Siang
itu sangat panas. Teriknya matahari menjilat-jilat lantai bumi seenaknya.
Membakar kulit-kulit yang bertengger dibawah naungan cahayanya. Banyak yang
mengeluhkan. Namun tetap ada yang mensyukuri ini. Sungguh tidak mungkin kondisi
ini tercipta dengan sia-sia. Bahkan ada sumpah Allah swt yang tertera tegas
untuk matahari. Duhai berbanggalah engkau matahari, Allah telah meninggikan
derajat mu untuk senatiasa di ngiangkan dalam akal orang yang ingin menuju
puncak ma’rifatullah. Senyum pun mulai merekah, kegerahannya akan suhu dikamar
yang menguras peluh berdebit-debit dari pori kulit terikhlaskan sudah. Ia masih
asyik dengan buku bacaan. Karena setelah selesai ujiannya di semester delapan
memang sudah ditetapkannya untuk melakukan persiapan siding skripsinya. Namun
bukan bacaan skripsi yang sedang di lahapnya. Lebih baik merehatkan diri dulu
dengan bacaan yang memberikan asupan iman, pinta nuraninya. Lembaran demi lembaran
buku Menjadi Cantik Dunia Akhirat terus terkibas dengan sesegukan tangis
terkadang- kadang.
Sudah
empat tahun Ia mulai hijrah menjadi wanita muslimah. Selama itu pula segala
aktifitas kesehariannya didedikasikan untuk merehabilitasi kualitas ilmu
keagamaan. Sekalipun ia duduk di jurusan fisika itu, tidak menutup kemungkinan
Ia dapat belajar agama. Di fakultas MIPA itu ada seabreg agenda-agenda islami
yang kerap diangkatkan oleh lembaga dakwah kampus baik tingkat jurusan di
kerohanian Himpunan maupun fakultas. Jadi tidak ada alasan menunggu tinggal di
pesantren dulu supaya bisa belajar agama. Sekalipun disini tidak sesempurna dan sedalam
pemahaman yang teguk para santri. Setidaknya mereka sudah menyelimuti
aktifitas-aktifitas kampus dengan nuansa Islami. Misalnya saja mentoring. Jujur
saja sebetulnya jembatan awal ketertarikannya untuk berubah adalah media
mentoring ini. Kegiatan ini seperti rohis-rohis di sekolah tapi bedanya kalau
di kuliah sering dinamakan mentoring. Kegiatan di dalamnya tidak ada yang
salah. Segalanya berbusana syari’ah. Mengajarkan dasar-dasar iman dan takwa.
Strategis menjadi ilmuan-ilmuan muslim yang kelak mengegerkan Romawi dan
Vatikan bahwa sejagad dunia. Di dalamnya
selalu di bacakan kalam-kalam Tuhan, hadis-hadis Rasul, dan motivasi pembangkit
jiwa. Tak ayal gadis semacam Hawatul Fajri Ramadhani tergila-gila untuk terus
berkiprah di dunia ini.
Hawa
memang bukan lah tipikal wanita yang suka beleha-leha. Setiap ada waktu
senggang kudu di isi aktifitas yang menambah wawasan maupun memberi manfaat
bagi orang lain. Baginya hidup jauh dari orang tua harus pintar pintar jaga
diri. Cerdas memilih lingkungan yang positif. Serta memilah teman yang harus
dijadikan acuan dan berbagi. Sudah tidak pelak lagi. Hanya wahana dakwah kampus
lah satu-satunya media itu. Disana ada sahabat setia di kala duka menerpa. Sarat
akan konten-konten islami. Sesak dengan gema asma-asma ilahi. Banyak motivasi. Wawasan
terus dibubuhi. Sering diperingati untuk menjaga hati pada laki-laki. Semua itu
sangat Ia butuhkan dan penuh arti yang dapat mengakselerasi segala visinya
untuk mencapai kesuksesan dunia akhirat. Bagaimana tidak. Disana hampir setiap
jadwal kosong akan di infakkan untuk modal membeli syurga Allah. Baik dengan
kegiatan islami di fakultas, aktifitas keilmiahan, menulis, dan mengikuti
seminar atau daurah-daurah yang mengisi ruhiyah.
Gadis yang kini
berusia 22 tahun ini sangat terinspirasi pada sosok pemuda belia penakluk
Konstatinopel itu. Namanya telah terlerai dari lisan Rasul saw. Kota
Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah
sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah
sebaik-baik pasukan. ebuah
kalimat motivasi dari Rasulullah pada para sahabatnya di abad ke 7. Tentu saat
itu menjadi motivasi tersendiri bagi umat Islam. Saat selaksa elegi
keputusasaan memeluk jiwa-jiwa pengecut. Dan itu artinya Islam akan menguasai
dunia. Persentase 100% pasti benar walau baru terwujud ratusan tahun kemudian.
Dan benarlah adanya pada tahun 1453, umat Islam yang di pimpin oleh Muhammad
al-Fatih (Sultan Mehmet II) berhasil menaklukan kota Konstantinopel (Ibu kota
Kerajaan Byzantium kala itu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar