Minggu, 10 November 2013

Pengkajian Q.S at-Thur[52]: 6 dan Q.S an-Nahl[16]: 14 Sebagai Petunjuk Alternatif Energi dari Air Laut yang Ramah Lingkungan



Oleh: Sulastriya Ningsi, S.Si


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cadangan minyak bumi di Indonesia sebesar 9 miliar barel atau sebesar 0,4% dari cadangan minyak bumi  dunia, dan produksi rata-rata sejak tahun 2000 sampai 2008 sebesar 414,6 juta barel per tahun. Jika kondisi ini tetap berlangsung, maka cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 22 tahun ke depan.  Cadangan gas alam Indonesia sebesar 182 triliun kaki kubik atau sebesar 1,7% dari cadangan gas alam dunia dan produksinya sebesar 3,0 triliun kaki kubik per tahun, sehingga cadangan  gas alam Indonesia masih cukup untuk 61 tahun lagi. Cadangan batubara nasional sebesar 19,3 miliar ton atau 0,4% dari cadangan batubara dunia. Produksi batubara di Indonesia sebesar 130 juta ton per tahun. Dengan demikian, cadangan batubara Indonesia diperkirakan masih cukup untuk kebutuhan 147 tahun kedepan (putrohari, 2009). Saat ini sekitar 80% dari konsumsi energi dunia masih bergantung pada bahan bakar fosil (Goldemberg, 2006). Diperkirakan cadangan minyak dunia akan habis pada tahun 2050 (Saxena, dkk., 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa minyak bumi masih mendominasi pemakaian jenis energi di Indonesia. Mengingat cadangan minyak bumi, gas alam, dan batubara di Indonesia terus menyusut karena laju panggunaannya yang cukup tinggi, maka harus dilakukan diversifikasi penggunaan energi untuk menghemat pemakaian energi fosil dan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa datang.(Mulyono, 2009)
Bumi ini terdiri dari hampir 2/3 nya adalah lautan, dengan lautan yang sedemikian luas, banyak manfaat yang di dapat darinya. Indonesia mempunyai lautan seluas 5,8 juta km dihitung secara kartografis. Sudah lama para ilmuan meneliti potensi yang dapat digali dari keberadaan laut. Hingga saat ini ada tiga hal bentuk sumber energi yang bisa dimanfaatkan dari laut, yaitu: Energi Pasang Surut (Tidal Power), Energi Gelombang (Wave Energy), Energi Angin (Wind Energy),  Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy) (Hasbullah, 2009). Energi gelombang laut adalah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra.
Keistimewaan laut dapat dilihat dari sumpah Allah SWT dalam firman-Nya :
Artinya:
“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”( Q.S ath-Thur: 6)
Dalam terjemahan Syamil Qur’an:
Demi lautan yang penuh gelombang,( Q.S ath-Thur: 6)
Selain itu Allah telah memberi tahu kepada manusia bahwa pada laut itu terdapat karunia yang bisa diambil, yakni dalam firman-Nya :
Artinya:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S an-Nahl: 14)
Kita dapat mengekplorasi sains melaui kedua ayat di atas mengenai pemanfaatan air laut sebagai alternatif energi terbarukan yang ramah lingkungan. Ayat di atas telah membuktikan bahwa al-Qur’an adalah petujuk bagi kehidupan manusia, seperti masalah krisis energi yang sedang dihadapi oleh bangsa  Indonesia saat ini.

Tujuan

Tujuan dari karya tulis ini adalah :
1.      Untuk menjelaskan kaitan surat ath-Thur ayat 6 dan an-Nahl ayat 14 dengan krisis energi di Indonesia.
2.      Untuk menjelaskan jenis energi yang dihasilkan oleh laut.
3.      Untuk menjelaskan manfaat laut untuk sumber energi dari segi al-Qur’an.

Manfaat

Manfaat dari karya tulis ini adalah:
1.      Dari segi masyarakat, timbulnya keinginan  mengkaji al-Qur’an  untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupan.
2.      Dari segi negara, ditemukannya solusi energi alternatif yang ramah lingkungan untuk Indonesia.
3.      Dari segi agama, kembalinya eksistansi Islam sebagai agama yang solutif.
4.      Dari segi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangsih ilmu dalam bidang fisika dan al-Qur’an.

LANDASAN TEORI

Krisis Energi di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat di Indonesia menyebabkan pertambahan konsumsi energi di segala sektor kehidupan seperti transportasi, listrik, dan industri. Hal ini mengingat pemakaian energi per kapita masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya. Konsumsi per kapita pada saat ini sekitar 3 SBM (setara barel minyak) yang setara dengan kurang lebih sepertiga konsumsi per kapita rerata negara ASEAN. Diperkirakan kebutuhan energi nasional akan meningkat dari 674 juta SBM tahun 2002 menjadi 1680 juta SBM pada tahun 2020, meningkat sekitar 2,5 kali lipat atau naik dengan laju pertumbuhan rerata tahunan sebesar 5,2% (KNRT, 2006). Sedangkan cadangan energi nasional semakin menipis apabila tidak ditemukan cadangan energi baru. Sehingga perlu dilakukan berbagai terobosan untuk mencegah terjadinya krisis energi. (Syamsiro, 2007)
Cadangan minyak bumi di Indonesia sebesar 9 miliar barel atau sebesar 0,4% dari cadangan minyak bumi  dunia, dan produksi rata-rata sejak tahun 2000 sampai 2008 sebesar 414,6 juta barel per tahun. Jika kondisi ini tetap berlangsung, maka cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 22 tahun ke depan.  Cadangan gas alam Indonesia sebesar 182 triliun kaki kubik atau sebesar 1,7% dari cadangan gas alam dunia dan produksinya sebesar 3,0 triliun kaki kubik per tahun, sehingga cadangan  gas alam Indonesia masih cukup untuk 61 tahun lagi. Cadangan batubara nasional sebesar 19,3 miliar ton atau 0,4% dari cadangan batubara dunia. Produksi batubara di Indonesia sebesar 130 juta ton per tahun. Dengan demikian, cadangan batubara Indonesia diperkirakan masih cukup untuk kebutuhan 147 tahun kedepan (putrohari, 2009). Saat ini sekitar 80% dari konsumsi energi dunia masih bergantung pada bahan bakar fosil (Goldemberg, 2006). Diperkirakan cadangan minyak dunia akan habis pada tahun 2050 (Saxena, dkk., 2009). Data tersebut menunjukkan bahwa minyak bumi masih mendominasi pemakaian jenis energi di Indonesia. Mengingat cadangan minyak bumi, gas alam, dan batubara di Indonesia terus menyusut karena laju panggunaannya yang cukup tinggi, maka harus dilakukan diversifikasi penggunaan energi untuk menghemat pemakaian energi fosil dan untuk memenuhi kebutuhan energi di masa datang.(Mulyono, 2009)

Jenis Energi dari Laut

Bumi ini terdiri dari hampir 2/3 nya adalah lautan, dengan lautan yang sedemikian luas, banyak manfaat yang di dapat darinya. Indonesia mempunyai lautan seluas 5,8 juta km dihitung secara kartografis. Sudah lama para ilmuan meneliti potensi yang dapat digali dari keberadaan laut. Hingga saat ini ada tiga hal bentuk sumber energi yang bisa dimanfaatkan dari laut, yaitu: energi pasang surut (Tidal Power), energi gelombang (Wave Energy), energi arus, energi panas laut (Ocean Thermal Energy) (Hasbullah, 2009), dan energi konversi menjadi bahan bakar. Energi gelombang laut adalah satu potensi laut dan samudra yang belum banyak diketahui masyarakat umum adalah potensi energi laut dan samudra.

Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy)

            Konversi energi panas laut adalah sistem konversi energi yang terjadi akibat perbedaan suhu di permukaan dan di bawah laut menjadi energi listrik. Potensi terbesar konversi energi panas laut untuk pembangkitan listrik terletak di khatulistiwa. Sepanjang tahun di daerah khatulistiwa suhu permukaan laut berkisar antara 25-30°C, sedangkan suhu di bawah laut turun 5-7°C pada kedalaman lebih dari 500 meter. Energi Panas laut memiliki beberapa siklus, yakni:  Siklus rankine terbuka, siklus rankine tertutup, sebagai pembangkit tenaga listrik, konversi energi panas laut siklus rankine terbuka memerlukan diameter turbin sangat besar untuk menghasilkan daya lebih besar dari 1MW. (Hasbullah, 2009)
Siklus Rankine adalah siklus termodinamikayang mengubah panasmenjadi kerja. Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya menggunakan airsebagai fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari seluruh energi listrikyang dihasilkan di seluruh dunia.. Siklus Rankine adalah model operasi mesin uappanas yang secara umum ditemukan di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine adalah batu bara, gas alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari. (Hasbullah, 2009)
Perbedaan suhu air laut pada permukaan dan pada dasar laut itu kemudian dimanfaatkan untuk ”memutar” turbin yang akhirnya menghasilkan energi. Jenis Energi ini masih dalam tahap penelitian dan percobaan, yaitu dilakukan di Jepang dan juga Hawaii. Persoalan pemanfaatkan teknologi ini adalah pada biaya yang masih tinggi dan juga persoalan efisiensi kerja yang masih terus di teliti jalan keluarnya. (www.alpensteel.com, 2011)
Konversi energi termal lautan (bahasa Inggris: ocean thermal energy conversion/OTEC) adalah metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Seperti pada umumnya mesin kalor, efisiensi dan energi terbesar dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator. Pada awalnya, tantangan perancangan OTEC adalah untuk menghasilkan energi yang sebesar-besarnya secara efisien dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya.
Permukaan laut dipanaskan secara terus menerus dengan bantuan sinar matahari, dan lautan menutupi hampir 70% area permukaan bumi. Perbedaan temperatur ini menyimpan banyak energi matahari yang berpotensial bagi umat manusia untuk dipergunakan. Jika hal ini bisa dilakukan dengan cost effective dan dalam skala yang besar, OTEC mampu menyediakan sumber energi terbaharukan yang diperlukan untuk menutupi berbagai masalah energi.
Konsep mesin kalor adalah umum pada termodinamika, dan banyak energi yang berada di sekitar manusia dihasilkan oleh konsep ini. Mesin kalor adalah alat termodinamika yang diletakkan di antara reservoir temperatur tinggi dan reservoir temperatur rendah. Ketika kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur rendah, alat tersebut mengubah sebagian kalor menjadi kerja. Prinsip ini digunakan pada mesin uap dan mesin pembakaran dalam, sedangkan pada alat pendingin, konsep tersebut dibalik. Dibandingkan dengan menggunakan energi hasil pembakaran bahan bakar, energi yang dihasilkan OTEC didapat dengan memanfaatkan perbedaan temperatur lautan disebabkan oleh pemanasan oleh matahari.
Siklus kalor yang sesuai dengan OTEC adalah siklus Rankine, menggunakan turbin bertekanan rendah. Sistem dapat berupa siklus tertutup ataupun terbuka. Siklus tertutup menggunakan cairan khusus yang umumnya bekerja sebagai refrigeran, misalnya ammonia. Siklus terbuka menggunakan air yang dipanaskan sebagai cairan yang bekerja di dalam siklusnya.








Gambar 1. Diagram siklus tertutup OTEC

Energi Arus Laut

Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, memiliki keragaman hayati yang tinggi, lautan Indonesia adalah tempat melintasnya dua arus dari samudra pasifik dan samudra Indonesia, sehingga potensi energy arus laut sangat besar dan belum tersentuh dengan baik sampai saat ini. (Maser, 2004)

Energi Gelombang (Wave Energy)

            Luas lautan lebih besar daripada daratan di Indonesia, kedua berdasarkan hasil penelitian, energy yang dapat dihasilkan oleh laut per meter persegi paling tinggi diantara sumber energi terbarukan lainya, gambar 1 dibawah menunjukkan blue energy (tidal) dapat menghasilkan 192.720 kwh/m2. Energi ombak (wave) dapat diartikan dengan energy yang didapat dari permukaan laut akibat pergerakan gelombang air laut, cara dan hasil dari ekstrasi ombak bermacam-macam mulai dari membangkitkan generator listrik, memompa air ke waduk, maupun untuk untuk destilasi air laut, ombak berbeda dengan energi pasang surut, energi dari ombak tersedia sepanjang hari, sedangkan ombak berbeda antara siang dan malam. Beberapa kenyataan tentang keuntungan dan kerugian energy ombak antara lain : ombak mempunyai amplitudo besar di permukaan air luat, dan mengecil ke dasar lau, sehingga ekstrasi energi ombak hanya dapat dilakukan pada permukaan air laut, besarnya gelombang lebih susah diprediksi, tergantung angin yang bertiup, daerah dengan perbedaan suhu besar, seperti daerah utara dan selatan berpotensi lebih besar karena memungkinkan angin bertiup lebih kencang, semakin besar ombak semakin besar energi yang dihasilkan. (Maser, 2004)









Gambar 2. Potensial Tinggi Ombak di Dunia

Berdasarkan gambar 2 di atas, daerah indonesia yang mempunyai ombak cukup besar adalah wilayah selatan, mulai dari bali sampai dengan sumatra utara. Ombak terjadi karena pergerakan angin yang melewati air laut secara terbuka, dibandingkan dengan energi angin, maupun photovoltaic.( Bedard, 2005)

Energi Pasang Surut (Tidal Power)       

            Indonesia berada di garis katulistiwa, seperti kita ketahui bahwa pasang surut dipengaruhi oleh gaya grafitasi bulan dan matahari, perbedaan pasang surut antara siang dan malam juga dapat dimanfaatkan sebagai pemabangkit listrik energi pasang surut air laut. Energi pasang surut dapat dipahami sebagai energi yang dihasilkan dari pergerakan masa air secara besar karena terjadi pasang surut dilaut, menurut cara ekstrasi yang digunakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ekstrasi energi kinetik, berdasarkan pergerakan aliran bebas air laut, serta ekstrasi energi potensial, yang didapat berdasarkan beda ketinggian selama terjadinya pasang surut air laut. (Maser, 2004)

Energi Konversi  Hidrogen

            Hidrogen mempunyai kandungan energy tertinggi per satuan berat dibandingkan dengan semua jenis bahan bakar, yaitu sebesar 120 MJ/Kg. Hidrogen dapat langsung sebagai bahan bakar untuk  mesin (termasuk kendaraan bermotor dan  mobil) maupun untuk fuel cell (sel bahan bakar) penghasil listrik. Sel bahan bakar adalah alat yang bekerja secara elektrokimia, menggunakan hidrogen dan oksigen untuk menghasilkan listrik, air dan sejumlah panas sehingga sama sekali tidak dihasilkan zat pencemar lingkungan. Energi kimia hydrogen diubah langsung menjadi listrik dan panas. Selain bahan bakar mesin dan sel bahan bakar, hidrogen banyak juga digunakan sebagai bahan bakar roket, tenaga pendorong pesawat ruang angkasa dan industri kimia.(Mulyono, 2009)
            Hidrogen diperkirakan akan menjadi pemasok energy utama untuk pembangkit listrik dengan sel bahan bakar, sebagai bahan bakar mesin dan unutk oenggunaan lainnya. diabad ke-21  karena ramah lingkungan (Iwasaki, dkk, 2006). Penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar sama sekali tidak memberi kontribusi efek rumah kaca, huja asam dan kerusakan lapisan ozon. Jadi, penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar tidak mempunyai kontribusi terhadap kerusakan lingkungan. Penggunaan hydrogen sebahai bahan bakar sangat mendukung protocol Kyoto yang mengamanatkan agar industry mengurangi emisi gas rumah kaca dengan pengurangan penggnaan bahan bakar fosil. (Nath dan Das, 2003)   

PEMBAHASAN

Keterkaitan Surat ath-Thur ayat 6 dan an-Nahl ayat 14 dengan Ksisis Energi
           
            Krisis energi di Indonesia akan terus berlanjut jika tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk mencari alternatif energi terbarukan. Penggunaan baik energi listrik hingga bahan bakar dari sumber minyak bumi tidak akan pernah menjamin keberlangsungan penyediaan energi untuk masa yag akan mendatang karena bersifat tidak dapat diperbarui. solusi krisis energi ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan pengkajian al-Qur’an. Al-Qur’an memang bukan lah kitab ilmu pengetahuan tapi di dalamnya terangkup petunjuk-petunjuk dari ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia untuk keberlangsungan hidupnya.
            Salah satu petunjuk yang ditawarkan oleh al-Qur’an adalah mengenai pemanfaatan air laut dalam surat ath-Thur ayat 6 :
              
Artinya:
 “dan laut yang di dalam tanahnya ada api,”/ “demi laut yang mengandung gelombang”(Q.S ath-Thur: 6)
Jika Allah bersumpah pada sesuatu hal maknanya ada hikmah yang besar terkandung di dalamnya. Allah menginginkan manusia untuk berfikir hingga mengetahui hakikat dari sumpah sumpah tersebut. Ayat tersebut mengadung petunjuk bagi manusia untuk mengkaji tentang laut. Seiring dengan pekembangan iptek ternyata terbukti bahwa laut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan untuk pengasil energi. Ini merupakan langkah awal bagi pemerintah untuk  mengatasi krisis energi di Indonesia dengan acara memberi dukungan dana dan fasilitas bagi lembaga maupun perguruan tingggi yang dianggap mampu dan bisa untuk mengembangkat energy jelautan di Indonesia.
            Hikmah lain yang terkandung dalam sumpah Allah pada ayat di atas adalah membuktikan pada manusia bahwa Allah lah yang mendesain penciptaan bumi ini. Terlihat bahwa, bumi ini terdiri dari hampir 2/3 nya adalah lautan, dengan lautan yang sedemikian luas, banyak manfaat yang di dapat darinya. Indonesia mempunyai lautan seluas 5,8 juta km dihitung secara kartografis (Hazbullah, 2009). Dengan potensi laut seluas itu semestinya Indonesia dapat menjadi bangsa mandiri dapat peyediaan energi dalam negri dan menuntaskan krisis energy di Indonesia.
           
Manfaaat Laut untuk Sumber Energi dari Segi al-Qur’an

Pada ayat di atas Allah bersumpah demi laut, meskipun ada penafsiran lain, yakni demi laut yang mengandung gelombang. Ternyata sains mampu menggabungkan makna dari kedua penafsiran tersebut. Para ilmuan telah meneliti bahwa air laut memiliki potensi untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan dapat berupa listrik maupun bahan bakar. Dari sini dapat dianalisa kebenaran ayat di atas dari proses terjadinya energi dari air laut tersebut. Pertama, energi listrik dapat dihasilkan dari gelombang laut, selanjutnya energi listrik tersebut dimanfaatkan lagi untuk proses pembuatan hidrogen. Terakhir hidrogen inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak mesin. Inilah rahasia Allah yang tersirat di dalam firmanya, tidak ada satu pun yang mengerti akan petunjuk ini melainkan orang-orang yang berilmu.  
            Selain itu Allah juga telah menyatakan salah satu karunia yang telah Allah tundukkan untuk manusia adalah laut yakni :
Artinya:
dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”(Q.S an-Nahl: 14)

Dalam tafsir ibnu katsir juz 14 surat an-Nahl ayat 14 dinyatakan Allah swt menyebutkan tentang laut yang luas dengan ombaknya yang gemuruh, Dia telah menundukkannya. Allah menyebutkan pula karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya, bahwa Dia telah menundukkan laut untuk mereka sehingga mereka dapat mengarunginya. Energi dari air laut tersebut merupakan salah satu karunia Allah yang dapat direnggut oleh manusia untuk kesejahteraan hidup di dunia. Semua ini Allah ciptakan tidak lain adalah untuk mengajak manusia untuk bersyukur atas kasih sayang yang luas dari-Nya.

PENUTUP

Kesimpulan

            Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an dapat dijadikan rujukan bagi para ilmuan  dan pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis energi, seperti surat ath-Thur ayat 6 dan an-Nahl ayat 14. Ayat-ayat tersebut mengadung makna pemanfaatan laut bagi manusia, salah satunya secara empiris dapat digunakan sebagai bahan penghasil energi. Energi yang dimanfaatkan dari laut dapat berupa gelombang, panas, pasang surut, dan konversi. Hasil yang didapat dari  pengolahan energi laut ini adalah energi listrik dan bahan bakar.  

Saran

Sebagai penutup, penulis mengajak pemerintah, pemerhati IPTEK, akademisi, dan seluruh komponen masyarakat Indonesia untuk mulai meningkatkan perhatiannya pada pemanfaatan laut sebagai sumber energi alteratif. Penulis menyarankan agar petunjuk Allah dalam surat ath-Thur ayat 6 dan an-Nahl ayat 14 dapat menguatkan pemerintah untuk membangun industri pengelolan laut untuk menghasilkan energi berupa listrik dan bahan bakar yang ramah lingkungan sebagai solusi krisis energi di Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar