Rabu, 20 November 2013

KEKUATAN BENING

 
Saya ingin membawa anda kepada kisah fenomenal 5 abad 59 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1453 masehi……

Disaat muda mudi hari ini sedang galau dengan segala urusan dunianya. Disaat yang merasa masih berkepala dua beleha-leha dengan dunia ini, disaat kita tertidur pulas tergeletak ditempat tidur dengan tampang tak berdosa dan tak tahu apa-apa meninggalkan semua tugas dan kewajiban yang belum selesai, disaat kita lewatkan sepertiga malam dengan mati sementara, disaat siang kita gilas dengan candaan yang tak bermanfaat yang dilakukan untuk mengisi kekosongan waktu, disaat kita semua sibuk dengan urusan sendiri tak menyadari sebagai makhluk Allah kita diciptakan dengan misi kehidupan yang tak dapat ditawar. Disaat kita semua tidak peduli dengan masa depan agama (islam) yang kita bawa sejak lahir dan tertulis gagah di KTP. Disaat kita tidak peduli semua itu, disaat Allah sudah menyediakan waktu khusus di 1/3 malam terakhir untuk bermesra denganNya….

Disaat itu, seorang pemuda 5 abad yang lalu tetap terjaga…

Obsesi tujuh abad itu begitu bergemuruh di dada seorang Sultan muda yang baru berusia 23 tahun ketika itu. Tak sebagaimana lazimnya, obsesi itu bukan mengeruhkan, melainkan semakin membeningkan hati dan jiwanya. Ia tahu hanya seorang yang paling bertaqwa yang layak mendapatkannya. Ia tahu hanya sebaik-baik pasukan yang layak mendampinginya.

Maka disepertiga malam terakhir menjelang penyerbuan bersejarah itu ia berdiri di atas mimbar, dan meminta semua pasukannya berdiri. “Saudara-saudaraku di jalan Allah”, ujarnya, “Amanah yang dipikulkan ke pundak kita menuntut hanya yang terbaik yang layak mendapatkannya. Tujuh ratus tahun lamanya nubuat Rasulullah telah menggerakkan para mujahid tangguh, tetapi Allah belum mengizinkan mereka memenuhinya. Aku katakan pada kalian sekarang, yang pernah meninggalkan shalat fardhu sejak balighnya, silakan duduk!”

Begitu sunyi. Tak seorang pun bergerak.
“Yang pernah meninggalkan puasa Ramadhan, silakan duduk!”
Andai sebutir keringat jatuh ketika itu, pasti terdengar. Hening sekali, tak satu pun bergerak.
“Yang pernah mengkhatamkan Al Quran melebihi sebulan, silakan duduk!”
Kali ini, beberapa gelintir orang perlahan menekuk kakinya. Berlutut berlinang air mata.
“Yang pernah kehilangan hafalan Al Quran-nya, silakan duduk!”
Kali ini lebih banyak yang menangis sedih, khawatir tak terikut menjadi ujung tombak pasukan. Mereka pun duduk.
“Yang pernah meninggalkan shalat malam sejak balighnya, silakan duduk!”
Tinggal sedikit yang masih berdiri, dengan wajah yang sangat tegang, dada berdegup kencang, dan tubuh menggeletar.
“Yang pernah meninggalkan puasa Ayyaaumul Bidh, silakan duduk!”

Kali ini semua terduduk lemas. Hanya satu orang yang masih berdiri. Dia, sang sultan sendiri. Namanya Muhammad Al Fatih. Dan obsesi tujuh abad itu adalah Konstantinopel.

Kawan. Beliau berumur 23 tahun ketika itu. Dan beliaulah yang dimaksudkan Rasullulah dalam hadistnya “Kota Heraclius lebih dahulu. Yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pasukan. Dan pemimpinnya adalah sebaik-baik panglima”.

Ini, masanya kita, sekarang zaman kita yang memegang anak panah dan busurnya, maka buatlah gebrakan baru sendiri, jangan selalu terlena dengan kejayaan masa lalu.

Bukan kita yang memilih takdir
Takdirlah yang memilih kita Bagaimanapun, takdir bagaikan angin Bagi seorang pemanah Kita selalu harus mencoba Untuk membidik dan melesatkannya Di saat yang paling tepat ~ Salahuddin Al Ayyubi~

Who is the next Al Fatih???-sebuah catatan di accountbaru.wordpress.com 26 MEI 2012-

Kadang lelah datang mencoba mengguncang azzam. Tetesan peluh menguji keikhlasan. Perjuangan ini memang tidak bertabur bunga. Tapi yakinlah! Jannah-Nya akan merindu tiap tapak mujahid yang berjuang tulus dan terus di jalanNya…Jadikan cintaku padaMu Ya Allah berhenti dititik ketaatan. Meloncati rasa suka mentaati-Mu adalah perjuangan.

Inspiring Poeple: Sahabat Dakwah, Hilda 'Justice' Rahmiati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar