Senja itu Ayah tidak seperti biasanya. Meminta anak perempuannya duduk bersamanya diteras rumah, tidak lagi di depan TV untuk obrolan seputar berita. Sepertinya ada sesuatu yang penting dan serius untuk dirumuskan dan didiskusikan. Karena setelah beberapa kali datang pemuda yang mengetuk pintu rumahnya. Sang ayah merasa ada yang perlu diluruskan dari semua maksud penolakan itu.
Anak perempuan ayah itu pun, membuatkan secangkir kopi hangat untuk mencairkan suasana. Sebab sebelumnya tak pernah ia dapatkan tatapan seserius itu dari Ayahnya. Maka setelah duduk disamping ayahnya. Sang Ayah pun mulai membuka pembicaraan.
"Kemarin yang datang kerumah itu baik, Nak."
Anak perempuan ayah mencelongakkan kepala ke arah ayahnya.
"Tapi Ayah belum percaya melepaskanmu untuknya"
Anak perempuan itu hanya terdiam. Karena untuk hal ini, Ayah pasti lebih tahu siapa yang akan menjadi pengganti dirinya. Seperti sebelumnya. Jika pembicaraan sudah mulai topik yang begini. Anak perempuan itu tidak pernah banyak bicara. Sebab akhir dari semua itu,ia hanya bisa pura-pura tegar dihadapan ayahnya lalu setelah itu sok-sok senyum tak ada beban. Tapi setelah masuk ke bilik mulailah bantal kebanjiran dengan air matanya.
"Bersabarlah Nak, tidak semua yang datang harus kamu terima. Menikah bukan soal menaruh rasa iba. Tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Yakni kemantapan hati dan keyakinan bahwa dia adalah sosok yang dapat membuat kamu menjadi wanita yang lebih baik."
"Sini lebih dekat dengan ayah"
Sang ayah pun mulai membelai kepala anak perempuan simata wayangnya itu.
"Tak selamanya Ayah bisa bersamamu, Nak. Percayalah apapun yang sudah ayah putuskan sudah ayah pertimbangkan dengan baik untuk kebaikan anak ayah."
Jika nanti ayah sudah tidak ada ingatlah pesan ini:
"Nak, jika nanti kamu sudah dibawa oleh bahtera
ksatriamu. Jadilah wanita yang heroik namun tetap anggun. Pendiam namun tetap
teguh. Jadikan seseorang yang kamu dampingi menjadi sebongkah emas di ujung
pelangi. Terbangkan Ia kebumbungan nan tinggi angkasa sana. Jadilah benang yang
kuat dan berkualitas untuknya. Untuk alasannya selalu pulang sekuat apapun goncangan dan godaan
diluar. Buatlah dia selalu nyaman dan aman dalam dekapanmu. Jadilah yang memberi kesejukan dalam
setiap resahnya mengarungi medan laga kehidupan. Jadilah yang selalu membuatnya senang kala memandangmu, bukan hanya memandang dirimu tapi juga memandang polah tingkah dan tutur bahasamu. Jangan terlalu tinggi nada saat berbicara padanya. Laki-laki tidak suka ditantang, karena ia memiliki karakter bawaan sebagai pemimpin. Karena Ksatriamu itu sedang
berjuang untukmu bukan sekedar memperjuangkan kehidupan terbaikmu di dunia ini
tapi juga untuk membangun istana terindah untukmu di syurga-Nya"
"Semua ini bukan khayalan, Nak! Tapi sebuah mimpi
yang mesti kamu azzamkan dalam harapan positif pada-Nya. Tetaplah beprasangka
baik pada Allah. Ksatriamu pasti akan datang. Jika tidak di dunia ini maka dia
akan menjemputmu sebagai bidadari syurga di kampung kepastian kita nanti. Percayalah, Ayah selalu mendo'akan yang terbaik untuk anak ayah ini."
Lantunan ayat-ayah suci sudah menyeringai di eter udara pertanda adzan maghrib akan berkumandang. Anak perempuan dan ayah itu bergegas masuk ke rumah dan bersiap untuk pergi ke mesjid bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar