Minggu, 20 Agustus 2017

Merawat Rindu




Dia senyap, bukan berarti tak punya perasaan. Dia hening, sebab rumitnya perasaan, yang entah harus dengan apa semua itu disampaikannya. Pada akhirnya semua dipasrahkan pada do’a. Dia melangitkan namamu dengan do’a-do’a. Karena dia mengerti hanya Tuhan lah yang akan mengiyakan atau menggantikan dengan yang lebih baik.

Kadang ada rasa yang tidak mampu didefenisikan melalui lisan bahkan tulisan. Sekedar tertonggok di hati dan naik ke tenggorokan. Ada hasrat ingin mengeluarkan namun harus ditahan. Terbersit rasa takut, kalau-kalau akan menjelma menjadi rasa sedih dan untaian kata yang terbata-bata. Semua rasa membuat hari kemarin, ini, dan entah esok juga menjadi tak karuan, sebuah perasaan yang berkecamuk. Semuanya karena  takut akan merindu. Kebahagiaan atas sebuah anugerah bernama ‘jatuh cinta’, rupanya datang satu paket bersama perihnya rindu yang mendera. Syukurnya kita masih diberi kesempatan melerainya dalam do’a.

Beginilah cara terbaik merawat rindu. Cara terhormat menjaga rasa. Tetap sabar menjaga waktu dan jeda. Dengan tersipu mengangkat ruang-ruang  jemari pada gelaran sajadah. Melangitkan secarik nama yang masih entah. Untuk menerbangkan rasa ke semesta. Tentang kita, sekali pun tak pernah lupa kuberi kata semoga. Sebab hanya do’a-do’a lah cara terhikmat merayakan rindu itu, aku dan kamu yang entah siapa.


Doa itu melunakkan yang keras, menentramkan yang bersedih, mendekatkan yang jauh, menguatkan yang lemah, menyatukan yang terpisah dan menjadikan tiada menjadi ada.




Bila kelak kamu dipersatukan dengan sosok yang tidak pernah kamu sebut dalam do’a. Bisa jadi orang itu adalah orang yang sangat tekun melampirkan nama mu dalam do’anya. Percaya lah !


Hanya do'a dan harap yang kini lebih banyak kita bagi jika ada angin yang bisa menerjemahkan rindu.  Tentu kita ingin menitipkan rindu itu saat ini. Hingga akhirnya kita disatukan nanti, kita akan menyimpan rindu itu dengan rapi.

                Kadang urusan rindu sulit untuk hanya diselesaikan oleh hati dan akal. Karena hanya iman yang mampu mensakralkannya dalam sajian-sajian do'a nan anggun. Ada perlunya juga menyemayamkan rindu di bawah buku. Mungkin rindu juga butuh membaca, biar ia berpengalaman, biar ia tahu hal-hal macam apa yang semestinya tak perlu terlalu diharapkan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar