebut dengan jelas.
Begitu lembut namun tegas Allah memberitahu kepada umat manusia bahwa Al-Qur’an bukanlah hal yang dikarang tanpa landasan apapun, akan tetapi Al-Qur’an merupakan suatu pelajaran atau kumpulan ilmu yang berisikan segala sesuatu mengenai kehidupan dan alam. Dengan akal yang Allah berikan kepada setiap manusia, seharusnya kita dapat memikirkan semua penciptaan yang ada.
Sebagai umat Islam yang telah ditinggalkan al-Qur’an dan al-hadis oleh Rasulullah, seharusnya membaca, memahami, serta mengamalkannya sebagai pedoman dalam kehidupan. Dewasa ini saat ini, sudah semakin sedikit orang yang membaca dan mengamalkan al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an terdapat berbagai ilmu pengetahuan, salah satunya adalah surat an-Nur. Allah khusus memberi nama surat dengan nama an-Nur, menunjukkan betapa luas dan pentingnya Nur bagi manusia sebagai pedoman dalam kehidupan. 


Cahaya merupakan salah satu contoh dari gelombang elektromagnetik yang mempunyai sifat pokok hampir sama dengan cahaya. Berbagai penemuan telah meyimpulkan, bahwa cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Cahaya merambat tidak membutuhkan medium.
 Max Planck (1858-1947) dan Albert Einstein  mengemukakan teori tentang foton (partikel kecil). Berdasarkan hasil penelitian tentang sifat-sifat termodinamika radiasi benda hitam, Planck menyimpulkan bahwa, cahaya dipancarkan dalam bentuk partikel kecil yang disebut kuanta (diskret energi). Dengan teori ini, Einstein berhasil menjelaskan peristiwa yang dikenal dengan nama Efek Foto Listrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan logam karena logam tersebut disinari cahaya. Teori Gelombang oleh Chrisiaan Huygens (1629-1695), menyatakan bahwa cahaya dipancarkan ke segala arah sebagai gelombang seperti bunyi. Perbedaan antara keduanya hanya pada frekuensi dan panjang gelombang saja.
Jadi, dalam kondisi tertentu cahaya menunjukkan sifat sebagai gelombang dan dalam kondisi lain menunjukkan sifat sebagai partikel. Hal ini disebut sebagai dualisme cahaya.


   Ayat Al-Qur’an yang Berhubungan dengan Sinar dan Cahaya
Cahaya
(QS Al Baqarah: 17, 257), (QS Al A‘raf: 157), (QS An Nisa’: 174),  (QS Al Maidah: 15-16, 44, 46), (QS Al An’am: 91, 122), (QS At Taubah: 32), (QS Ibrahim: 1, 5), (QS Al Kahf: 90), (QS An Nur: 35, 40), (QS Al Ahzab: 43, 46), (QS Fathir: 20), (QS Az Zumar: 22, 69), (QS Asy Syura: 52), (QS Al Hadid: 9, 12-13, 19, 28), (QS Ash Shaf: 8), (QS At Taghabun: 8), (QS At Thalaq: 11), (QS At Tahrim: 8), (QS Nuh: 16), (QS Al Qiamah: 8), (QS Al Insyiqaq: 16), (QS Al Lail: 1), (QS At Thariq: 3), (QS As Syams: 1), (QS Al Hadid: 13), (QS Yunus: 05), (QS An-Naba’: 13)


Sinar
(QS Al Baqarah: 20), (QS Al Qashash: 71)


Dalam fakta empiris gelombang dari cahaya menjalar dengan rambatan lurus tanpa memerlukan medium. Saat cahaya bertindak sebagai gelombang maka akan terjadi beberapa peristiwa yakni refraksi (pembiasan), dispersi (pengahamburan), inteferensi (penumpukan), dan difraksi (pembelokkan). Dari keempat kejadian inilah terbentuknya spektrum-spektrum  cahaya pada prisma yang  diberikan oleh cahaya polikromatik. Penguraian cahaya ini menjadi warna-warni yang bertumpuk-tumpuk dengan paduan warna yang sangat indah. Dalam fenomena sehari-hari dapat kita saksikan langsung dari gejala alam yang disebut pelangi. Fenomena ini terbentuk dari pembiasan cahaya oleh butiran-butiran air yang berada di awan.
Peristiwa penumpukan cahaya, warna pelangi, ternyata telah terabadikan sejak 14 abad yang silam, saat belum ada satupun penemuan canggih dan teknologi mutakhir untuk melakukan riset-riset mengenai bagaimana peristiwa ini terjadi. Dalam surat An-Nur ayat ke-35 dijelaskan :
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS An-Nur: 35)

Maha Kuasa Allah dalam segala firman-Nya. Sungguh indah apa yang telah Allah tegaskan dalam ayat-Nya bahwasanya Allah-lah Maha Cahaya itu. Pesan ini Allah sampaikan dengan perumpamaan ilmiah dalam firman-Nya yakni Cahaya di atas cahaya. Ternyata perumpaan ini bukan hanya sekedar kata yang memiliki nilai sastra tinggi namun suatu analogi ilmiah yang terbukti secara empiris seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu peristiwa terbentuknya pelangi.
 Dalam surat di atas juga dinyatakan bahwa “Allah membimbing kepada cahaya-Nya”, makna cahaya dalam konteks ini adalah petunjuk. Secara teori, gelombang cahaya merambat dengan rambatan lurus tanpa memerlukan medium. Ternyata perumpamaan ini sangat sinkron dengan apa yang Allah ungkapkan dalam firman di atas, yakni petunjuk yang disampaikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah seperti cahaya yang merambat lurus. Cahaya petunjuk dari Allah akan membawa kita kepada jalan dan pengajaran yang lurus, yaitu Islam atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Selain daripada itu, Allah tegaskan bukan manusia yang memberi petunjuk, melainkan Allah sendirilah yang memberi petunjuk ke dalam hati dan membimbingnya ke cahaya yang lurus, yaitu petunjuk Allah. Allah tidak membutuhkan perantara, perumpamaan petunjuk sangat cocok dengan cahaya karena cahaya tidak butuh medium untuk merambat.
Setiap kata yang bermakna petunjuk, diberi perumpamaan oleh Allah seperti cahaya. Seperti petunjuk yang ditemukan di dalam ajaran Islam melalui al-Qur’an dan as-Sunnah. Berikut penjelasan ayatnya:
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).”(QS An-Nissa: 174)

“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.”(QS Al-Ahzab: 45-46)

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”(QS At-Taubah: 32)
  

Sifat gelombang dari cahaya dapat dilihat dari gambar di atas, keterkaitannya dengan Allah adalah bentuk desain dari pergerakan elektron pada cahaya itu yang membentuk gelombang. seperti Dari sini kita mengenal bentuk tasbih semesta alam, karena kita ketahui seluruh alam ini tersubstansi oleh elektron yang mengelilingi inti dengan gerakan tasbih membentuk gelombang, seperti alunan gelombang ketika kita bertasbih menyebut nama Allah swt.


Secara ilmiah terbukti bahwa manusia dapat melihat karena adanya cahaya dan kiranya tidak ada cahaya seperti malam hari maka manusia sulit untuk mengetahui apa yang ada di sekitarnya. Pembuktian secara ilmiah ini ternyata dapat dirujuk dari ayat  Al-Qur’an:
1.   “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat .” (Q.S al-Baqarah: 17)
2.   Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Q.S al-Baqarah: 20)
3.   Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S al-An’am: 122)
4.   Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S al-Hadiid: 28)
Berdasarkan firman Allah di atas tersirat bahwa penglihatan manusia itu bersumber dari dari Allah dan Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dalam ayat di atas juga dinyatakan bahwa, yang menjadikan mata kita dapat melihat suatu benda karena adanya cahaya. Secara teori empiris dibuktikan bahwa suatu benda dapat terlihat karena cahaya tersebut bersifat dualisme, yaitu bertindak sebagai gelombang dan partikel.
Selain itu, sifat dualisme cahaya juga muncul pada peristiwa fotosintesis tumbuhan. Pada saat mengenai klorofil tumbuhan, cahaya bersifat sebagai partikel dengan diskret energi, foton tertentu. Namun sebelum mengenai klorofil, panjang gelombang cahaya menentukan penyerapan pada pigmen klorofil. Cahaya merah adalah cahaya dengan panjang gelombang yang paling efektif diserap oleh klorofil dan warna paling bermanfaat dalam reaksi terang. (Campbell, 2000)
“Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,”(Q.S al-Insyqaaq: 16)

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an dinyatakan bahwa syafaq adalah cahaya merah ini terjadi pada waktu yang penuh ketundukan tetapi menakutkan, sesudah terbenamnya matahari. Alasannya, karena sesudah terbenamnya matahari, jiwa manusia merasakan ketakutan sekaligus ketenangan yang mendalam. Hatipun merasakan makna keberpisahan dengan waktu siang, kesedihan yang membisu, dan keterharuan yang dalam.
Namun selain makna waktu penuh ketundukan, ada pesan sains untuk kemashlahatan hidup manusia yang tersirat dalam firman-Nya di atas, mengapa harus cahaya merah? kenapa tidak merah kekuning-kuningan. Secara sains, cahaya merah adalah panjang gelombang yang memilki energi paling kecil, namun paling baik untuk proses fotosintesis tumbuhan. Warna merah juga memiliki panjang gelombang terbesar. Oleh karena itu warna merah digunakan dalam lampu lalu lintas sebagai tanda berhenti, sebab gelombang ini paling cepat sampai ke arah mata manusia.


Secara ilmiah sinar berbeda dengan cahaya. Sinar adalah sumber dari cahaya, contohnya matahari, bintang dengan reaksi fusi ini akan memancarkan sinar. Semakin banyak reaksi fusi yang terjadi maka akan semakin besar intensitas sinar yang dipancakan. Sedangkan cahaya adalah hasil dari sinar itu sendiri, yakni berupa hasil pemecahan ataupun refleksi dari sinar contohnya  matahari. Sinar yang sampai ke bumi akan menjadi pecahan-pecahan cahaya tampak. Ternyata AlQur’an  yang mulia memfokuskan perbedaan detil antara cahaya (an-Nur) dan sinar (dhiya’), yakni dalam fiman-Nya:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”(Q.S Yunus: 5)

1.      Allah menjelaskan bahwa gelap lawannya adalah cahaya (an-Nur) dan bukan sinar (adh-dhiya’) pada berbagai ayat Al-Qur’an, antara lain dalam firman-Nya:
            “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.”(Q.S al-An’am: 1)

2.      Ketika Allah mendiskripsikan sifat Rasulullah sebagai pelita (siraj) berarti bersinar independen, ditambahkan sifat pelita itu menerangi (dari kata nur).  Rasulullah adalah  pelita (sinar) atau sumber cahaya, maknanya adalah Allah menjadikan Rasulullah sebagai sumber petunjuk bagi manusia (telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa cahaya adalah petunjuk).

“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.”(Q.S al-Ahzab: 45-46)

3.      Ketika Allah  mendeskripsikan karakter api sebagai sinar (adh-dhiya’) dan cahayanya yang jatuh di sekelilingnya sebagai cahaya (an-nur), maka Allah membedakan sinar dengan cahaya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 17 (pada bab sebelumnya).
4.      Allah mendeskripsikan sinar petir dengan adh-dhiya’, yakni dalam firman-Nya surat al-Baqarah ayat 20.
5.      Allah mendiskripsikan sifat minyak dengan menyala (dhau’) dan mendiskripsikan jatuhnya sinar itu di sekitarnya yakni cahaya di atas cahaya dengan nur yakni dalam surat an-Nur ayat 35.
Tidak  ada satupun kitab suci yang memiliki penjelasan paling ilmiah, akurat dan rinci seperti Al-Qur’an. Tiap perumpaan memilki makna tersendiri yang bersifat ilmiah dan teruji secara empiris, seperti penjelasan di atas.
Berdasarkan sifat dualisme cahaya ini berkembanglah ilmu fisika-kimia modern yang berhasil menciptakan berbagai teknologi mutakhir pada bidang kesehatan, teknologi dan sains, astronomi, dan sejarah. 
… dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan ...” (Al-Hadiid: 28)

Dengan cahaya kita dapat menjadi manusia yang berjalan menuju masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini. Tanpa cahaya, pengetahuan dan teknologi tidak akan berkembang. Kehidupan manusia tidak akan menjadi indah dan berwarna. Kita akan tetap berada pada masa kebodohan dan kegelapan. Maka sudah seharusnya kita bertanya siapakah yang telah menciptakan cahaya penerang ini?
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi (An Nur: 35)
Sebagai makluk yang lemah maka sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah atas segala yang diberikannya kepada kita. Jadikan cahaya penerang yang dapat kita rasakan ini sebagai peringatan untuk selalu bersyukur dan bertakwa kepada Allah SWT. 

3 komentar:

  1. bagus ibu isinya . menginspirasi saya bu . terimakasih :)

    BalasHapus
  2. Terimakasih,, Alhamdulillah bisa menemukan artikel ini. 🙏😊

    BalasHapus