Dalam
perjalanan kita yang penuh haru biru ini mari kita belajar dari mereka yang
sudah merasakan ngeri-ngeri sedap kehidupan. Tersebutlah, Warren Buffet yang
terkenal di tahun 2010 karena berhasil
mengalahkan Bill Gates dalam kompetisi kekayaan. Kini Warren Buffet sudah 10
tahun menjadi orang terkaya di dunia. Namun, tidak banyak juga yang tahu, dua
tahun sebelum Warren Buffet menjadi orang terkaya, ia menyumbangkan 80 persen
kekayaannya untuk sosial. Sekitar 300 triliun atau setengah APBN kita pada saat
itu. Nah, ada sosok yang lebih hebat lagi, yaitu Abu Bakar As-Shidiq r.a. dimana ia menyerahkan 100 persen
hartanya untuk agamanya. Luar biasa !
Selanjutnya
kita akan bertemu dengan Albert Enstein, siapa yang tidak mengenal sosoknya
dengan rumus e=mc2 yang menjadi voluntir keluanya teori ‘Big Bang’.
Wajahnya menjadi lambang kejeniusan, 100 tahun kematiaanya diperingati sebagai
tahun fisika, namanya digunakan menjadi nama unsur kimia, enstenium, termasuk
nama astroid juga. Namun, Michael Hert meletakkan ia dalam jajaran orang paling
berpengaruh di nomor 10. Kalau kita lihat, kebanyakan orang yang berada di
jajaran atas Enstein adalah orang-orang yang meletakkan spiritualitas sebagai
dasar kehidupannya, yaitu Nabi Muhammad SAW, Isaac Newton, Nabi Isa AS, Budha,
Confucius, Saint Paul, Thai Lun, Johan Gutenberg, Christopher Columbus. Artinya
orang yang mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai spiritual punya pengaruh lebih
besar dibandingkan orang-orang yang mendasarkan hidupnya bukan pada nilai-nilai
spiritual. Nilai-nilai spiritual tersebut membuat mereka paling kokoh dalam
sikap, paling lapang dada, paling dalam pemikirannya, paling luar cara pkitangnya,
paling rajin amal-amalnya, dan yang jelas paling banyak manfaatnya.
Masih
ingatkan kita dngan Lee Yoon Hyung, ahli waris keluarga samsung, sahamnya 1,7
triliun, namun di usia 26 tahun, dia tidak memiliki keberanian melanjutkan
hidup. Ia meninggal dunia dengan bunuh diri mengunakan seutas kabel listrik.
Apa yang menimpanya adalah pesan nyata, bahwa tidak ada hubungan antara
kenikmatan kehidupan dengan pencapaian. Kawanku semuanya, guru saya pernah
berpesan, tidak peduli sebarapa hebatnya kita, tidak peduli sebarapa kayanya
kita, tidak peduli seberapa berpengaruhnya kita, jika hari ini kita tidak
bahagia, pasti ada yang salah.
Sungguh
luar biasa pesan Imam Al-Ghazali Sesunggunya seluruh manusia itu merugi,
kecuali mereka yang berilmu, sesungguhnya seluruh orang yang berilmu itu merugi
kecuali mereka yang beramal, dan sesungguhnya seluruh orang yang beramal itu
merugi, kecuali mereka yang ikhlas.
Berapa
banyak diantara kita mengejar sesuatu yang disesali para penghuni kubur. Tidak
salah jika Emha Ainun Najib berpesan “jangan mati-matian mengejar sesuatu yang
tak bisa dibawa mati”. Oleh karena itu, mari periksa diri jika cita belum
tertuai, jangan-jangan badan kita belum pantas disinggahi kemuliaan. Kenapa
banyak orang bekerja keras, namun ia tetap gagal, menurut saya jawabnya
singkat, karena ia bekerja dengan otot dan otaknya saja, tapi ia lupa mengajak
hatinya untuk bekerja.
Beda
orang sukses dan orang stress hanya satu: orang sukses melakukan yang yang
harus dilakukan. Orang stress hanya berangan-angan. “ Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan
beramal untuk sesudah mati. Orang bodoh (lemah) adalah orang yang mengikuti
hanya nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah” (H.R.Bukhari).
Sungguh sulit kan memahami. Ada orang yang mengejar surga atau berlari
menghindari neraka sambil tertidur. Mari kita mulai melakukan kebaikan kecil
yang membahagiakan. Apapun peran kita
mari kita surgakan. Surga lah yang menjadi obsesi terbaik segala pengharapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar