Senja….
Ada tingginya isyarat nan
termaktub, ada suasana mendung yang mengesankan hati, ada sentuhan yang membawa
jiwa berkeliling alam semesta. Suasana kepatuhan alam yang membuat banyak mata
terheran-heran dalam keheningan. Menimbulkan kekhawatiran sekaligus ketenangan.
Sebab hati merasa keberpisahan dengan waktu siang. Kesedihan yang membisu dan
keterharuan yang mendalam. Rasa khawatir akan malam gelap yang mencekam. Namun
pada akhirnya mendatangkan kekhusyukan yang tersembunyi dan rasa tenang pun
menyelubungi.
Bagimu penikmat senja. Atau bagi siapapun kiranya yang terpesona dengan keanggunan pesona senja. Tanyakanlah pada langit perkara warnanya. Mengapa warna jingga di pelataran langit senja tidak bernuansa kuning atau merah saja, mengapa harus jingga?. Itu takdir bukan ?. Benar, kini pandanglah dengan teliti langit yang sedang terpulas senyum karena mendengarkan tanya. Tentang kita yang tak sadar bahwa dalam jingga ada perpaduan dua warna yang serasi, kuning dan merah.
Secara tersirat ada kisah makna dalam jingga. Perihal pasangan kuning dan merah. Mereka yang tak pernah bersitegang
untuk mengkanfas langit senja. Satu sama lain berpadu mesra untuk mewarnai
senja bersama-sama. Tidak ada keegoisan, tidak ada rasa ingin saling
menonjolkan warna, hanya ada rasa saling percaya. Karena memang kala kuning dan
merah bersanding dalam motif jingga, menautkan kemegahan yang agung di
pelataran langit senja.
Untuk sampai pada senja kita butuh jeda, kita butuh keyakinan tuk saling
berkongsi rasa. Butuh proses yang tidak mudah hingga warna kuning dan merah itu
menyatu dalam jingga.
Dari warna jingga di pelataran langit senja, mari kita belajar
tentang menenggelamkan ego. Agar kita lebih mengerti bahwa dengan
meleburkan ego dapat menciptakan indahnya kebersamaan. Tak baik terlalu
mempertahankan ego jika ujung-ujungnya kita tak dapat menciptakan keharmonisan
hati. Kelak kita bukan lagi yang melulu memikirkan diri sendiri dan
menghabiskan waktu untuk tujuan masing-masing. Kita akan lebih banyak
mendiskusikan rencana masa depan bersama.
Lalu, jingga di pelataran langit senja mengajarkan
kita bahwa pesona yang kita kagumi dari kehidupan di atas bumi adalah
fana. Apa yang kita lihat tidak serta merta itu yang ada. Kita tidak pernah
melihat apa yang sesungguhnya ada. Karena yang kita pandang adalah ornamen jingga.
Padahal di dalamnya ada kuning dan merah. Layaknya, kita yang tidak
pernah tahu persis perjuangan seseorang untuk sampai ke kita, kita yang tidak
pernah melihat peluh dan getirnya yang terkuras. Sebab, kita hanya tahu bahwa kelak
orang itu telah bersama kita. Padahal untuk menempuh kebersamaan entah seberapa
hebat do'a-do'a yang telah dilangitkannya, entah se-ngeri apa aral yang telah
dilaluinya. Sebab usaha kita memang selalu semu di mata manusia namun akan
selalu nyata dalam catatan amal kebajikan di sisi Allah. Untuk itu, tetaplah
berupaya dalam diam yang terus bekerja. Mengupayakan dia yang telah lama
menanti sebentuk kehadiran bersama.
Kita merasakan bahwa mencintai dalam diam seperti menikmati
takjub pada alam bersama gemerisik angin di sebuah taman bunga yang
anggun dan indah. Dan meski tidak tersampaikan, tidak terucapkan, demi
menjaga kehormatan perasaan, kita selalu tahu itu sungguh tetap sebuah
ketakjuban cinta.
Ada waktunya, ketika kita menjingga di pelataran senja bergradasi
emas, itulah tanda do'a kita diijabah semesta. Selamat merayakan jerih upaya
bersama bahagia. Bahagia sebab merah dan kuning kini telah jadi jingga, kau dan
aku menghadirkan kita. Saat nanti kita melihat hiasan jingga yang
sama, di langit yang telah senja. Itulah cinta kita. Bak cinta manusia yang tak ubahnya
seperti langit jika senja. Apapun argumentasi manusia tentang cinta abadi,
kenyataannya itu tidak pernah ada. Cinta manusia hanyalah cinta yang sementara.
Sesementara warna jingga di langit yang mengindahkan langit senja.
Kita memahami bahwa setelah melalui jingga di senja hari, kita
akan melewati malam yang pekat. Malam yang menghimpun banyak hal misteri. Jalan
malam kehidupan bak menyedu pahitnya kopi, manis dikecap pahit. Kiasan bahwa
kebersamaan kita tidak akan pernah lepas dari ujian. Kita akan merangkak di
temaram cahaya dengan kekuatan hati dan kekokohan setia. Kita akan menembus
kabut, menjejali gemintang yang tersemat, dan berharap mampu terus beriringan
hingga renta. Semoga dalam
kesementaraan cinta yang kita miliki kelak, mampu menjingga bersama ketaatan
dan ketakwaan pada Allah menuju pelataran istana syurga-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar