Aku memilih memasang tembok-tembok tinggi, bak tembok cina diantara kita. Mengizinkan
jarak memainkan perannya. Jika kita ingin merobohkannya tentu bisa-bisa saja. Bukankah
kita menyimpan bom uranium di masing-masing diri kita ? Yang kapan pun ingin
kita ledakkan tembok itu dapat hancur terbuyar. Tapi janganlah ya.
Kita memilih berada disebrang tembok, terpisah dalam jarak yang
aman. Hal ini tercipta dari umur pemahaman kita yang kian mendewasa. Tidak lagi
suka bermain di lorong andai. Tidak lagi masanya untuk bermain-main perkara
sakral ini. Kita seolah bekerja dalam diam. Karena yang benar cinta, tiada akan
tega melihat kita semakin jatuh dan tenggelam pada kebimbangan, ketidakjelasan,
serta kekalutan yang tidak berkesudahan. Sungguh yang benar cinta, tiada
mungkin tinggal diam pada setiap keresahan yang menyandung komitmen yang tengah
sama-sama diperjuangkan. Kita bekerja dalam diam. Sebab suara tidak akan
memberikan upaya berarti, kan ?
Kini biarlah,
biar kita berada dalam peluk-Nya dulu, sampai tiba waktunya kehendak-Nya
berjalan, tembok itu menghilang lalu kita akan jalan beriringan. Kita hanya perlu menjadi seseorang yang benar untuk seseorang
yang tepat. Ketika kita sedang memperbaiki hubungan dengan Allah,
memperbaiki agama, memperbaiki shalat, saat itulah kita sedang merubah hidup kita
menjadi lebih baik. Marilah kita hiasi diri untuk selalu berada dalam pelukan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar