Bagi siapa pun yang sedang berjalan
dalam masa kehidupannya. Ada satu waktu kita dirundung kerumitan untuk
melanjutkan perjalanan. Sebab merasa tak ada modal yang mumpuni untuk melampau
aral-aral yang merintangi di depan. Padahal, percaya atau tidak, kita adalah sebaik-baiknya yang telah ada.
“Sungguh Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”
(Q.S at-Tin: 4)
Seperti
apapun rupa kita, kita tetaplah sebaik-baiknya bentuk. Lalu kita dibekali
dengan sebaik-baiknya akal. Disempurnakan dengan sebaik-baiknya sarana.
Diberikan alat pengontrol yang disebut hati nurani. Kita adalah sebaik-baiknya yang telah diadakan Allah.
Dengan inilah kita akan melanjutkan langkah-langkah. Modal terbesar telah ter-instalisasi
dalam potensi akbar dalam diri kita. Sudah bersediakah kita mengelolanya ?.
Mendayagunakan potensi untuk masa depan yang hebat. Dalam hidup ini, kita sendirilah orang yang
paling menentukan bagaimana perasaan kita, bagaimana pikiran kita bekerja, dan
bagaimana tindakan-tindakan yang kita ambil. Kita bertanggung jawab
masing-masing dalam melukis makna dan bersikap terhadap apa yang terjadi dalam
tetater hidup kita. Percayalah, kita
diciptakan dan ditakdirkan dalam kedahsyatan diri kita sendiri, entah dalam
profesi apapun kita kini.
Setelah kita mengenal modal dari
perjalanan, tak ada salahnya kita mulai menggerakkan niat untuk segera
bertindak. Bukankah masing-masing dari kita menginginkan kehidupan yang layak
di kemudian hari. Kehidupan yang membahagiakan. Kehidupan yang leluasa lagi
mendatangkan banyak kebaikan. Begitu kah ?. Tindakan sekecil apapun yang kita
hunjamkan dihari ini dengan tujuan yang membaikkan masa depan, akan
diperhitungkan Allah. Kita yang
diciptakan dengan seperangkat kedahsyatan tidak mau kan menyia-nyiakan waktu
hanya untuk hal yang tak bermanfaat ?.
Lantas yang membedakan kita
dengan Bill Gates hanyalah soal memulai tindakan dan mengelola tindakan dalam
seefektifnya waktu. Sebagian besar dari kita kalah bukan soal pendidikan,
harta, sarana, dan alasan lainya. Kita kalah pada semangat juang. Semangat
untuk bertindak lebih cepat, semangat untuk bertahan dalam tindakan, dan
semangat sampai akhirnya tindakan itu mencapai harapan. Padahal, kebaikan yang
sempurna adalah yang segera dilaksanakan. Orang-orang yang menunda-nunda pekerjaan
berarti menumpuk –numpuk kesulitan.
Apapun profesi
kita, Allah telah mengajarkan kita melakukan tindakan terbaik dan menjadi
pemenang dalam setiap kompetisi yang kita jalani. Bukti yang paling kentara adalah kita selalu diseru dengan panggilan, “Hayya ‘alal falaah” yang artinya
“Marilah Menuju Kemenangan”. Maka, ajaran agama yang mulia mengajarkan bahwa
sejak terlahir ke dunia, kita sudah diserukan untuk selalu mendapatkan
kemenangan dalam kehidupan.
Sejarah menunjukkan bahwa,
orang-orang yang berhasil mendayagunakan potensi diri adalah mereka yang berani
berpikir dan bertindak secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan untuk
menjadikan mimpi itu bukan lagi utopia tapi hal yang sebenar-benarnya terjadi.
Mari kita belajar dengan burung terkecil di dunia, namanya Kolibri. Lalu kita lihat pula burung terbesar yang
disebut burung onta. Kolibri adalah burung yang hanya memiliki masa 10 mg,
secara logika betapa sulit bagi burung seringan Kolibri untuk tetap bertahan
jika dilindas angin kencang. Kelemahan itu menjadikannya mampu melakukan 75
kali kepakan sayap perdetik. Sehingga membuat Kolibri dapat mengatur terpaan
angin yang dilalui.
Bagaimana dengan burung Onta?
memiliki bobot hingga 150 Kg, sayangnya ia tidak bisa terbang. Lantas jika
pemangsa datang untuk menerkamnya apa bisa bertahan ?. Tentu saja bisa.
Kelemahan sekaligus tantangan yang mesti Onta hadapi menjadikannya mampu
berlari hingga 90 km/jam dan melompat
hingga 4-5 meter dalam satu lompatan. Dahsyat kan ?. Bisa kita pelajari dari
kedua hewan tersebut tentang bagaimana mengubah kelemahan menjadi potensi yang
menguntungkan, sebab kelemahan memacu dan memicu adrenalin untuk memompa lebih
kuat disaat kita berada pada titik kritis. Jadi, kita tidak perlu menggusarkan
titik kelemahan dalam diri kita.
Kita telah percaya bahwa kita
adalah sebaik-baiknya yang telah ada. Semua di berikan pada diri kita, sebentuk
kelebihan dan kekurangan, adalah baik dan bertujuan membaikkan kita. Kita saja
yang kurang peka, atau kurang belajar dalam memaknai. atau terlalu sibuk dengan
keseharian. Membuat kita lengah dengan apa yang telah menjadi modal awal kita
untuk dapat lebih baik dimasa depan. Perbaikilah apa yang tersisa, semoga Allah
memperbaiki apa yang sudah lewat. Segeralah melakukan perubahan !
“Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka berusaha untuk mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S. ar-Ra’d:11)
Kutipan Buku "Perjalanan untuk Sebuah Mimpi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar