Senin, 11 Juli 2016

Tentang "Masa Depan-2 Visi Menjadi 1 Cinta dan 1 Tujuan"

Ditengah hebohnya kicauan tentang perasaan-perasaan yang tertelan oleh keinginan untuk memadukan dua hati.
Semoga kita terselamatkan dari huru hara yang merusak keimanan.
Ada hal yang lebih penting dari sekedar mengimijinasikan tentang romantisme kehidupan berdua, yakni tentang PERTANGGUNGJAWABAN.
Keinginan untuk bersama bukan hanya sekedar menawarkan diri, namun tentang pertanggungjawaban yang akan dihadapi di yaumul akhir nanti.
Tentang peran kita masing-masing, tentang kemampuan kita mempertahankan keutuhan ditengah gejolak ombak kehidupan yang menerjang, tentang manfaat apa yang kita tebar saat telah Allah mudahkan kita untuk bergandengan tangan.
Saat kita telah menapaki fase yang lebih tinggi dari sebelumnya, maka akan ada ujian yang memiliki kadar lebih berat dari fase awal sebelum kita bersama. Maka diri mesti selalu dikawal oleh ketaatan, kedekatan dengan al-Qur'an, selalu jaga kedekatan dengan Allah.

Jangan bermain rasa dan tetaplah menjaga hati ! Ketika Allah uji kita dengan ketidakpastian, maka itulah momen untuk kita hanya menaruh sekuat-kuat keyakinan pada-Nya, momen untuk kita melangitkan do'a sehebat-hebatnya, momen untuk kita bertawakal dengan sabaik-baiknya tawakal.

Ada waktu untuk do'a-do'a di-amin-i oleh-Nya.
Maka jangan berhenti untuk meminta sebagaimana do'a dalam Surat al-Furqan ayat 74.
Ada hati yang rentan digoda oleh setan terlaknat.
Maka jangan bosan untuk terus meminta perlindungan pada-Nya, jangan berhenti memperbaiki hubungan dengan-Nya, jangan putus-putus memohon ampunan agar setan berputus asa untuk kembali menggoda.

Tak perlu memasang estimasi terhadap siapa pun juga.
Kita hanya perlu mempersiapkan  diri sebaik-baiknya, karena kelak kita akan menuntaskan 2 visi menjadi satu untuk  diselesaikan bersama dengan cinta.

Tak perlu berharap dengan harapan yang sama. Kita hanya perlu berharap pada-Nya. Bersandar pada-Nya dan berserah diri dengan sebaik-baiknya kepasrahan. Sebab hanya Allah yang paling mengerti dengan siapa kita tepat untuk memperjuangkan segenap asa yang pernah ada.

Tak perlu khawatir tentang jeda dan jarak yang tercipta.
Kita hanya perlu yakin jika kita berada dalam satu perjalanan, satu tujuan menuju-Nya, mencari ridho-Nya,  maka pemberhentian kita adalah titik temu yang ditetapkan-Nya.

Kini, bereskan segenap impian, siapkan visi, perluas kontribusi diri, terus perbaiki diri, berbekal untuk bertemu dengan-Nya, dan jangan lupa jaga kesehatan !

Baik-baik sama Ibu Bapak ya ....
Selagi ridho Ibu Bapak belum hadir maka ada kebaikan untuk memilih yang lebih direstui.
Kalau hati sudah berkata 'ya' diterima aja, bisa jadi itu yang terbaik. Saat jeda membuat keyakinan saat ini berbeda dengan realita di kemudian hari. Kita harus sangat pandai untuk mengkondisikan hati, karena ada jalan cerita yang perlu dihapus untuk menciptakan cerita baru bersama seseorang yang Allah takdirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar