Minggu, 20 Agustus 2017

Jangan Mengejar yang Tak Dibawa Mati



Dalam perjalanan kita yang penuh haru biru ini mari kita belajar dari mereka yang sudah merasakan ngeri-ngeri sedap kehidupan. Tersebutlah, Warren Buffet yang terkenal di tahun 2010  karena berhasil mengalahkan Bill Gates dalam kompetisi kekayaan. Kini Warren Buffet sudah 10 tahun menjadi orang terkaya di dunia. Namun, tidak banyak juga yang tahu, dua tahun sebelum Warren Buffet menjadi orang terkaya, ia menyumbangkan 80 persen kekayaannya untuk sosial. Sekitar 300 triliun atau setengah APBN kita pada saat itu. Nah, ada sosok yang lebih hebat lagi, yaitu Abu Bakar As-Shidiq  r.a. dimana ia menyerahkan 100 persen hartanya untuk agamanya. Luar biasa !

Selanjutnya kita akan bertemu dengan Albert Enstein, siapa yang tidak mengenal sosoknya dengan rumus e=mc2 yang menjadi voluntir keluanya teori ‘Big Bang’. Wajahnya menjadi lambang kejeniusan, 100 tahun kematiaanya diperingati sebagai tahun fisika, namanya digunakan menjadi nama unsur kimia, enstenium, termasuk nama astroid juga. Namun, Michael Hert meletakkan ia dalam jajaran orang paling berpengaruh di nomor 10. Kalau kita lihat, kebanyakan orang yang berada di jajaran atas Enstein adalah orang-orang yang meletakkan spiritualitas sebagai dasar kehidupannya, yaitu Nabi Muhammad SAW, Isaac Newton, Nabi Isa AS, Budha, Confucius, Saint Paul, Thai Lun, Johan Gutenberg, Christopher Columbus. Artinya orang yang mendasarkan hidupnya pada nilai-nilai spiritual punya pengaruh lebih besar dibandingkan orang-orang yang mendasarkan hidupnya bukan pada nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai spiritual tersebut membuat mereka paling kokoh dalam sikap, paling lapang dada, paling dalam pemikirannya, paling luar cara pkitangnya, paling rajin amal-amalnya, dan yang jelas paling banyak manfaatnya.

Masih ingatkan kita dngan Lee Yoon Hyung, ahli waris keluarga samsung, sahamnya 1,7 triliun, namun di usia 26 tahun, dia tidak memiliki keberanian melanjutkan hidup. Ia meninggal dunia dengan bunuh diri mengunakan seutas kabel listrik. Apa yang menimpanya adalah pesan nyata, bahwa tidak ada hubungan antara kenikmatan kehidupan dengan pencapaian. Kawanku semuanya, guru saya pernah berpesan, tidak peduli sebarapa hebatnya kita, tidak peduli sebarapa kayanya kita, tidak peduli seberapa berpengaruhnya kita, jika hari ini kita tidak bahagia, pasti ada yang salah.
Sungguh luar biasa pesan Imam Al-Ghazali Sesunggunya seluruh manusia itu merugi, kecuali mereka yang berilmu, sesungguhnya seluruh orang yang berilmu itu merugi kecuali mereka yang beramal, dan sesungguhnya seluruh orang yang beramal itu merugi, kecuali mereka yang ikhlas.

Berapa banyak diantara kita mengejar sesuatu yang disesali para penghuni kubur. Tidak salah jika Emha Ainun Najib berpesan “jangan mati-matian mengejar sesuatu yang tak bisa dibawa mati”. Oleh karena itu, mari periksa diri jika cita belum tertuai, jangan-jangan badan kita belum pantas disinggahi kemuliaan. Kenapa banyak orang bekerja keras, namun ia tetap gagal, menurut saya jawabnya singkat, karena ia bekerja dengan otot dan otaknya saja, tapi ia lupa mengajak hatinya untuk bekerja.

Beda orang sukses dan orang stress hanya satu: orang sukses melakukan yang yang harus dilakukan. Orang stress hanya berangan-angan. “ Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk sesudah mati. Orang bodoh (lemah) adalah orang yang mengikuti hanya nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah” (H.R.Bukhari). Sungguh sulit kan memahami. Ada orang yang mengejar surga atau berlari menghindari neraka sambil tertidur. Mari kita mulai melakukan kebaikan kecil yang membahagiakan.  Apapun peran kita mari kita surgakan. Surga lah yang menjadi obsesi terbaik segala pengharapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar