Jumat, 15 April 2016

Mari Merenung



Kita tengah berjalan, atau sedang membuat jeda sejenak, atau masih menyusun arah tujuan melangkah. Mari sama-sama melontarkan pertanyaan-pertanyaan mudah pada diri sendiri. Mulai dari pertanyaan yang paling dasar semisal siapa kita, apa yang  kita  lalukan,  mengapa  kita  melakukannya  hingga  pada pertanyaan-pertanyaan  yang  lebih  kompleks.  Coba kita berpikir  minimal tentang diri sendiri. Ayo Berhenti sejenak lalu tengadahkan kepala ke atas mencari jawaban. Sudah ketemu ?. Adakalanya ini perlu. Jika hidup ini adalah sebuah sinetron yang kita ciptakan sendiri, maka kira-kira kita akan memposisikan diri sebagai apa dan siapa. Apakah seorang tokoh utama dengan segala  keunggulan dan  ketenaran karakter baiknya.  Atau  hanya menjadi  seorang  tokoh pendamping  yang  selalu  muncul  ketika  tokoh  utama  sedang membutuhkan  bantuan  dan  menghilang  dilupakan  dalam  segmen berikutnya. Ah, sedih…
Sudahkah kita mengerti, siapa sebenarnya kita dalam dunia ini. Apakah seorang tokoh protagonis yang selalu hidup dirundung kegetiran, problematika dan berjuang menyelesaikannya. Apakah tokoh  antagonis  yang  justru  menciptakan  masalah-masalah  dalam  dunia yang indah ini. Tetapi entahlah mungkin justru masalah-masalah yang kita ciptakan atau tercipta dengan sendirinya itulah yang membuat dunia ini berpelangi. Mungkin…!, Kita bukanlah seonggok daging dengan mata, tangan, telinga, otak (berapa pun ukurannya), hidung, mulut, lidah, baju topeng, harta, tahta, dan banyak lainnya yang bersifat materi. Kita lebih dari itu kan ?. Kita memiliki jiwa, atau mungkin tidak. Entahlah… Yang pasti kita adalah sebentuk ciptaan yang dicipta pada tujuan tertentu bukan main-main. Terlepas dari apapun lakon yang kita kenakan. Kita adalah sebentuk ciptaan untuk tujuan yang pasti.

Terlepas dari apapun jawaban kita dari pertanyaan di atas. Sebenarnya, kita di dunia ini hanya sekedar diminta untuk memantapkan hati dengan tulus ikhlas beragama pada-Nya. Walau ada hati-hati yang mengingkari, tidak menyukai hal ini. Kita yang sekedar diminta untuk mengikuti sebaik-baik apa yang telah diturunkan dari langit melalui Jibril. Untuk kita jadikan peta petunjuk menuju pencapaian yang agung. Untuk beragam lakon yang kita pilih bahkan kita akan menemukan jawaban terbaik di dalamnya,al-Qur’an.

Allah Yang Maha Baik dengan kebijaksanaan-Nya telah memberikan kita petunjuk. Agar kelak kita tak lagi berkata,”Alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah”. Dan hari itu apapun dari kita tak mampu menolong lagi, sekiranya kita ingin menukar kepedihan dengan saudara, keluarga, harta, bahkan setinggi-tingginya kekuasaan hanya sia-sia saja. Di hari itu, masing-masing dari kita akan masuk dalam mesin perhitungan yang amat cepat kerjanya. mungkin melebihi penemuan kuantum termutakhir, bahkan material mesinnya bahkan lebih halus dari partikel nano. Entah apalah ya jenisnya. Namun kita tahu jelas, itulah saatnya setiap jiwa dibalas sesuai apa yang telah diperbuat. Berbuatlah, kelak kita akan dinilai dari apa yang kita perbuat. Mari merenung untuk berbuat lebih baik.

Dikutip dari buku "Perjalanan untuk Sebuah Mimpi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar