Kenangan itu semacam hantu di sudut pikir. Selama kamu diam dan
membiarkannya, selamanya dia tetap jadi hantu, menakuti tiap gerak langkahmu
kedepan. Belajar melupakan itu sama seperti belajar mencinta, butuh waktu dan diperlukan
kesabaran. Sejatinya Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna, memiliki akal
pikiran. Bersyukur saja atas kenangan, entah manis atau buruk. Setidaknya kamu
diberikan pengalaman agar bertambah dewasa. Ubah tangismu karena ‘dia’ dengan
tangis karena takut pada Dia, hingga kering airmatamu semoga mampu keringkan
pula murka-Nya.
Sejatinya Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna, memiliki akal
pikiran. Bersyukur saja, ini akan memberikanmu kenangan, entah manis atau
buruk. Setidaknya kamu diberikan pengalaman agar bertambah dewasa. Bersabarlah
karena akan tergantikan dengan lebih baik, walau rasa sabar tidak bisa
menjanjikan bahwa kita akan bersama dengan orang yang tengah ditunggu dengan
sabar.Tapi rasa sabar, bisa menjanjikan ketentraman di hati, apapun yang
terjadi. Dan sungguh, itulah hakikat sabar.
Buat apa kita
berlama-lama mentafakuri perasaan. Apalagi terhadap seseorang di masa lalu yang
hanya membuat hati abu-abu. Dekati Allah dan Rasul, dengannya kita kuat.
Alihkan sebut nama manusia kepada sebut nama Allah, sampai tiada tersebut
kecuali nama-Nya. Semoga bukan melupakan yang menjadi prioritas, namun yang
penting diniatkan hanya untuk Pencipta, bukan pelarian semata. Maka Allah akan
menggantikan dengan yang lebih baik. Katakanlah “Atas nama cinta pula telah
kuputuskan berhenti menuliskan kenangan tersisa, titik tanpa koma.”
Kamu tahu? Hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia,
semakin tulus kamu melepaskannya. Harusnya kita sedewasa angin, tanpa
pengabaian dalam memberi kesejukan.
Lekas selepas
beban berkurang, kembalilah kuat, kembalilah berdoa, dan kembalilah berikhtiar
menggelar upaya. Biarkan saja tawa-tawa yang menertawakan garis kenangan itu
berlalu. Biarkan mereka tertawa atas sebuah kenangan, dan kita harus tetap
melanjutkan hidup yang baru dengan gagah dan siap menjemput takdir nan terindah.
Sebab merapikan kenangan tak mesti melulu dengan air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar