Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Maret 2022

Cahaya Kegelapan

Entah seberapa pengapnya engkau berdiri dalam kegelapan yang diatapi awan tebal. Entah seberapa kuat engkau akan bertahan tanpa cahaya?, Dingin, suram, sendiri. Dalam kegelapan yang kau rasakan hanyalah lelah sebab hilir mudik tanpa arah, dalam kegelapan yang kau dapati hanyalah hampa, tak terlihat oleh mu teman.

Masihkah engkau percaya akan 'cahaya' matahari? Bahwa dengan 'cahaya' itu tumbuhan taat di hati mu kembali subur. kau akan melihat banyaknya keajaiban, arah langkahmu pun kian tertuju. Bagaimana mungkin cahaya itu akan masuk? Bila kau tak mengenyahkan awan tebal yang mengatapi hatimu. Mari kesini wahai engkau. Ambillah tongkat  taubat ini. Hancurkan semua batu kemaksiatan yang bertumpuk-tumpuk itu. Kelak, kau akan menyaksikan dengan takjub. Awan itu lepas perlahan...'cahaya' pun menyelinap melalu kisi hidayah ke hatimu. Tak lagi kau engap, tak lagi kau hampa, tak lagi kau sendiri.

Kamis, 05 Oktober 2017

Hujan kan Terhenti, Kamu Terus Aja

Ada waktunya hujan kan reda. Tapi kamu tidak. Harus terus beroperasi dalam keadaan apapun.
Karena kamu adalah sabar.
Karena kamu adalah syukur.
Yang tak boleh ada titik henti dan tak punya dimensi ruang. Kamu harus melaju di sepanjang sumbu kehidupan ini dan mengisi setiap vektor dimensi yang tak hingga.
Karena ia butuh kamu selalu tuk bisa bahagia.
Karena ia butuh kamu dimanapun tuk bisa tentram.
Bersamailah ia dengan setia hai kamu, sabar dan syukur.

Selasa, 22 Agustus 2017

Zaman Ini



Aku tak mau menentang kenyataan dan keadaan.
aku akan berjuang untuk terus maju.
aku selalu berusaha untuk mengubah hidup ku.
                                       
ini adalah zaman, kala materialisme menjadi tonggak ukuran kemana setiap acuan hidup difungsikan.
Ini adalah zaman, siapa tidak ikut gila tidak kebagian.            
Ini adalah zaman, dicabutnya hati dari akar jiwa-jiwa yang nelangsa.
Ini adalah zaman, siapa yang tidak menzalimi orang akan dizalimi.
Ini adalah zaman, persekutuan antara dilema dan keangkuhan mulai berkecambah.
Ini adalah zaman, perseteruan kebenaran dan kebatilan yang membara.
Ini lah zaman nya…Zaman ku
Pengecut telah menjadi mahkota anak laki-laki.
Gadis-gadisnya membuka sejengkal demi sejengkal kehormatan yang semestinya tertutup rapi
Wahai jiwa, turun lah berlaga.
Turun lah atau harus kah engkau dipaksa.
Jangan buat Tuhan kembali murka.
dulu-dulu kaum tsamud telah binasa dan kamu ‘Ad juga.
Bahkah sekampung Nuh telah diberingus air bah.
Kini turun lah berlaga.  kau atau bukan siapa sama sekali.
Jangan buat Tuhan kembali murka.

Sabtu, 05 Agustus 2017

Kembali dan Enggan tuk Pergi Lagi

Pada titik kau kembali, kau akan berdiam diri sangat lama. Enggan pergi walau hanya sepermili detik.
Entah nyaman yang seperti apa ini, gumam mu.
Damai sekali. Dan kau bertekad setelah kembali tak pernah lagi mau pergi.
Semoga Allah tahan lebih lama kau dalam kekhusyukan pada-Nya.
Kau pun terisak-isak, melirih pada-Nya.
"Ya Allah aku pulang....
Jangan lagi biarkan aku pergi, tahan aku yang hina ini dalam rahmat Mu.
Sebab ridho Mu kini menjadi alasan aku masih berjuang di atas dunia yang  menjijikkan ini.
Bila Kau panggil aku untui benar-benar kembali, jadikan saat itu sedalam-dalam cintaku padaMu "

Selasa, 01 Agustus 2017

Semoga Aku tak Habis oleh Lelah

Dear sang hati...
Besok mentari berjanji tidak lagi akan melelahkan mu.
Gemawan telah diundang semesta tuk meneduhi gerahnya perjalanan panjang yang kau tempuh.
Sabarlah, lelah mu kan disapu angin segar.
Semoga tak habis upaya tuk menjalani lelah.

Kau tahu? Pagi tak mungkin bertemu senja dalam satu kisah.
Harus ada yang mengalah tuk mewarnai hari.
Terkadang hal yang baik itu memang sengaja tidak dijelaskan.
Namun keyakinanlah yang merobek ketidaksanggupan melawan segenap gundah, hati terengah, serta sesaknya resah.
Semoga tak surut langkah tuk menikmati lelah.

Saat keyakinan kau lempar sejauh angkasa tak terdefisini, semesta memberikan seantaro kekuatan agar hati mu teguh melaju dalam lelah yang kau harap tuk segera punah.

Tenanglah...
Tetaplah fokus...
Lalu bersiaplah ! dalam keremangan dimensi yang mesti kau menangkan. Kelak lelahmu harus dikuburkan  di taman-taman peristirahatan terindah dan terbaik dari-Nya.

Bandung, 02-08-17
01:02

Kamis, 06 April 2017

Menanti itu

Bila bertahan dalam pengendalian diri adalah baik, jalan ini akan menjadi jalan yang hendak ditempuh.
Meski tetap saja manusia itu adalah manusia, yang bisa gelisah, bisa cemas, dan senang berharap.
Hanya tetap yakin pada-Nya, bahwa rasa itu hadir agar dapat setia pada do'a, iman, dan taat.
Lalu jeda mematangkan kedewasaan jiwa dalam memahami kehendak-Nya.

Menanti sebuah kepastian itu memang teramat menggelisahkan.
Ada harap berpadu cemas, ada ingin berpadu ragu, ada takjub berpadu khawatir.
Menjalani prosesi pada jalur-jalur keberkahan mengharuskan diri berdarah-darah menempuh titik kepastian itu.
Sebab pahala, bahagia, serta nikmat atas perihnya kesabaran dalam menitinya  memiliki kapasitas yang luar biasa di kemudian hari.
Walau bola-bola kegetiran suka merisihkan perasaan kala harapan pada makhluk lebih mendominasi dari harapan terbaik dari sisi Allah.
Tetaplah manusia itu adalah manusia yang hanya bisa tegar jika Allah menegarkannya.

Menanti sebuah kepastian itu seperti memantau hilal yang disaput awan kelam.
Keberadaan dalam temaramnya cahaya menyentil sendu sedan tuk menjumpainya.
Tapi untuk itu, butuh berpeluh lelah menunggu saputan kelam itu pergi ditelan takdir.
Sebab do'a-do'a dalam menunggu itu mengundang perhatian Tuhan Semesta Alam untuk menetapkan skenario terbaik untuk si pendo'a.
Bukan hanya sekedar untuk melihat hilal itu, tapi agar Allah ridho hilal itu ditampakkan padanya.
Pada seseorang yang sekian waktu mengisak pada-Nya di keheningan malam agar kepastian mampu menenangkan rasa rindunya.
Meski manusia itu tetaplah manusia yang hanya bisa sabar jika Allah menyabarkannya.

Menanti sebuah kepastian itu seperti bersiul dendang sendiri ditepi dermaga.
Memandang senja nan belum jingga, sebab dua warna -biru&merah- masih dalam perjalanan berdarah-darahnya tuk mengkanfas langit pada pesona jingga.
Melantunkan amal-amal yang mendekatkan pada pengabulan do'a.
Semoga kapal yang itu sampai dengan selamat dalam deru-deru keberkahan dan keridhoan Allah.
Ah...bisa jadi masih jauh sebab disetiap ufuk  samudra belum ada titik yang terpantau pengetahuan.
Memang manusia itu tetaplah  manusia yang terus bisa bertahan dalam ketaatan pada-Nya jika Allah menghendakinya.

Bukan...bukan melebih-lebihkan suasana hati.
Hanya karena manusia itu tetaplah manusia.
Yang bisa takut lalu Dia damaikan dengan kasih sayang-Nya.
Yang bisa cemas dan getir lalu Dia peluk dalam rahmat-Nya.
Yang bisa berharapan lalu Dia   tentramkan dengan kesabaran.
Yang bisa berdo'a lalu Dia tenangkan sebagai pertolongan pertama.
Yang bisa berdosa lalu Dia ampuni dengan Sifat-Nya Yang Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Menanti sebuah kepastian adalah pembelajaran hebat untuk mengenal Allah lebih dekat. Salah satu metode memupuk keyakinan hakiki pada-Nya. Sebentuk cara-Nya untuk mengajarkan setiap diri untuk membenahi diri dihadapan-Nya.

Menanti sebuah kepastian adalah berenang dalam keremangan takdir yang masih disimpan semesta. Bukan untuk membuat hamba-Nya kalut dan kemelut melainkan agar hamba-Nya itu kembali pada-Nya untuk memohon dan mengemis agar Dia tabahkan hati yang risau, damaikan jiwa yang meronta, jernihkan akal yang keruh, dan ampuni dosa-dosa yang mengundang nelangsa.

Dear Ayah yang 'Disana'

Dear Ayah yang 'disana'...

Malam ini ada yang kembali merindukan Ayah.
Apa Ayah bisa merasakan rindu hebat ini, Yah?
Rindu yang membulir mesra dengan air bening menuju gravitasi bumi.
Lalu anak yang merindukan Ayahnya itu, berbisik ke langit dengan tangan menengadah, pulas dengan seseguk tangisnya.
Betapa masif rindunya itu.

Dear Ayah yang 'disana'....
Untuk segenap jerih lelah Ayah,
Sepenuh pengorbanan Ayah,
Setiap getir pahit yang dilalui Ayah,
Dengan setegar batu karang  berjalan menyusuri payah kehidupan
demi keluarga, demi anak-anak.

Semoga Allah utuhkan  untuk Ayah, Syurga Firdaus-Nya
Serta melihat wajah-Nya Yang Maha Mulia
Di Yaumul akhir....

Amin amin amin
Ya Rabbal 'alamin

Yah, selalu ada rindu dan do'a terpaut cinta untuk mu....
Dari anak gadis Ayah yang telah mendewasa dengan tantangan zaman tanpa mu.

Ayah....
Kelak kita insyaAllah akan bertemu lagi, anak Ayah betapa meyakini bahwa Ayah tengah menunggu anak gadis kesayangannya ini di pintu syurga.
Lalu nanti  kita akan masuk bersama-sama dengan menggelar bahagia atas kesabaran yang kita jaga selama keberpisahan itu.

Rabu, 01 Maret 2017

Menghabiskan Lelah Bersama mu

Malam melankolia, berupa aksiomatis.
Maka jangan kau tanya sebab ini telah begini adanya.

Lelah...
Maukah kau mengikuti jalan mendaki nan terjal lagi sarat rintang?
Aku ingin menuju kesana.
Jika kau begitu, bersedialah menghabiskan lelah bersama.
Hanya jalan itu yang bisa memberikan peristirahatan nan menawan dan penuh suka cita.
Mari kuatkan langkah...

Lelah...
Maukah kau bertahan dalam getir menyemat ketaatan dibawah terik fitnah akhir zaman?
Aku ingin bertahan sekuat mampu imanku.
Jika kau begitu, bersedialah menghabiskan lelah bersama.
Dengan tetap menahan kesabaran, mudah-mudahan Allah tetapkan pula keberuntungan agung untuk diperoleh diperistirahatan kelak. 
Mari kokohkan jiwa...

Mungkin cerita kita bukan tentang menghabis waktu, namun tentang mengisi waktu untuk menghabiskan lelah bersama sampai batas waktu yang telah ditetapkan Allah. Disanalah kita akan rehat bersama sebab  ikatan keimanan, Taman Keindahan Abadi, Syurga.

Sabtu, 23 Juli 2016

Aku Disini

Aku disini
Pada rangkaian kata-kata yang sesuka untuk ku buat apa. Entah kamu, kamu, atau kamu
Pada bait-bait puisi yang kurangkai dengan kedalaman hati. Entah untukmu, untukmu, atau untukmu
Pada  sajak-sajak rindu yang tersemai pada pelataran daun di depan jendela kamarmu mungkin.
Pada syair-syair sendu yang dapat kulerai lara bersamanya.
Pada tulisan-tulisan yang membuat aku tak merasa sendiri.

Aku disini
Saat kamu tak lagi menjumpai aku pada lingkaran bumi ini, pada semua berita, pada semua tanya.
Kesinilah..
Aku disini
Selalu setia bersama rasa yang kutebar disepanjang aksara. Semoga kamu mampu menterjemahkan makna dengan hati.
Aku disini
Takkan mau beranjak dari sini.
Jika kamu kehilangan aku
Carilah aku disini, pada semua yang ada disini. Dalam setiap huruf yang kurajut untuk semua yang terjadi.

Minggu, 05 Juni 2016

Bila Bidadari Jatuh Cinta

Menjelma lah bidadari itu dari kedekatannya pada Sang Pencipta.
Bidadari itu kini ada di dunia, lalu ia dapat jatuh cinta.
Cintanya pun dapat terus melulu pada seseorang.
Jelas cintanya begitu sangat sulit diperjuangkan.
Cinta bidadari bukanlah cinta sampah, cinta murah, cinta abal-abal.
Bidadari hanya dapat jatuh cinta pada seorang Ksatria.
Yang dengan gagah jiwa dan dalam ketundukkan hatinya pada Tuhan datang menghampiri taman istana.
Taman istana hati badadari itu.
Menjemputnya dengan nilai-nilai keimanan, keberanian, dan kehormatan.
Bidadari akan jatuh cinta pada Ksatria yang kelak setia melindunginya di dunia hingga akhirat.
Bidadari hanya akan jatuh cinta dalam jalan yang diberkahi Tuhannya.


Sabtu, 04 Juni 2016

Bait-Bait Rindu Anak Ayah

Kepada hujan aku ingin bercerita.
penuh harap hujan kan mendermakan telinga.
Bahwa anak-anak rinduku lahir kembali.
Rindu untuknya, untuk seseorang yang telah dulu beranjak dariku, dari kami, dari bumi.
Kepada dinginnya malam aku ingin bercerita.
penuh harap ia pun mau mendermakan telinga untuk menyimakku.
bahwa anak-anak rinduku menghangatkan suhu dalam beku.
Menemaniku dalam ketiadaannya.
Ayah… semoga disana selalu dalam rahmat dan ampunan Allah Yang Maha Baik
Salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah.
Disini, ditempat yang lagi hujan.
Disini, disuhu yang lagi mendingin.
Ayah takkan lagi merasakan ini, Semoga Ayah selalu dalam lindungan-Nya dan kehangatan kasih sayang-Nya.
Yaaaah….anakmu RINDU

Jumat, 03 Juni 2016

Aku Ingin

Aku ingin menjadi senyap yang tak terdengar, hampa yang tak tersentuh, bisu yang tak diriuhkan. Barangkali, dengan itu, aku dapat menikmati apa pun yang ingin kulakukan tanpa perlu ada rasa ke- aku-an dan tak pula pengakuan.

Jumat, 08 April 2016

Musafir

Hidup tanpa kepatuhan pada Tuhan , layak hidup dalam jenggala tanpa arah dan tujuan.
Suram, kelam, jengah, dan gegai.
Dikau itu musafir jangan masuk jenggala tanpa apa-apa.
Kelengar bisa dikau disana.
Tak punya bekal, tak punya peta, tak punya perisai senjata.

Sia-sia lah hidup begitu.
Jangan lah dikau begitu.
Kita ini bukan hantu tapi umat yang berTuhan Satu.

Taat lah dikau, kuatlah dikau.
Dikau senang, dikau beruntung.
Dikau punya arah, dikau punya mudah.
Enak dikau dapat, tenang dikau renggut

Setan berduka. Setan nestapa.
Dikau bukan setan, jangan lah bersetan.
Seput lah seput setan mengisi jahanam.
Jangan lah dikau ikut pula.
Bura bara api nan menyala raya.
Takutlah dikau padanya.
Setan suka tebar tipu daya.

Ada kampung untuk para kampiun.
Di dunia berlomba menumpuk isi pundi.
Pundi amal, pundi ibadah, pundi takwa, pundi yang Allah sangat suka isinya.
Tak ada risi, tak ada dayuh, tak pula merana dikau di pengambaraan.
Dikau pun ragib sendiri dengan pemberian-Nya.
Kala telah tiba di kampung halaman yang kau damba, Syurga.
Dikau sadar di dunia hanya sehari atau beberapa hari saja.

©SN
Sabtu. 09-04-16@home

Senin, 04 April 2016

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 23

Hampir terlampaui satu tahun
Saat dimensi ruang antara kita telah menjadi friksi
Lalu jarak kian merentang kejam
Aku kelabak seperti dungu yang tergugu mendikte masa, mengolah rindu
Berdamai dengan lapisan rasa yang entah.
Ayah.....beginilah anakmu kala hasrat tuk jumpa hanya terbalas dusta.
Ayah telah tiada hampir satu tahun lamanya.

Hampir terlampaui satu tahun.
Memutar rekaman kisah heroik sang Ayah dalam kotak kenangan.
Waktu itu aku masih sangat manja, lugu, dan banyak tanya.
Ayah selalu mengerti dan mengajari anaknya ini hingga tumbuh menjadi gadis yang dewasa, kuat, berwawasan, berani, namun kini tak tahu ingin bertanya pada siapa ? Menumpah curah kisah...
Perihal senja yang bernuansa jingga, tentang mars dan venus, tentang keadaan zaman ini, tentang imijinasi yang banyak berkelabat di taman khayal. Tentang cerita kita yang belum sudah.
Ayah......tak lama sudah kita terpisah, anakmu kembali merindu

Semoga disana, Ayah selalu disayang Allah dan dalam rahmat dan ampunan-Nya yang tak terperi.
Salam rindu sepenuh jagad dari anak Ayah.

Hampir terlampaui satu tahun Ayah meninggalkan anak Ayah.

#bait_bait_rindu_anak_ayah

Rabu, 17 Februari 2016

Hamba Papa

Sulit menjelaskan rasa, saat buliran hasrat hanya sebatas damba.
Walau ada kedengkian pada hati yang mampu merasakan tapi tak dapat diwujudkan nyata oleh pandangan.
Sedang yang lain hanya suka menanam spekulasi, kita menabur getirnya.
Ini hanya seorang hamba yang papa. Tak begitu lihai mengendalikan gejolak yang berselancar di lautan jiwa.
Bukan wanita terpilih yang berjiwa kokoh, bukan pula Shahabiyah yang berakhlak mulia.
Hanya seorang hamba papa yang merindukan syurga, dengan amal tak seberapa.
Kini diterpa ujian hati yang sedemikian rupa.
Ketika diri merindukan pagi, dia merindukan senja.
Jadilah rindu yang dipisahkan waktu dan masa , tak berpadu dalam ruang nan satu.
Begitulah ujiannya...
Yang lain hanya suka menabur benih prasangka, sedang kita tak mengerti makna 'mengapa' dari mereka.
Kita hanya insan yang tak merindukan hal yang sama bukan ?
Kita juga hamba yang papa.
Semoga pertolongan Allah dekat bagi kita yang berusaha untuk bertakwa.
Kita yang berusaha mengatur ulang suasana hati agar Allah tak murka.
Lalu....kepada-Nya lah kita mengikhlaskan hati.
Mari bermuhasabah dalam kepasrahan.
©SN
@home, 17-02-16

Sabtu, 06 Februari 2016

Shohibul Jannah

Kemarin kita telah memetik cinta dari langit, lalu menyemainya di pelataran bumi.
Sejak dulu, kini, dan nanti pun jejak-jejak cinta itu tetap ada.

Kita akan lebih banyak mengerti makna kata sebab ada spasi, ada jeda, ada jarak.
Menjauh mungkin akan lebih memberi makna, karena tanpa jarak kita sering acuh dengan rasa rindu.

Namun kita masih percaya jejak-jejak cinta itu tetap ada, di bumi manapun kita.
Kita akan terus menumbuhkannya agar dapat menguatkan pijakan di jalan ini, jalan yang kita kenal sedari awal banyak aral dan cobaan.
Kita akan terus merawatnya hingga tuntas di syurga-Nya.

Hal ini kembali mengenang kita akan kisah Zubair bin Awwam dan Tholhah dua sahabat Nabi saw yang namanya tak dapat dipisahkan. Walau masing-masing dari telah saling mendahului menemui kesyahidan.

Maka izinkan jarak hanya dirangkul oleh raga, untuk hati kita tetaplah terbuhul erat dalam jalinan tali persaudaraan Ilahi.

Untuk mu, Shohibul Jannah

Sabtu, 30 Januari 2016

Puisi Harapan

Geriap asa yang terus mengelanakan mimpi-mimpi,
namun semua belum menjelma dalam rupa yang nyata.
Sekalipun Guntur turut serta meneriakkan harapan di kaki langit,
tentu akan sia-sia tanpa setangkai do’a dan nutrisi usaha yang dijejal.
Motivasipun mulai terbakar untuk melakukan perubahan diri kembali,
membenahi tabiat-tabiat yang keruh,
merehabilitas amalan-amalan ibadah,
dan menata hati kepada kejernihan fitrah.
Sudah lama fitrah menggerung marah, ia terpaku dalam sapuan geram,
karena telah lama tidak disucikan dan membawanya pada maqam sebenarnya.
dapat dimengerti sekali bahwa bantuan Allah pada hamba tak mengenal celah sanggahan.
Dia selalu ada bagi yang membutuhkan-Nya untuk membawa karya-karya suci,
menggelar syi'ar-syi'ar Islami melelalui kecerdasan ama

Kamis, 28 Januari 2016

BAit-Bait Rindu Anak Ayah 21

Ditenggari dinginnnya malam bersama tarian hujan.
Izin aku bercerita tentang rindu.

Karena orang yang paling berharga itu, kini telah tiada
Kerinduan yang menyelubungi pori-pori kesenyapan hati.
Lagi-lagi mengenai seseorang yang sejak sekian bulan kemarin tak lagi disini bersama kami.
yang di waktu ini, kami hanya bisa memeluk bayangannya.
Mengecup manisnya kenangan dalam pahit.
Saat menyapa hanya mampu lewat do’a.
Kala mendekap hanya mampu sebatas hasrat.
Sedang jarak tak pernah peduli dengan rintihan keberpisahan.

Sesal melumat sesal terus menyemburkan api kemarahan.
Sebab tidak mampu membalas jasa cinta yang agung.
Sebab tak mampu membayar pengorbanan yang begitu dahsyat.
Sebab tak bisa memberikan yang terbaik semasa orang yang paling berharga itu ada.
Sebab dalam helaan nafasnya yang terakhir, aku tak dapat melepas kepergian itu.
Bahkan tak sempat meminta keikhlasannya dalam segenap salah dan khilaf semasa perjalanan hidup bersama, tak sempat meminta maaf.
Pedih rasanya !

Bahkan kini musim hujan telah berpindah ke mataku.
Sejak Ayah pergi, sejak ayah tiada lagi, sejak semua menjadi begitu berubah.

Ayaaaaah…
Atas punggung mu yang terbakar terik matahari demi mencukupi nafkah keluarga, semoga menjadi pahala terbalaskan syurga.
Atas keringat mu yang menyucur deras untuk membahagiakan keluarga, semoga memudahkan hisab pada yaumul akhir.
Atas peluh, letih, dan pengorbanan tulus mu untuk membesarkan anak-anak dalam kesejahteraan, semoga terlimpahkan pengampunan hingga Allah tak menyisihkan satupun selain rahmat dan kasih sayang-Nya.
Atas cinta mu dalam diam semoga Allah ridho dan mengizinkan Ayah untuk melihat wajah-Nya.
Ayah….




Dalam hening sepi, tersemai rindu dari anak mu, sepenuh jagad.
Merindu Ayah, anaknya hanya dapat terus belajar menegarkan hati.
Karena harapan tak bisa lebih selain mengulum kehampaan.
Mantra yang terampuh mengeringkan air mata hanya do'a.
Semoga, 'disana' Ayah tenang dan selalu disayang Allah.

‪#‎bait_bait_rindu_anak_ayah‬

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 20

Ada seraut wajah sungkan memburam.
tergambar kian menjelas dan kian mengitari hasrat berjumpa.
Untuk kesekian kalinya, gagal membendung air mata.
Entah di belahan bumi yang mana dapat ku sembunyikan rasa.
Rindu atas sosok seorang Ayah yang telah pergi ke dunia abadi.
Ayah yang selama ini paling setia menjaga kepeduliannya dalam sembunyi-sembunyi.
Ayah yang tak pernah mau mengungkapkan kata sayang melalui kata-kata, cukup tindakannya menjelaskan semua itu.
Ayah yang amat enggan mengutarakan cinta tulusnya melalui sajak-sajak berkalimat, sebab pengorbanan sudah lebih untuk menjadi aksara cinta itu.
Ayah yang selalu ingin anak nya menjadi orang yang berguna, anak yang sukses di masa depannya.
Ayah yang menyekolahkan anak-anaknya dengan sebaik-baiknya pendidikan . Walau kadang harus memaksa diri agar anaknya bisa tetap sekolah, agar anaknya dapat mengecap pendidikan terbaik.
Ayah yang selalu pandai menyimpan rasa sakit dan lelah di depan anak-anak dan keluarga. Sehingga yang kami tahu, ayah selalu baik-baik saja.
Ayah yang paling tahu cara untuk menasihati anak-anaknya.
Ayah yang sangat sabar, sangat cerdas, sangat ikhlas, sangat ingin terus belajar menjadi ayah yang baik dan sangat teliti menjaga keluarga.
Ayah yang tidak bosan mendengarkan keluh kesah anaknya ini, mendengar banyak cerita dari anaknya ini, mendengar banyak hal dari anaknya ini. Menyimak dengan baik dan menanggapi dengan bijaksana.
Ayah terus membuat aku jatuh cinta setiap hari padanya. Hingga kini Ayah tiada, rasa cinta itu terpelihara dengan anggun di selaksar hati, bertumbuhan indah dan menjadi energi yang menghidupkan.
Yah...rindu ini mendorong diri untuk menyiapkan sebaik-baiknya pertemuan dengan Ayah pada yaumul akhir.
Semoga kita berjumpa di sebaik-baiknya tempat kembali.
Kelak anak mu akan tak henti-henti lagi bercerita.
Bagaimana tiap harinya harus mengadu kepada Allah tentang rasa rindu untuk bersua.
Salam rindu sepenuh jagad dari anak Ayah.
Semoga Ayah 'disana' selalu disayang Allah

‪#‎bait_bait_rindu_anak_ayah‬

Selasa, 22 September 2015

Ini Adalah Zamannya

ini adalah zaman, kala materialisme menjadi tonggak ukuran kemana setiap acuan hidup difungsikan.
Ini adalah zaman, siapa tidak ikut gila tidak kebagian.
Ini adalah zaman, dicabutnya hati dari akar jiwa-jiwa yang nelangsa.
Ini adalah zaman, siapa yang tidak menzalimi orang akan dizalimi.
Ini adalah zaman, persekutuan antara dilema dan keangkuhan .
Ini adalah zaman, perseteruan kebenaran dan kebatilan yang membara.
Ini adalah zaman digitalisasi yang satunya belum bertauhid dan nol nya masih penuh jelaga dunia.
Ini lah zaman nya...zaman kita
Pengecut telah menjadi mahkota anak laki-laki.
Gadis-gadisnya membuka sejengkal demi sejengkal kehormatan yang semestinya tertutup rapi
Wahai jiwa, turun lah berlaga.
Turun lah atau harus kah engkau dipaksa.
Jangan buat Tuhan kembali murka.
dulu-dulu kaum tsamud telah binasa dan kamu ‘Ad juga.
Bahkah sekampung Nuh telah diberingus air bah.
Kini turun lah berlaga. kau atau bukan siapa sama sekali,
Jangan lagi buat Tuhan murka.

©SN