Apa kita pernah
tahu, pembicaraan langit ketika melihat kita tengah berkelahi dengan perasaan.
Kita yang terampil menciptakan estimasi, membayangkan hal ke depan tentang ini dan itu. Padahal itu
sangat membuat kita jerih dan tertatih perih. Betapa bermain dengan angan itu adalah
sesuatu yang meresahkan. Memang pada apa yang tak tampak oleh mata, kita
membutuhkan iman untuk merawatnya.
Apa kita pernah tahu, bisik-bisik angin saat kita menghelakan
kisah. Menerangkan pada waktu dan menyimpannya sebagai masa lalu. Entah kisah
itu menjadi penyesalan atau kesyukuran. Lantas yang setia akan senantiasa dalam
do’a-nya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan misteri.
Apa kita pernah tahu, langit malam yang gusar melihat mata kita
yang enggan terlelap. Masih setia mentafakuri keinginan dan mengeja satu per
satu perasaan yang dibaca hati. Menerka apa yang dikatakan saat diri telah
dilempar ke masa depan tentang masa kini. Apakah akan mengutarakan
deskripsi kebahagiaan atau kenestapaan.
Tiada frasa yang kebetulan melainkan
semua telah ditakdirkan-Nya.
Apa kita pernah tahu , ada seseorang yang
selalu tertunduk ketika berpapasan. Bukan karena angkuh atau enggan menyapa, ia
hanya berusaha menyembunyikan perasaannya yang entah, dan terlalu malu untuk
bertukar sapa. Mungkin enggan untuk memantik harap.
Kita harus tahu
bahwa apa pun bentuk ingin saat ini, maka perlu waktu dalam prosesnya. Jangan
menyerah hanya karena tidak dapat
melihat hasil yang diinginkan dalam waktu instan. Kita perlu bergantung
pada Yang Maha Kuasa. Sabar itu biasanya tak menyenangkan diawal tapi manis
rasanya diakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar