Kamu tidak perlu takut untuk melangkah. . .! Yang penting
bagaimana upayamu saja. Semaksimal yang kamu
bisa, kalau sudah maksimal tetapi dia ternyata tidak mau, ya tidak
apa-apa. Yang penting kamu sudah mengupayakan apa yang kamu rasa perlu diupayakan. Itu sudah cukup. Selama
belum ditolak, mengapa harus takut bertindak. Kalau pun ditolak artinya akan
diterima oleh orang yang lebih baik. Gitu
aja kok repot !
Pada akhirnya dari penolakan demi penolakan itu kita sadar bahwa
ada yang butuh diperbaiki dari diri kita. Semestinya kita terus
mengaktualisasikan perbaikan diri tanpa perlu menunggu seseorang untuk
mendampingi menjadi lebih baik. Terimalah kenyataan bahwa kita memang belum
baik dan kita masih butuh untuk terus menjadi lebih baik. Toh pada akhirnya kebaikan itulah yang berimbas pada masa depan
kita. Bisa jadi kita yang terus memperbaiki diri akan menyulam penilaian
tersendiri di sisi Allah.
Kita saja yang sering gagal paham akan maksud Allah. Pada waktunya,
kita akan menyadari perihal jalan hidup yang selama ini mungkin kita keluhkan,
kita cemaskan, kita kesalkan, dan kita khawatirkan adalah jalan yang membuat
pertemuan itu kian mendekat, kian mudah, kian menuju titik temu, dan kian menuai berkah. Kita mungkin tidak pernah
menyangka bahwa kita akan menjadi genap. Dulu kita yang lugu dan tak banyak
tahu-nya itu setia menimang-nimang tanya, kapan nama di Lauh Mahfudz itu turun?. Dan harap cemas tentang waktu mana yang
tepat untuk nama itu diturunkan dari keputusan langit.
Namun hari ini, kita saling mengetahui jawabannya. Kita jadi tahu
bahwa orang yang dulu sempat menolak kita hanya sebatas ujian. Untuk melihat
dengan siapa kita patut disepadankan. Syukurnya, kita tidak terkecoh keadaan.
Kita menimbunnya dengan hikmah hingga kita menemukan yang lebih baik. Kuncinya,
teruslah berupaya. Setidaknya berupaya untuk memperbaiki diri untuk yang lebih
pantas.
Memperbaiki diri setara dengan memperbaiki pribadi. Kata mereka,
pribadi dengan visi yang jelas tentu tampak lebih menjanjikan dibanding orang
yang masih belum tahu akan membawa hidupnya ke arah mana. Fokus menambah
kualitas diri juga akan membuat kita merasa lebih siap. Sebab kita sudah tahu
akan mengarahkan kemudi hidup, setelah mantap mengemudi maka kemungkinan
penolakan itu tereliminasi oleh takdir. Perbaiki diri sepantas-pantasnya untuk
mendapatkan sebaik-baiknya.
Tapi kita mesti hati-hati. Jangan sampai sibuk meperbaiki diri
sebatas untuk perkara jodoh, bukan lagi karena Allah. Karena kita tidak mau
membatasi karunia Allah, kan ? Jika Allah ridho, karunia yang diberikan-Nya
bisa jauh lebih luas dari itu. Berbenah dengan ikhlas itu lebih baik, demi
menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik, dunia serta akhirat. Izinkan dalam
hati hanya Allah lah yang menghuni. Kita tetap memperbaiki diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar