Kamis, 28 Juli 2016

Ini untuk Kamu



Hai kamu yang pernah terjatuh. sakit yah ?. Terkadang hidup ini memang harus begitu dulu. kamu dibuat-Nya terluka. Agar kulit hati mu tergantikan dengan yang lebih kokoh dan tangguh. Kamu lagi diajari-Nya cara menyelesaikan luka-luka dengan keahlian mengobati sendiri. Lalu kamu bermetamorfosis menjadi lebih tegar. Pertahankanlah. 

Hai kamu yang pernah menangis, sepilu apa perasaan mu ? tak mengapa. Kan kamu masih manusia. Menangis bukan berarti lemah. Air mata yang mencucur itu setidaknya dapat meringankan beban-beban yang terasa berat. Hatimu masih dilembutkan, sehingga air mata dapat jatuh dengan syahdunya. Tenang saja. Selagi kamu tak luput dari mengingat Allah, maka Allah akan memperhitungkannya. Sabarlah. Sebab sabar adalah perkara penting. Semoga Allah membantu kamu untuk sabar menghadapi orang-orang yang sulit. Memang  satu  diantara kita menjadi ujian bagi yang lain. Menangis saja dan tetaplah menjadi manusia.

Hai kamu yang tengah sendiri. Kesendiran akan memberimu makna berharga. Kamu bisa lebih leluasa bercerita pada diri sendiri. Pada akhirnya, semua orang-orang juga akan pergi  satu persatu meninggalkan mu. Kecuali Allah. hanya Dia lah yang setia bersama mu. mengertikan sekarang ? Allah lah yang tak pernah pergi dari kamu. Maka kamu wajib menjadikan-Nya tetap yang pertama dan garis terdepan tujuan.

Hai kamu yang tengah ditinggalkan. Seberapa kehilangan kamu tanpanya ? Cobalah mengikhlaskan yang telah pergi. Boleh menangis karena kamu manusia namun jangan menangis terlampau lama. Sebab Allah tak menyukai sesuatu yang berlebihan. Sadarilah, hidup harus terus berjalan. Sadarilah ada tanggungjawab menantimu di depan sana. Lihat sekelilingmu, kemudian bertasbilah atas nama Allah. Itu lebih baik. 

Sungguh Dia Maha Baik, atas segala kondisi yang Dia hadiahkan dalam hidup kita. Tetaplah berbaik sangka.  Dengan itu pula  hanya kebaikan yang akan kamu temukan, meski begitu meresahkan, menggundah gulanakan, mengoncang keras perasaan,  bahkan terkadang seakan mampu merobohkan pendirian. Tetaplah berbaiksangka, pertolonganNya begitu dekat. Dia lebih dekat dari urat nadi mu. Berdo’a lah pada-Nya, karena Dia Maha mengabulkan do’a. Agar dia yang telah meninggalkan mu selamanya ‘disana’ selalu disayang Allah. 

Kita tak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah sebuah awal yang buruk, namun kamu bisa membuat akhir yang indah.
Mulai saat ini.

*ternyata aku pernah menulis ini dalam buku ku" Perjalanan untuk Sebuah Mimpi" . MasyaAllah [T.T]

Menghibur-Hibur Diri

Ada banyak cara untuk menghibur diri. Apakah mengibur diri karena pernah kehilangan orang yang paling kita cintai. Apakah menghibur diri karena impian yang tergadaikan kenyataan. Apakah menghibur-hibr diri saat berada dalam himpitan. Apakah menghibur diri saat mendapat celaan dan pembicaraan orang yang tidak sedap. Apakah menghibur diri saat keinginan tidak sejalan dengan realita, Apakah menghibur diri menghadapi lelahnya aktifitas. Dan tentang kejadian duka, pilu, lara, gundah. resah, dan setipe dengannya selalu ada cara untuk kita menghibur-hibur diri.

Ada dari mereka yang menghibur diri dengan mencari kesibukan agar sedih tak lagi sempat mengetuk hati. Ada dari mereka yang menghibur diri dengan denger musik yang menghanyutkan suasana hati yang tidak enak. Ada dari mereka yang menghibur diri dengan mengunjungi tempat-tempat yang mereka percaya menemukan ketenangan disana. Ada menghibur diri dengan belanja kepasar malah, beli ini dan itu biar hatinya enjoy lagi, biasa ini berlaku untuk orang-orang elit. Dan banyak lagi , rasanya capek untuk dituliskan semua disini.

Namun, aku kagum dengan orang yang menghibur-hibur dirinya dengan dirinya sendiri. Ia mampu menemukan replika dirinya dan mengajak berdiskusi tentang masalah yang tengah dihadapi. Karena baginya jarak antara masalah dan solusi hanya sebatas sujud. Walau sempat terjatuh namun lukanya tidak membuatnya berhenti melangkah. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan sujudnya itu. Membuat ia mampu bertahan atas semua yang terjadi. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan kesabaran. Baginya semua pemberian Tuhan adalah baik. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan berpikiran positif. Baginya kebahagiaan sejati tidak pernah ada di dunia ini. Kebahagiaan sejati hanya ada di syurga-Nya kelak. Untuk itu, ia selalu menghibur-hibur diri dengan harapan terindah untuk dapat menjadi salah satu pemilik kebahagian sejati itu.



Aku Masih Muda

Salah satu metode untuk sukses adalah pretending (berpura-pura). Iyapz..maka sampai kapanpun kita harus terus berpura-pura jadi anak muda. *tratatakdengces*.  Namun dengan jiwa yang sedewasa orang tua. Jiwa yang melesat jauh dari takaran usia berpadu dengan kobaran semangat jiwa muda. SEMPURNA. Saat aku membuka kenangan-kenangan di masa muda, SMA dan saat kuliah. Aku jadi merindukan kembali semangat juangku dimasa muda itu. Sehingga menyulam senyum simpul didepan layar LCD laptop saat ini. Aku yang lugu dulunya adalah seorang yang orientasinya adalah menjadi pemenang, jadi juara.  Setiap harinya adalah semangat. Setiap langkahnya adalah optimisme, setiap visulisasinya adalah kesuksesan, setiap keinginannya selalu kesungguhan tekad, setiap jamnya adalah belajar. *kalau gak belajar gak bisa sama-sama orang pintar, hihi*.Apalagi ada pak tentara yang bangunin tiap subuh sambil tendang pintu sekuat tenaga.*hahahaha*. Aku rindu Pak Karsono, rindu sangat padamu Pak. Bapak banyak mengajarkanku tentang semangat juang, tentang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran, tentang jiwa seorang pahlawan.*huhu*. Karna jiwa patriot bapak yang selalu tertatam didalamnya untuk menjaga NKRI ini. MasyaAllah rinduuuu pak. 

Walau kenangan SMA terlalu pahit untuk diulang kembali. Terlalu lelah untuk menjalaninya ulang. Kerana aku gak kuat lagi untuk lari sejauh 3,2 KM setiap pagi ditambah push up dan sit up 30 kali. Apalagi harus apel pagi dibawah terik mentari yang kalau telat dapat jatah push up dan sit up lagi. *kelenger soleha Pak...hahaha*. Ternyata aku sudah melampai dengan baik semua yang dulu aku rasa sangat sulit untuk disudahi. Dan aku rindu bisa memiliki semangat seperti itu lagi. Rindu dengan teman-teman yang juga daya juang dan semangatnya tak jauh beda. Saat impiannya untuk kuliah di Jerman, Jepang, dan kampus-kampus impian di Indonesia membuat mereka mati-matian belajar sampai-sampai dijalan pun menghafal pelajaran. Kalau di jalan dan apel pagi pegang buku dengan kantong mata yang sudah melebar.*Haha* Walau ada juga yang santai tapi tetap sukses mendapatkan nilai terbaik. Beda dengan aku yang harus memeras otak dan tenaga belajar sampai larut malam untuk bisa mendapatkan semua itu. Karena orang pintar bisa dikalahkan dengan orang rajin. Itulah yang selalu aku jadikan prinsip.*Wowww*. Aku rindu dengan jiwa yang seperti ini dan aku ingin menginstalnya kembali. Pun kurasa akan terus aku pakai sampai mati. Tapi bukan lagi tentang pencapaian pribadi namun untuk kehidupan yang lebih berarti tak sebatas dunia tapi juga akhirat.

Kelak saat sudah diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai 'Bunda Peradaban' maka semua ini akan aku tularkan pada mereka tentang jiwa heroik masa muda bundanya dulu. Lalu aku akan menghembuskan nilai-nilai keimanan bagi mereka agar tak ada resah bagi mereka untuk mengarungi samudra kehidupan ini. Walau entah kapan Allah mengizinkan  tapi tulisan ini menjadi catatan pengingatku kelak bahwa aku memiliki azam untuk mewujudkannya. Eh kok kesini ceritanya *hahaha*. Kan jadi gak kuat lanjutin ceritanya lagi nah. *haha*


Menyemai Makna Keberadaan Diri

Bukan sedikit orang yang mengejar kesuksesan di masa depan untuk dapat membuat hidupnya lebih layak dan lebih merasakan damai dan kenyamanan. Berjuang hingga berada di titik kesuksesan yang ditakar sesuai pandangan masing-masing itu benar-benar membutuhkan kesungguhan tekad. Kita tidak akan pernah memiliki gairah untuk menggapainya jika tidak ada dorongan intrinsik dalam kemauan diri. Melihat begitu banyaknya orang-orang yang sukses dan memaknai kesuksesan mereka dengan tolok ukur finansial, keluarga, dan kedudukan. Kadang membuat kita sempat memiliki angan yang sama untuk hal yang seperti ini. Setelah memepelajari ulang dan meninjau resiko negatif dari semua itu pasti kita akan manarik diri untuk tidak memiliki sudut pandang yang sama dengan mereka tentang memaknai kesuksesan.

Saat hidup kita hanya untuk menjalani kehidupan tidak sering yang kita dapati adalah sepi dan tak berarti. Namun seseorang yang menjalani hidup untuk menghidupkan maka nalurinya menyala, geraknya gesit, energinya besar, tidak akan mundur apalagi gentar terhadap kenyataan yang dihadang, semangatnya berkobar, sebab visinya besar dan tujuannya terarah. Disana mereka tidak hanya cerita tentang kepentingan pribadi tapi tentang mencurahkan kontribusi, menebar manfaat, dan menyemai makna keberadaan diri. Semoga keikhlasan semakin mengindahkan hidup yang menghidupkan itu.

Hidup akan menghidupkan dengan menyemai makna keberadaan diri. Itulah menjadikan hidup lebih bernilai. Disanalah kesuksesan sejati bagi para perindu syurga dan pejuang keridhoan Allah. Dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mendedikasikan diri melakukan yang terbaik, bukan untukkepentingan pribadi tapi untuk sesama.

Ittaqillah !

Bahtera-Dermaga-Samudra

Begini bahtera...
Dermaga hanya bisa mendo'akanmu dapat menepi dengan penuh keselamatan. Melihat cuaca langit...sesekali membuat debar-debar kembali bangkit dan keraguan terungkit. Semoga dibentangan perairan manapun kamu ini, Allah akan menjagamu dalam rahmat-Nya, menjagamu dalam keimanan, menjagamu dalam ketaatan pada-Nya, menjagamu selalu bersama al-Qur'an, dan dengan semua penjagaan yang terbaik seperti yang kupinta dalam dendangan do'a-do'a dilangit gelap. 

Begini bahtera....
Kamu yang sangat diharapkan kelak menjadi bahtera kokoh yang kuat untuk memikul semua beban yang akan diangkut saat telah sampai di dermaga sederhana ini. Iya ini hanya dermaga sederhana yang aku bangun sekian lama dengan perbaikan yang berulang-ulang kali. Tetap bukanlah dermaga yang sempurna. Kuharap pula, nanti sesampaimu disini berlapang dada dan bersabarlah untuk memperbaiki semua ketidaksempurnaan ku ini. Bantu aku dan papah aku untuk menjadi lebih baik lagi.

Begini bahtera....
Saat waktu yang terbaik itu sudah tepat membuat kamu bisa ada disini, di dermagaku yang sederhana ini. Bawalah aku ke pulau harapan kita yang sama. Pulau terindah yang telah dijanjikan-Nya. Dengan al-Qur'an sebagai pedoman perjalanan kita. Bersama mujahid-mujahidah yang padanya kita wariskan pengajaran terbaik, mimpi-mimpi besar dan kita lestarikan al-Qur'an pada mereka.  Di samudra lepas yang kita tempuh nanti, bersama kita akan saling menguatkan genggaman jemari menembus segala ombak-ombak ganas yang menantang. Sebanyak air di samudera tidak pernah mampu menenggelamkan kita selama bahtera ini tidak retak maka tidak akan ada air yang merembes masuk. Kita akan belajar agar kegetiran, kegundahan, dan sedemikian rupa beban hidup yang kita jalani tidak menghanyutkan apalagi menggelamkan hati kita. Apapun yang terjadi kita akan terus memperbaiki semua kerusakan bahtera kita dengan cinta yang kita adopsi dari kaki langit dan kemapanan iman yang tertempah oleh ketaatan pada-Nya.

Bahtera yang kelak akan membawaku ke pulau harapan yang sama....
Aku takkan mau lelah menemanimu hingga renta. Aku akan terus belajar untuk dapat membuatmu bahagia bersamaku dengan segenap apapun yang aku miliki. Jika kelak Allah mencabut nyawa salah satu diantara kita.  Semoga kita sudah lebih dulu mengetahui konsekuensi kebersamaan yang tak bisa selamanya itu. Namun, kita tetap berharap dan berdo'a hikmat untuk bisa menyatu di pulau yang terindah itu, kan?. Aku yang akan jadi bidadarinya dan kamu adalah pangeran syurganya. Begitulah kata-kata yang selalu meghibur kita disepanjang perjalanan yang melelahkan nanti.  

Semoga Allah mudahkan kamu untuk menepi dalam langkah-langkah yang diridhoi lagi penuh keberkahan.
Aamiin

Lebih Bersyukur

Kita ini adalah pelajar yang akan selalu belajar. Tentang semua hal termasuk belajar memahami rasa syukur. Tidak baik kita menyibukkan hari-hari memikirkan apa-apa yang belum didapatkan. Karena sulit bagi kita untuk bersyukur selama masih berfokus pada hal itu. Jika kita mau berkompromi dengan rasa syukur maka kebahagiaan akan berjalan elegan ke arah kita, perlahan tapi pasti. Sesederhana itulah sebenarnya hidup ini. Kita yang sering mempersulitnya dengan menafikkan banyaknya karunia Allah yang menghujani di semanjung waktu kemarin hingga kini. 

Pernah menghitung bintang di langit? kalkulator tercanggih dan termutakhir yang dilengkapi instrumentasi berbasis nanoteknologi termodern pun tidak bisa menjalankan intruksi untuk memberi hasil tentang jumlah bintang di langit. Tahu mengapa? Agar kita sadar begitulah karunia Allah yang selama ini kita abaikan. Sampai berkali-kali Allah tegaskan. "Maka terhadap nikmatku, yang manakah yang kamu dustakan?.". Malu bukan dengan semua ini. Iya aku yang sangat lebih malu. Semoga rasa malu kita ini menjadi hikmah termanis bagi kita untuk kembali lebih bersyukur pada semua nikmat-nikmat yang Allah karuniakan. 

Kita memang manusia dhoif yang terus belajar untuk menjadi lebih baik. Untuk lebih baik dalam  mensyukuri kehidupan ini. Tidak ada yang salah pada masa lalu hanya saja kita belum bisa mensyukurinya. Secara tidak sadar semua itu telah membuat kita menjadi pribadi yang lebih kokoh jiwanya dan lebih tertempa kuat.

Ittaqillah !

Lebih Mapan

Tahu hidup ini mengerikan ? Menjalani hari-hari bersama bumi yang terus berputar statis. Berotasi dan berevolusi. Hidup di atas dataran yang dikepung oleh 3/4 lautan. Berjalan di atas bumi yang menyimpan didihan ganas dari ledakan reaktif di inti bumi. Berpayungkan langit yang sewaktu waktu dapat robek oleh komet atau benda angkasa. Berada di eter udara yang mengandung bermiliaran jenis kuman dan virus. Itu semua mengerikan, Bukan?

Kita butuh menjadi yang lebih mapan. Tidak ada idealitas pada realitas, semua hanya ada dalam jangkauan ekspektasi. Maka kita harus lebih mapan untuk mengayuh pedal sepeda kehidupan ini. Untuk tidak terpengaruhi oleh semua yang mengerikan itu. Kita harus belajar untuk memapankan diri dengan memapankan ilmu, memapankan emosi, memapankan sudut pandang, memapankan akal, terlebih memapankan iman. Semua ada dalam kitab petunjuk-Nya, al-Qur'an. Bacalah ! kita akan lebih mapan dengannya.

Nanti, bila kemapanan itu satu persatu telah kita kuasai. Jangan lupa untuk mengajarkannya kepada yang lain. Agar tidak terlampau banyak orang yang ketakutan di dunia ini, di atas bumi ini. Kita patut bersyukur menjadi orang yang pernah merasa takut sebab ketidakmapanan itu. Dengannya kita dapat lebih memahami dan menerima dengan lapang hati saat berhadapan dengan orang yang sedang ketakutan itu. Bawalah pada petunjuk-Nya. Hidup ini memang mengerikan tanpa itu semua.

Mendalami Hati

Dalam romansa hati yang lagi melankolis, kita bisa lebih dalam menyelami hati. Mencoba menguasasi perasaan yang tengah menghadapi romatika sekaligus problematikanya itu memang menggelisahkan. Disana kita akan dipaksa tekanan untuk terus masuk menyusuri hati yang terdalam. Hingga direlung yang paling dalam kita akan bersuguhan dengan nuansa gelap yang menikam. Maka kita pasti merasa begitu membutuhkan cahaya. Cahaya yang akan menemani kita dikedalaman hati itu.

Berada dikedalaman hati tanpa ada pelita yang menyinari seumpama anak kecil yang tersasar dibelantara hutan luas pada malam hari. Mencekam, menakutkan, mencincang-cincang kewarasan, akhirnya pingsan tak berdaya tanpa bantuan. Begitulah lemahnya manusia tanpa Dia. Tanpa cahaya-Nya, petunjuk yang mengarahkan pada kekuatan untuk bertahan dan nyaman dikedalam hati itu. Karena saat Allah menemani kita dikedalaman hati. Kita mampu merasakan bahwa kita tidak membutuhkan siapapun dikehidupan ini selain Dia.

Tentang Sebuah Keputusan

Menjadi orang yang pernah melakukan kesalahan membuat kita mengerti jalan apa yang harus ditempuh untuk menjadi benar. Walau kita takkan pernah tahu tepat yang benar itu seperti apa. Tapi kita akan terus mengupayakan berada diatas jalan yang benar. Sejangkauan ilmu yang dimiliki, sekuat hati yang mampu menempuhnya. 

Hidup kita saat ini adalah hasil dari keputusan yang telah kita ambil di hari kemarin. Setiap pilihan-pilihan yang ditawarkan di hari sebelumnya meminta kita untuk memutuskan dengan sebuah keputusan yang kita jalani saat ini. Kita tetap tidak pernah tahu bagaimana keputusan yang benar dan yang salah sampai kita berada dipenghujung perjalanan dari keputusan itu. 

Sebenarnya setiap keputusan yang kita ambil berpeluang salah, bisa jadi bukan hanya satu atau dua dari keputusan yang telah kita ambil itu salah. Karena manusia itu memang dhoif.  Tinggal bagaimana cara kita menjalani dan menyikapi semua keputusan yang salah itu, sehingga mampu mengubahnya berada pada jalan yang benar. Dengan tidak berkeluh kesah, kecewa yang berlarutan lama, dan tidak perlu menyalahi diri sendiri. Semua akan menjadi benar saat kita berkomitmen untuk menghadapi semua konsekuensi dari keputusan itu dengan sikap yang tidak menyelisihi perintah-perintah-Nya dan tetap berada dalam koridor-Nya. Kekecewaan itu akan hilang saat kita mampu menggantikannya dengan keikhlasan. 

Tidak semua keputusan yang salah itu akan membuat kita nelangsa. Jika yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Bisa jadi, hal itu adalah sebentuk cara Allah untuk membuat kita menerima yang lebih membahagiakan. Mungkin tidak di dunia ini tapi di kampung sejati kita, Syurga. insyaAllah....! Tidak juga semua keputusan yang benar itu ujung-ujungnya memberikan kebahagiaan. Hidup ini Allah yang memegang kendalinya, bukan?. Sedemikian rupa pun ekspektasi kita terhadap masa depan, selalu ada takdir yang siap untuk mematahkan. Jika kehendak-Nya yang memerintah begitu. Semua dari keputusan-keputusan kita, akan meminta kita untuk terus berjuang, berkorban, tertatih, dan bila perlu terluka. Takdir tidak pernah peduli seberapa sakitnya luka itu. Tidak akan ditanya tentang rasa perih itu. Kita hanya diminta untuk berani dan tangguh dalam menghadapinya. Bertanggung jawab menjalani resikonya dalam menghadapi semua keputusan yang pernah diambil dari semua pilihan yang ada. Masa depan kita masih suci, tataplah ia dengan gelora masa muda yang berapi-api. Jangan surut walau selangkah, pastikan tujuan kita tetaplah Dia.

Jadilah yang kuat !
Ittaqillah !

Undangan Allah

Setelah ibuk dan beberapa keluarga aku pulang umrah, mereka banyak bercerita tentang sedemikian rupa nikmatnya menjadi tamu Allah. MasyaAllah. Aku yang melankolis ini tak kuasa menahan haru saat diceritakan semua keajaiban dan keindahan Tanah Haram [T.T]. Aku pengen jugak...Pengen beud ih..Tapi gimana caranya?

Qadarullah dapat pencerahan dari Teh Nini, beginilah caranya agar bisa dapat undangan Allah untuk bertamu di Rumah-Nya nan Megah dan tak dapat terdeskripsikan segala yang ada padanya.
Berangkat hajji adalah undangan Allah..jadilah orang yang pantas mendapat undanganNya.
1. Perbanyak taubat dengan sungguh2.
2.Perbaiki ibadah seprti shalat diperbaiki, baca alqur'an dihayati, ingat Allah setiap saat
3. Diusahakan tidak berbuat maksiat, jika tetap melakukan segera taubat.
4.Amalkan shalat tahajjud setiap malam tidak berhenti 40 malam 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Di sujud terakhir minta diundang ke Baitullah di dalam hati. Insya Allah diundang oleh Allah dan undangannya jadi pembersih dosa2 kita, perubah diri kita..

Yaa Allah undanglah kami ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji dan umroh. Aamiin

******************************************************************************

Iya....aku bertekad bulat untuk memperjuangkan ini. InsyaAllah !

"Siapa yang rindu untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu untuk bertemu dengannya."

Rabu, 27 Juli 2016

Semua akan Berubah

Kita tidak boleh terus berada dalam satu kondisi yang stagnan. Kita harus membawa diri dalam arus dinamis yang membaik. Konsep ini harus menjadi landasan dasar untuk aku kedepan. Allah telah menganugerahi potensi yang sama pada setiap manusia; akal, waktu, dan fasilitas di atas dunia ini. Rasanya, terlalu banyak yang harus aku gali dari semua ilmu yang terlalu luas itu. Bahkan semakin aku belajar maka aku merasa semakin sedikit ternyata ilmu yang aku miliki. Waktu yang tersedia pun tak cukup untuk menyamaratakan idealitas jumlah usia dengan nilai ilmu yang ada dan dengan kemanfaatan ilmu yang telah didapatkan. Sebab ilmu itu tidak akan pernah memberi manfaat selagi masih berdiam dalam teori dan pikiran. Maka aku harus merubah semua kondisi saat ini.

Besok aku tidak akan seperti kemarin lagi. Akan sangat berbeda dengan kemarin. Karena semua kondisi hati dan pikiran sudah lebih tertata dan steril, sudah lebih tertuju, dan sudah sangat lebih mantap dengan perencanaan yang baru, setidaknya tidak ada lagi resah gelisah perihal huru-hara perasaan.  Sebab  hidup ini adalah perjalanan dari Allah  menuju Allah. Kita tidak butuh orang akan menilai kita seperti apa. Yang kita harapkan adalah Allah selalu ridho dengan apa yang kita lakukan. Percayalah dan yakinlah, hari esok akan  menjadi lebih baik. InsyaAllah.

Sekarang aku memutuskan tidak lagi bermain di pelataran medsos yang bising itu. Aku akan bertahan disini. Di blog kesayanganku ini. Aku merasa sangat leluasa disini tanpa ada seorangpun yang harus tahu aku disini. Lalu akupun bisa menulis apa saja  sesuai selera tanpa perlu dikomen atau dipuja puji. Setidaknya aku bisa mengasah diri dalam dunia kepenulisan dengan hati yang bersih dari niat selain Dia. Semua akan berubah sekarang. 

Sempat ada yang protes kalau aku tidak lagi menggunakan beberapa medsos seperti WA atau BBM karena  bisa ketinggalan informasi  di dunia yang sudah serba canggih ini. Mulanya aku juga berfikir begitu. Namun untuk  pencapaian impian-impian itu harus ada satu hal yang kita korbankan, ada hal yang mesti kita relakan untuk memperjuangkan impian itu. Karena kedepan aku akan menghanyutkan diri di lautan keilmuan yang aku pilih, FISIKA. Sudah saatnya aku serius untuk menggarap kebaikan-kebaikan dari keilmuanku ini. Sebab saat S1 aku lebih banyak main di dunia luar ketimbang di dunia fisika itu sendiri. *Wkwkwk*. Tapi ada hikmahnya.  Untuk silaturahim cukup aku jaga dengan media HP.  Bukan itu saja, ada pencapaian lain yang ingin aku upayakan selama dua tahun kedepan dan untuk semua itu aku tidak ingin diusik oleh kebisingan medsos dan lainnya. Semua akan berubah. Lihatlah teman besok aku sudah berubah. *hahaha, gak segitunya juga sih*

Semua akan berubah. Aku lebih nyaman dan tentram memfokuskan diri untuk lebih baik dalam mengabdi pada-Nya, untuk lebih banyak memberi manfaat sesama terkhusus orang tua, mengaktualisasikan diri pada semua lini keilmuan yang patut untuk diselami, menulis misalnya (suatu saat aku ingin berada di posisi Salim A Fillah, Tere Liye dan Asma Nadia, Aamiin) , syukur-syukur bisa ke luar Negri tahun depan sebagai delegasi student exchange. Allahumma amin ya Mujib. ^_^. Tidak lain dan tidak bukan untuk lebih siap dalam memikul amanah sebagai bunda peradaban esok juga agar lebih memiliki ilmu sebagai istri yang taat pada suami. Saat Allah sudah sangat percaya untuk aku mengembannya.*Eaaa*

Sebutlah 'semua akan berubah' itu adalah derap-derap aku dalam memperbaiki diri lebih baik dari semua yang ada di hari kemarin. ^_^




Keinginan dan Kenyataan

Hari ini aku terkagum melihat tulisan-tulisanku dalam satu tahun terakhir. Sebegininya aku saat mulai menata kehidupan kedepan yang dalam romansa ketidapastian. Sambil tersenyum-senyum haru membaca kembali atas apa-apa yang telah hati ini lampaui. Sulitnya bagi seorang wanita  itu adalah saat diminta untuk dapat menyeimbangkan hati dan pikirannya.  Karena wanita yang fitrah manusiawinya adalah pemilik perasaan yang halus lagi kuat kadarnya. Tentu apa-apanya selalu di dominasi oleh perasaan ketimbang pikirannya. Aku pernah bertanya kepada seseorang teman laki-laki ku, seseorang yang kupercaya dia adalah laki-laki yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan laki-laki umumnya. "Apakah untuk move on itu kita harus memaksa diri untuk menerima seseorang yang baru. Lalu dengan begitu semua yang pernah ada dapat terhapus otomatis dengan cerita baru bersama orang yang baru pula. Apakah bisa dalam waktu yang singkat untuk melupakan" Lebih kurang begini esensi pertanyaan yang aku ajukan. Sayangnya, orang yang saya tanyakan belum bisa menjawabnya. Aku hanya ingin tahu move on versi laki-laki apakah bisa ada kesamaan dengan wanita. Kalau aku tanya sama abang maka jawabannya. "Jumlah wanita itu kan lebih banyak dari laki-laki, ngapain berlama-lama mikirin patah hati. Cari lagi !"*Sungguh terlalu ih*

Benar...Ini tentang keinginan dan kenyataan yang jarang melangkah bersisiran. Kadang saat mendapatkan yang tak senada dengan harapan adalah sedih sedih senang yang campur aduk. Hal yang serupa juga aku dapatkan dari diskusi dengan teman-teman seusia sekarang. Dulu aku sangat mengenal teman-teman ku dalam satu perjuangan di kampus adalah wanita yang qowi dan sangat menjaga diri, saat dihadapkan pada kenyataan yang berbeda dengan keinginannya maka pelan-pelan terlepaslah ia dari semua yang dulu pernah ada padanya. Sayang memang, tapi begitulah saat mereka harus dihadapkan dengan kebutuhan hidup. Terlebih saat mendapatkan pada kenyataannya yang menjadi pendamping hidupnya bukanlah orang yang sempat menjadi keinginannya (satu ide/fikrah).  Memang ada keinginan dan sering tidak menjadi kenyataan. Dunia kampus yang dilingkupi dengan idealisme kental membuat beberapa banyak mahasiswa terheran-heran ketika menyaksikan relitas di kehidupan sosial yang sebenarnya. Termasuk aku sendiri dan beberapa temanku itu. Ketika aku dituntut untuk lebih luwes dengan suhu heterogen. Benar-benar menjadi ujian tersendiri bagi aku yang sudah terbiasa dengan idealisme kuliah dulu. 

Lalu, aku yang masih meraba-raba ini pun akhirnya menemukan penguatan-penguatan yang luar biasa dari teman-teman yang masih berstatus sama denganku. Aku sangat takjub dengan semua cerita mereka. Tentang lika-liku perjalanan yang ditempuhnya dalam menghadapi keinginan dan kenyataan yang berbeda. Semua takdir yang Allah berikan untuk mereka, tidak menjadikan mereka lebih buruk tapi menjadikan mereka terlahir kembali denga pribadi yang sangat lebih baik. Bukan hanya baik dalam menjaga izzah dan iffahnya. Tapi mereka juga sangat lebih baik dalam memahami makna ketauhidan. Pemahaman ketauhidan mereka yang semakin membaik itu menarik mereka untuk lebih menjaga interaksi dengan Allah dan kedekatan dengan Allah sebaik dan seindah mungkin yang dapat mereka upayakan. Hafalan mereka menjadi lebih baik, amalan yauminya semakin meningkat, hatinya semakin bersih dan lembut, kemanfaatannya semakin kentara, ilmunya semakin banyak, prestasinya kian melejit, karirnya pun menemukan titik fluktuatif tertinggi dari sebelumnya. Benar-benar kekaguman yang membuat aku semakin terperanjat dengan semua pencapaian yang mereka dapatkan dari hasil kekecewaan masa lalu.   

Memang tergantung kita dalam menyikapi perihal keinginan dan kenyataan ini. Tidak semua keinginan kita itu buruk. Apalagi keinginan yang tujuannya adalah untuk Dia. Karena Allah lebih Maha Tahu dan karena keinginan kita adalah semata-mata untuk Dia maka Dia akan memilihkan kenyataan terbaik untuk kita dapat mencapai Dia. Memiliki keinginan yang baik itu tidak salah namun menjadi tidak baik saat kita tidak mau dalam menerima kenyataan. Jangan sampai kenyataan yang kita dapatkan menghalau segala keikhlasan kita sebagai seorang hamba. Memang disanalah kualitas diri kita dihadapan Allah. Saat kita bisa mengenyampingkan segala hasrat diri untuk mendapatkan keridhoan-Nya, walau harus dengan menghadapi dan menjalani kenyataan yang tak seiya sekata dengan keinginan.




Ayah dan Anak Perempuannya



Senja itu Ayah tidak seperti biasanya. Meminta anak perempuannya duduk bersamanya diteras rumah, tidak lagi di depan TV untuk obrolan seputar berita. Sepertinya ada sesuatu yang penting dan serius untuk dirumuskan dan didiskusikan. Karena setelah beberapa kali datang pemuda yang mengetuk pintu rumahnya. Sang ayah merasa ada yang perlu diluruskan dari semua maksud penolakan itu.

Anak perempuan ayah itu pun, membuatkan secangkir kopi hangat untuk mencairkan suasana. Sebab sebelumnya tak pernah ia dapatkan tatapan seserius itu dari Ayahnya. Maka setelah duduk disamping ayahnya. Sang Ayah pun mulai membuka pembicaraan. 

"Kemarin yang datang kerumah itu baik, Nak."

Anak perempuan ayah mencelongakkan kepala ke arah ayahnya.

"Tapi Ayah belum percaya melepaskanmu untuknya"

Anak perempuan itu hanya terdiam. Karena untuk hal ini, Ayah pasti lebih tahu siapa yang akan menjadi pengganti dirinya. Seperti sebelumnya. Jika pembicaraan sudah mulai topik yang begini. Anak perempuan itu tidak pernah banyak bicara. Sebab akhir dari semua itu,ia hanya bisa pura-pura tegar dihadapan ayahnya lalu setelah itu sok-sok senyum tak ada beban. Tapi setelah masuk ke bilik mulailah bantal kebanjiran dengan air matanya. 

"Bersabarlah Nak, tidak semua yang datang harus kamu terima. Menikah bukan soal menaruh rasa iba. Tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Yakni kemantapan hati dan keyakinan bahwa dia adalah sosok yang dapat membuat kamu menjadi wanita yang lebih baik."

"Sini lebih dekat dengan ayah"

Sang ayah pun mulai membelai kepala anak perempuan simata wayangnya itu. 
 "Tak selamanya Ayah bisa bersamamu, Nak. Percayalah apapun yang sudah ayah putuskan sudah ayah pertimbangkan dengan baik untuk kebaikan anak ayah."

Jika nanti ayah sudah tidak ada ingatlah pesan ini:

"Nak, jika nanti kamu sudah dibawa oleh bahtera ksatriamu. Jadilah wanita yang heroik namun tetap anggun. Pendiam namun tetap teguh. Jadikan seseorang yang kamu dampingi menjadi sebongkah emas di ujung pelangi. Terbangkan Ia kebumbungan nan tinggi angkasa sana. Jadilah benang yang kuat dan berkualitas untuknya. Untuk alasannya selalu pulang sekuat apapun goncangan dan godaan diluar. Buatlah dia selalu nyaman dan aman dalam dekapanmu. Jadilah yang memberi kesejukan dalam setiap resahnya mengarungi medan laga kehidupan. Jadilah yang selalu membuatnya senang kala memandangmu, bukan hanya memandang dirimu tapi juga memandang polah tingkah dan tutur bahasamu. Jangan terlalu tinggi nada saat berbicara padanya. Laki-laki tidak suka ditantang, karena ia memiliki karakter bawaan sebagai pemimpin. Karena Ksatriamu itu sedang berjuang untukmu bukan sekedar memperjuangkan kehidupan terbaikmu di dunia ini tapi juga untuk membangun istana terindah untukmu di syurga-Nya"

"Semua ini bukan khayalan, Nak! Tapi sebuah mimpi yang mesti kamu azzamkan dalam harapan positif pada-Nya. Tetaplah beprasangka baik pada Allah. Ksatriamu pasti akan datang. Jika tidak di dunia ini maka dia akan menjemputmu sebagai bidadari syurga di kampung kepastian kita nanti. Percayalah, Ayah selalu mendo'akan yang terbaik untuk anak ayah ini." 

Lantunan ayat-ayah suci sudah menyeringai di eter udara pertanda adzan maghrib akan  berkumandang. Anak perempuan dan ayah itu bergegas masuk ke rumah dan bersiap untuk pergi ke mesjid bersama.

Ketidakpastian

Sampai kapanpun kita takkan mampu menyibak rahasia masa depan. Semua masih dalam rupa ketidakpastian. Siapa yang pernah tahu apa yang akan terjadi pada bulan berikutnya di hidup kita? Bahkan kita tidak pernah tahu tentang kejadian yang akan terjadi di hidup kita pada detik selanjutnya. Apa yang akan ditetapkan-Nya dan apa yang akan diberikan oleh-Nya. 

Begitulah ketidakpastian. Hadirnya ketidakpastian membuat setiap diri berjuang untuk sesuatu yang masih entah pada hidupnya. Berjuang melawan semua ragu-ragu dan kekhawatiran. Siapapun yang masih dalam ketidakpastian akan diuji dengan kesabaran dan ketawakalan. Berada dalam ketidakpastian itu memang tidak nyaman. Sebab kita masih terus mencari dan menelusuri arah musim yang akan dihuni. Sebentuk cara Allah untuk menakar jiwa dan hati seseorang terhadap rencana-Nya. Sudah sejauh apa kita menaruh rasa percaya akan takdir-Nya, sudah sekuat apa kepasrahan kita akan jalan cerita dari-Nya, dan sudah sebesar apa Allah ada dihati kita dalam mengarungi ketidakpastian tersebut.

Dikehidupan nanti, bisa jadi kita akan menjalani yang bukan menjadi pilihan kita tapi pilihan-Nya. Sebaik apapun kita merencanakan masa depan dan serapi apapun kita menggagas impian kedepan tetap kita mesti meyakini ada Allah yang akan meng'iya'kan atau membuatnya menjadi 'tidak'. Kadang memang semua itu tidak pernah berjalan linier setepat yang kita inginkan namun seirama dengan yang kita butuhkan.  Dalam ketidakpastian ini, rasa membutuhkan kita semakin kuat pada-Nya. Agar apapun yang menjadi pilihan-Nya kelak tidak akan membuat keimanan bergoncang, apalagi runtuh. 

Ittaqillah !




Hai Masa Depan

Hai masa depan, aku menyapa mu dengan rekah senyum yang tertulus dari hatiku.
Untuk ridho-Nya aku akan mengupayakanmu dalam tindakan yang benar dan hati-hati.
Terjaga dan teliti. 

Untuk hati yang telah seringan awan...
Pada mu diri yang telah di uji berkali-kali...
Lantunkan tahmid bertalu-talu, dan jagalah ketaatan selalu.
Jagalah Allah maka Allah akan setia menjagamu.

Ayo menulis cerita baru yang lebih seru dan mengharu biru.  Simpan semua cerita yang pernah ditulis pada kotak kenangan. Simpan rapi-rapi jangan dibuka kecuali hanya untuk mengambil hikmah.

Singsingkan lengan baju *ups jangan!, aurat soleha ^_^*
Pancangkan asa ! untuk menjalankan tiga pilar yang tidak ada tawar menawar lagi untuknya.
Ukirlah hari esok, tersenyum jumawa
Bersama Allah yang Maha Besar, kekuatan yang besar, tekad yang besar, dan impian  besar yang diwariskan.
Allahu akbar !

Selasa, 26 Juli 2016

Bergembira lah Hai Orang yang bersabar



 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. "
(Q.S. al-Baqarah[2]: 155)
Coba dengar !
Setelah semua cobaan ini, ada kabar gembira untukmu? apakah dengan janji dari Tuhan yang Maha menepati janji ini tidak membuat kita lebih lega. MasyaAllah. Selepas semua sakit dan luka yang perih itu ada kejutan indah yang Allah berikan, sangat indaaaah !. Kita harus yakin dengan semua ini. Jika kita mendahulukan Allah dalam semua urusan, maka Allah akan mendahulukan semua urusan kita. Kuncinya, ishbiru washobiru fashobrun jamil. Bukan hanya sabar dan menguatkan kesabaran tapi menambahnya dengan kesabaran yang indah. Mintalah, "Rabbana ashrif 'alaina shobro waj'alna minashshobirin"
Tidak bisa dipungkiri, bagi seorang pejuang dan pemenang. Hidup itu adalah fase-fase perjuangan. Melangkah menuju satu perjuangan menuju perjuangan berikutnya. Karena syurga Allah hanya dijanjikan bagi orang-orang yang bersabar dalam setiap fase perjuangan yang digelarnya.Tidak boleh menyerah apalagi putus asa  dari rahmat-Nya. Tetaplah tegar! Tersenyumlah meski dalam perjuangan itu ada rasa pahit dan jalan yang penuh aral melintang. Allah selalu bersama orang-orang yang sabar dan menguatkan kesabarannya. Percayalah, sedemikian rupa perjuangan kita tidak ada yang sia-sia dalam penilaian Allah. Mari kita luapkan energi terhebat yang kita miliki dan terangi bumi dengan peluh semangat yang menderu. Semoga keridhoan Allah selalu bersama kita.  Cukuplah Allah Sebaik-baik Pelindung dan Penolong Kita

Ya Allah, bantulah hamba untuk ridha terhadap semua ketetapan-Mu dulu, kini, dan nanti.
Mohon berkahilah dalam setiap takdir terbaik-Mu yang Engkau pilihkan.
Mohon jagalah hati ini agar tetap dan terus menjadikan Engkau prioritas dan gardu terdepan tujuan jangan buat hati ini berpaling dari-Mu ya Allah...
Mohon...dengan sangat ! [T.T]
Kami memohon kepada Engkau Ya Rabbuna, Rabbal 'Alamin,  jalan kemudahan untuk menuju dan melihat wajah Mu.


Allahumma amin ya Mujib

Hari-hari yang telah dilewati (Ramadhan) kemarin adalah tentang belajar melepaskan. Melepaskan ego, melepaskan ambisi, melepaskan harapan, melepaskan pilu, melepaskan semua yang pernah menjadi tanda tanya. Untuk dapat merasakan manisnya kesabaran dan untuk mendapatkan kabar gembira yang dijanjikan. Coba rasakan, betapa lapangnya hati sendiri, bukan? 

Kelak kita akan bahagia dan sejahtera dalam cinta-Nya. Tiada lagi resah dan duka lara. SYURGA 

Menjadi Lebih Baik

Sebelumnya kita pernah melakukan banyak kesalahan dalam hidup ini. Mungkin tak terhitung langkah, tindakan, sikap, dan tujuan yang sempat kita helakan itu tidak sejalan dengan kebaikan untuk kehidupan akhirat. Sebab manusia itu dhoif dan lemah. Tanpa rahmat dan ampunan dari Allah kita bukanlah apa-apa dan tidak akan pernah mendapatkan kebaikan bahkan keselamatan. Maka kita akan selalu meminta untuk dapat menjadi lebih baik. Bukan lebih baik dari orang lain, tapi lebih baik dari diri kita yang kemarin.

Barangkali kita pernah merasa tidak siap dengan ujian yang Allah berikan. Sisi manusiawi seorang manusia itu selalu ada,  ada-ada saja satu dua kejadian-kejadian dalam kehidupan ini yang menurut kita menjengkelkan. Manusiawi memang karena kita masih ditempa-Nya untuk menjadi yang lebih baik. Masih dalam proses atas harapan kita sebelumnya. Sebenarnya, Allah mengetahui bahwa kita pasti bisa melaluinya. Pasti bisa! Karena begitulah  hakikat dari setiap ujian yang Allah berikan, sedetailnya telah disepadankan dengan kekuatan dari hamba-Nya tersebut. Tidak untuk membuat kita hina namun untuk memuliakan. Tidak untuk menyakiti namun untuk membuat kita lebih kuat. Tidak untuk membuat sedih namun untuk kita kembali pada-Nya. Tidak untuk membuat kita khawatir namun untuk kita dapat lebih yakin pada-Nya. Semua itu agar kita dapat menjadi lebih baik. Disanalah peran keimanan menjadi perangkat lunak qalbu untuk memberikan intruksi-intruksi positif pada pikiran. 

Semakin kesini, semakin jauh lintasan kita mengelilingi matahari. Kita yang meminta pada Allah untuk menjadi lebih baik, secara sembunyi-sembunyi Allah kabulkan permintaan itu. Maha Baik Allah atas do'a-do'a yang diijabah dengan teknik termodern dalam perencanaann-Nya. Dengan pengabulan do'a-do'a itu kita terlahirkan lagi dengan pribadi yang lebih dewasa jiwanya, lebih dalam dan lembut  hatinya, lebih kokoh jiwanya, lebih luas sudut pandangnya dalam menilai, lebih tertempa, dan lebih hati-hati. 

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." 
(Q.S.Fathir [35]: 37)

Semoga kita belum terlambat untuk menjadi yang lebih baik. Khususnya, lebih baik dalam mengerjakan amal shaleh. Karena usia ini tidak tahu kapan akan disudahi. Berharap pada penghabisan usia, kita sudah menjadi yang lebih baik atau bahkan sangat baik. Baik dalam pandangan Allah. Setiap dari kita berpotensi untuk menjadi yang lebih baik.

Ittaqillah !

Dear God

Dear God, I made so many mistakes in my life but thank you for loving me in every way and letting me see another beautiful day.
 
I have to trust, everything's gonna be okey. Next..it could change from bad to better situation. For the sake of Allah.

Allah, You are the Perfect Peace and peace comes from You. Blessed are You, O... Owner of majesty and honour.

I have to trust, if I want the rainbow. I have to deal with rain. I always feel good when I am alone. Solitude is not frightening–it’s strengthening. Because Allah always with me.

Ia have to trust. Dua is not forcing Allah. But focusing on Allah. It’s asking but not demanding
And then trusting ALLAH for the answer.  

Someday you will look back and know exactly why it had to happen.
Be strong !
Life is a journey from Allāh to Allāh


Senin, 25 Juli 2016

Menuju Syurga yang Dirindukan

Bismillah...
For the sake of Allah !

Kelak bila Allah telah mengizinkan atau diberi izin di dunia ini untuk dipertemukan dengan mu. Kita meminta dengan permintaan utuh yakni untuk saling menguatkan rindu. Rindu untuk menemui-Nya dengan menuju syurga-Nya bersama. Maka kita akan memperjuangkan keistiqamahan bersama surat cinta dari Nya. Saling mengingatkan untuk terus membaca, mentadabburi bersama atau sendiri-sendiri. Kita akan banyak menghabiskan waktu obrolan kita tentang al-Qur'an, kan ? Agar keimanan tetap erat dihati dengan itu Allah karuniakan cinta dari langit di hati kita, agar rahmat Allah terus menghujani. Tetap memaksa diri untuk menghafalkannya, terlebih saling memotivasi untuk mengamalkannya. Kita akan saling mengingatkan kesalahan dengan untaian Kalamullah, aduhai sejuknya. Bukan hanya sebatas itu, kita juga harus mendakwahkannya dan melestarikan kepada mujahid dan mujahidah kita. 

Semoga Allah mudahkan, ridhoi, berkahi semua harapan yang muaranya adalah Dia. Biarkan cinta berhenti di titik ketaatan.

Allahumma amin ya mujib

Ridho-Nya, Agama-Nya, Kebahagiaan Kita

Bismillah...

       Bersama siang dan malam yang bertasbih memuji asma Allah, diiringi senandung penghambaan embun pagi dan hembusan angin yang membuat rerantingan menari, ditemani ketundukan dan kerelaan bumi mengelilingi matahari. Saat kelopak mata terbuka dengan hati seringan awan tanpa ada lagi yang menghimpit. Kulantunkan tahmid mendebu-debu pada Yang Maha Baik. Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Pemilik Arasy nan Karim. Untuk-Nya hidup ini dipersembahkan dan kepada-Nya lah setiap diri patut berserah. Dengan itu,  aku tuliskan kembali jahitan-jahitan kalimat yang diharap kelak akan merajut bulir-bulir kebaikan untuk amal jariyah. 

For the sake of Allah...anything, everything at all...!

Demi mencapai keridhoan-Nya. Duhai diri-diri yang memesona, semoga Allah mudahkan kita untuk bersegera pada kebaikan dan memotivasi sesama untuk menuju pada kebaikan. Ketika impian-impian itu kita eksekusi diatas jalan keridhoan Allah. Maka Allah akan menjadi jaminan untuk manusia meridhoi derap-derap langkah perjuangan kita menggapainya. Sebab semua impian-impian itu untuk hidup yang menghidupkan bukan sekedar hidup untuk kehidupan. Seindah untaian kalimat cinta dari-Nya;

".....Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(Q.S.al-Baqarah[2]: 148)
        Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah seperti potongan alam yang gelap gulita. Dipagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan disore hari telah menjadi kafir, dan disore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari telah menjadi kafir. Orang tersebut menjual agamanya dengan sedikit kenimatan dunia." (H.R.Muslim, Riyadhus Sholihin Bab 10 Hal. 13)

Dunia ini, kehidupan ini penuh dengan rupawannya tipu daya. Kita yang Allah yakinkan untuk pemangku gelar KHALIFAH terlampau sering terlena dengan hingar bingarnya keinginan diri dan kepentingan duniawi. Na'udzubillah....Sehingga lalai dalam menyegerakan diri untuk menggelar sesederhananya kebaikan. Seperti kebaikan yang Allah tawarkan ketika kita diberi ujian. Saat Allah uji seorang insan dengan kehadiran insan yang lain. Jika semua telah kita landaskan karena iman. Maka, alasan kita membenci adalah karena-Nya dengan itu kita tidak akan menyakiti. Apalagi ketika kita mencintai. Akan menjadi ikatan terkuat untuk mengindahkan segala kebaikan. 

         Kita akan berjuang mencapai ridho-Nya dengan menegakkan agama-Nya. Setidaknya menegak agama-Nya dihati kita, tindakan kita yang memberi teladan, apatah lagi dapat ditularkan pada keluarga dan sesama. Semoga Allah mampukan dan kuatkan tekad serta pijakan langkah untuk merealisasikan. Kita berharap dapat selalu bersama orang-orang yang memperjuangkan langkahnya untuk mencapai keridhoan Allah. Kita takut bukan, saat kembali membaca Sabda Rasulullah SAW ini;
"Bersegeralah kalian beramal (sebelum datang) tujuh perkara. Bukankah kalian tidak menantikan kecuali kefakiran yang melalaikan, atau kekayaan yang menyebabkanmu melampaui batas, atau sakit yang merusak, atau usia tua yang melemahkan, atau kematian yang sangat cepat atau dajjal, maka ia adalah seburuk-buruknya mahkluk ghaib yang ditunggu, atau hari kiamat, maka hari kiamat itu adalah lebih besar bencananya serta paling pahit." (HR. At-Tirmidzi, Hadist Hasan dalam Riyadush Sholihin Bab.10 Hal 133)

 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." 
(Q.S al-'Ankabuut [29]: 69)

 Manisnya keimanan itu. Selagi kita selalu berbuat baik maka Allah akan bersama kita. Bukan hanya perbuatan fisik namun juga perbuatan hati, dan perbuatan hatilah yang lebih esensi ganjaran dari-Nya. Bila kita bersungguh-sungguh untuk mengejar ridho-Nya dengan segala jalan kebaikan yang Allah pilih untuk kita maka Allah berikan jalan-jalan kemudahan. Mudah di dunia dan mudah di akhirat. Adakah yang lebih membahagiakan dari segala kemudahan yang Allah berikan? MasyaAllah..Bantu hamba yang lemah ini untuk engkau mudahkan menemui Mu di yaumul akhir ya Rabb. Sebab itulah puncak kebahagian termegah dan paling dirindukan. Allahumma amin ya Mujib

Orang-orang yang mengejar keridhoan Allah hidupnya terjaga dan terjamin mudah dan mendapat tempat kesudahan yang indah. Semoga Allah mudahkan, kuatkan, dan mampukan untuk menjadikan ridho-Nya prioritas dan titik akhir semua langkah yang ingin dituju. Inni asalu-Ka ridhoKa wal jannah ya Rabbal 'Alamin.



Jadilah yang Memesona

Bisa jadi lipatan himpitan dan kesulitan pada kita untuk menekan kesombongan dan menarik hebat diri untuk terjaga dalam dzikir dan lafadz istighfar. Manusia itu memang dhoif. Akuilah ini dihadapan-Nya. 

Mari tenangkan hati kala kegalauan hendak menepi. Kita masih akan berupaya berlapang dada, kan ? Jika kesulitan itu suatu saat menerpa. Kesulitan itu berjeda. Sabarlah ! Ishbiru wa shobiru, fashobrun jamil ! 

Ada pertolongan Allah Yang Maha Baik atas apa-apa yang kita butuhkan. Memintalah dengan kerendahan hati dan berdo'alah dengan penuh harap. Jangan putus asa meminta dan berdo'a. Jika Allah belum kabulkan, maka Allah tangguhkan pada waktu yang istimewa. Jika tidak dikabulkan maka Allah ganti dengan yang lebih baik. Mu'min itu penuh pesona, karena ia selalu menatap apapun pemberian Allah dengan sudut pandang posotif. 

Jadilah yang memesona

Yah...

Yah...
Kalau ayah malam ini ada bersama anak ayah, jelas kita akan bercerita panjang, kan ? Paaaanjaaaaang beud ih. Mungkin ayah sambil menyedu secangkir kopi dengan sesekali curi-curi pandang liat berita di tipi. Kan memang kita suka begadang bersama, iya kan yah? Ayah sibuk dengan tugas lemburan dari kantor, aku sibuk ngoceh cerita ngalur ngidul buat jadi penyangga mata ayah. *hahaha*. Tapi malam ini anak ayah gak bisa tidur, lihat di kursi itu ayah juga gak ada. Cerita sama bulan lagi ditutupin awan. Bintang apalagi, sudah tidur diselimuti kelam. Ayah...baik-baiklah disana bersama rahmat Allah yang selalu anak ayah pinta pada-Nya.

Yah..
Bentar lagi anak ayah akan merantau jauh. Jaauuh sekali yah. Lebih jauh dari saat berpisah waktu SMA atau waktu kuliah tahap pertama. Ayah jelas bakal cerita-cerita lagi yak sama temen-temen kantor. Ah, ayah memang suka buat anak ayah merasa jadi putri raja. Kemana-mana dipuja puji gitu. kan malu yah. *hehe*. Ayah akan antarin anak ayah, kan ? mulai sibuk buking pesawat, mulai repot-repot ngurus surat menyurat. Anak ayah sering repotin ayah yak dari kecil sampai segede kemarin saat kita masih sama-sama bisa bertukar senyum dan haru. Gak papa lah ayah gak bisa lagi temanin anak ayah kemana-mana. Sekarang anak ayah dah bisa bawa motor lebih keren dari kemarin nah yah. Sudah lebih mandiri dan berani pergi ke kantor-kantor untuk menyelesaikan surat menyurat. Sudah banyak lebih sekarang yah, lebih kurus juga.*hehe*. Yaaah....anak ayah akan melanjutkan perjalanan mimpi yang pernah diutarakan ke ayah dulu. Senangnyaaaaa. Alhamdulillah. Ayah kan bilang. "Selamat ya dek!", sambil senyam senyum dan aku ambil tangan ayah buat disalamin. Memang ayah itu adalah seseorang yang paling gengsi buat katakan sayang dan cinta apalagi peluk-peluk mesra anaknya. Tapi semua itu ditunjukkan oleh tindakan perjuangan dan pengorbanan yang nyata.   

Yah....
Pengen cerita sama ayah, tentang kejadian beberapa pekan kemarin. Ayah belum pernah kan dapat cerita yang seperti ini dari anak ayah.*hks hks*. Ayaaaah....! Dulu kita tidak pernah cerita masalah yang seperti ini yah. Kan kita ceritanya masalah topik-topik berita di tipi, atau tentang penemuan-penemuan terbaru, kadang tentang masa depan, kadang tentang rencana-rencana masa depan, kadang tentang materi agama, dan kita gak pernah cerita tentang apa-apa yang anak ayah lampaui sejak ayah berpindah dimensi. Ayah yang tenang ya disana, gak papa yah. Ada Allah selalu bersama anak ayah. Anak ayah sudah cerita sepuas-puasnya sama Allah, dengan seseguk isak yang pilu-pilu asyik rasanya. Allah Maha Melihat, Mengawasi, Mendengar lagi Maha Baik.

Dah mulai ngantuk...
Bismika Allahumma ahya wa amutu...

Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu...Allahu aamiin
Salam rindu sepenuh jagad dari anak ayah yang mau tidur


ZZzzzzzz....