Hari ini aku terkagum melihat tulisan-tulisanku dalam satu tahun terakhir. Sebegininya aku saat mulai menata kehidupan kedepan yang dalam romansa ketidapastian. Sambil tersenyum-senyum haru membaca kembali atas apa-apa yang telah hati ini lampaui. Sulitnya bagi seorang wanita itu adalah saat diminta untuk dapat menyeimbangkan hati dan pikirannya. Karena wanita yang fitrah manusiawinya adalah pemilik perasaan yang halus lagi kuat kadarnya. Tentu apa-apanya selalu di dominasi oleh perasaan ketimbang pikirannya. Aku pernah bertanya kepada seseorang teman laki-laki ku, seseorang yang kupercaya dia adalah laki-laki yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan laki-laki umumnya. "Apakah untuk move on itu kita harus memaksa diri untuk menerima seseorang yang baru. Lalu dengan begitu semua yang pernah ada dapat terhapus otomatis dengan cerita baru bersama orang yang baru pula. Apakah bisa dalam waktu yang singkat untuk melupakan" Lebih kurang begini esensi pertanyaan yang aku ajukan. Sayangnya, orang yang saya tanyakan belum bisa menjawabnya. Aku hanya ingin tahu move on versi laki-laki apakah bisa ada kesamaan dengan wanita. Kalau aku tanya sama abang maka jawabannya. "Jumlah wanita itu kan lebih banyak dari laki-laki, ngapain berlama-lama mikirin patah hati. Cari lagi !"*Sungguh terlalu ih*
Benar...Ini tentang keinginan dan kenyataan yang jarang melangkah bersisiran. Kadang saat mendapatkan yang tak senada dengan harapan adalah sedih sedih senang yang campur aduk. Hal yang serupa juga aku dapatkan dari diskusi dengan teman-teman seusia sekarang. Dulu aku sangat mengenal teman-teman ku dalam satu perjuangan di kampus adalah wanita yang qowi dan sangat menjaga diri, saat dihadapkan pada kenyataan yang berbeda dengan keinginannya maka pelan-pelan terlepaslah ia dari semua yang dulu pernah ada padanya. Sayang memang, tapi begitulah saat mereka harus dihadapkan dengan kebutuhan hidup. Terlebih saat mendapatkan pada kenyataannya yang menjadi pendamping hidupnya bukanlah orang yang sempat menjadi keinginannya (satu ide/fikrah). Memang ada keinginan dan sering tidak menjadi kenyataan. Dunia kampus yang dilingkupi dengan idealisme kental membuat beberapa banyak mahasiswa terheran-heran ketika menyaksikan relitas di kehidupan sosial yang sebenarnya. Termasuk aku sendiri dan beberapa temanku itu. Ketika aku dituntut untuk lebih luwes dengan suhu heterogen. Benar-benar menjadi ujian tersendiri bagi aku yang sudah terbiasa dengan idealisme kuliah dulu.
Lalu, aku yang masih meraba-raba ini pun akhirnya menemukan penguatan-penguatan yang luar biasa dari teman-teman yang masih berstatus sama denganku. Aku sangat takjub dengan semua cerita mereka. Tentang lika-liku perjalanan yang ditempuhnya dalam menghadapi keinginan dan kenyataan yang berbeda. Semua takdir yang Allah berikan untuk mereka, tidak menjadikan mereka lebih buruk tapi menjadikan mereka terlahir kembali denga pribadi yang sangat lebih baik. Bukan hanya baik dalam menjaga izzah dan iffahnya. Tapi mereka juga sangat lebih baik dalam memahami makna ketauhidan. Pemahaman ketauhidan mereka yang semakin membaik itu menarik mereka untuk lebih menjaga interaksi dengan Allah dan kedekatan dengan Allah sebaik dan seindah mungkin yang dapat mereka upayakan. Hafalan mereka menjadi lebih baik, amalan yauminya semakin meningkat, hatinya semakin bersih dan lembut, kemanfaatannya semakin kentara, ilmunya semakin banyak, prestasinya kian melejit, karirnya pun menemukan titik fluktuatif tertinggi dari sebelumnya. Benar-benar kekaguman yang membuat aku semakin terperanjat dengan semua pencapaian yang mereka dapatkan dari hasil kekecewaan masa lalu.
Memang tergantung kita dalam menyikapi perihal keinginan dan kenyataan ini. Tidak semua keinginan kita itu buruk. Apalagi keinginan yang tujuannya adalah untuk Dia. Karena Allah lebih Maha Tahu dan karena keinginan kita adalah semata-mata untuk Dia maka Dia akan memilihkan kenyataan terbaik untuk kita dapat mencapai Dia. Memiliki keinginan yang baik itu tidak salah namun menjadi tidak baik saat kita tidak mau dalam menerima kenyataan. Jangan sampai kenyataan yang kita dapatkan menghalau segala keikhlasan kita sebagai seorang hamba. Memang disanalah kualitas diri kita dihadapan Allah. Saat kita bisa mengenyampingkan segala hasrat diri untuk mendapatkan keridhoan-Nya, walau harus dengan menghadapi dan menjalani kenyataan yang tak seiya sekata dengan keinginan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapushttp://wikipelangi88.blogspot.com/2017/05/sebelum-meledakkan-diri-di-dia.html
BalasHapushttp://agenpelangi4d.blogspot.com/2017/05/uber-di-kota-tanggerang-ketauwan.html
http://beritaterkinipelangi4d.blogspot.com/2017/05/kasus-ahmad-dhani-kini-telah.html
http://seputarpelangi4d.blogspot.com/2017/05/kepergok-istri-sedang-selingkuh-inilah.html
http://agenbettingpelang4d.blogspot.com/2017/05/neymar-sudah-berkembang-hanya-saja.html
http://hatersdreaming.blogspot.com/2017/05/kronologi-ledakan-bom-bunuh-diri-di.html
BalasHapushttps://sulastriyaningsi.blogspot.com/2016/07/keinginan-dan-kenyataan.html?showComment=1495581499639#c532662899343736352
BalasHapushttp://lommonica.blogspot.com/2017/06/polisi-amankan-wanita-mengaku-bawa-bom.html
BalasHapushttp://lommonica.blogspot.com/2017/06/aksi-ekstrem-pria-loloskan-diri-dari.html
BalasHapus