Minggu, 17 April 2016

Bagaimana Jika Aku Jatuh Hati



Selama ini aku mendengar kamu banyak bercerita tentang senja. Kamu yang mengisahkan senja tentang satu masa dimana pergantian siang menjadi malam. Pergantian cerah menjadi mendung. Pergantian panas menjadi dingin. Pergantian terang menjadi temaram. Pergantian lelah menjadi istirahat. Pergantian dua warna menjadi satu, kuning dan merah menjadi jingga. Mungkin juga pergantian rindu menjadi padu. 

                Kamu yang malu-malu untuk menciptakan arti yang sesungguhnya. Tapi aku tahu, kamu tidak dapat menuangkan keinginanmu sebab kamu seorang wanita.

                Bagaimana jika kamu telah membuat aku jatuh hati. Membuat aku tertarik memandang langit di ufuk timur. Menjadi terpesona pada jingganya yang bertabur. Lalu aku berdo’a diantara aroma embun. Semoga merah itu aku dan kamu bersedia menjadi kuningnya. Kemudian kita menjadi jingga di langit senja. Seperti prosa-prosa yang ku baca darimu. 

                Bagaimana jika aku memiliki perasaaan yang sama dengan perasaanmu kepada orang lain, kepada orang yang kamu harapkan. Sebenarnya aku ingin, kamu tidak berharap terlalu tinggi, karena di atas awan sana tidak ada pegangan. Aku mengharapkan kamu yang tengah mengharapkan orang lain. Sulit, kan?. Banyak orang yang mengalami seperti ini. 

Aku pun bertanya maukah kamu menjadi kuning untuk pelengkap jingga ku dan aku hanya butuh sebuah jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’.  Namun kamu membatu, membisu, dan tak bersuara.
Rumit…! Begitulah wanita.

1 komentar:

  1. tapi senja pun selalu menyisakan gelap, kenapa harus datang jika hanya untuk pergi meski disisi lain senja selalu tau bagaimana cara berpamitan.

    mantap tulisannya .. hehee

    BalasHapus