Minggu, 20 Agustus 2017

Tawadhu'



Kesombongan adalah lisan paling fasih dari lidah manusia.  Secara tidak sadar kita sering mengucapkan kalimat-kalimat yang meng’kita’kan diri sendiri. Sejatinya ‘kita’ merupakan suara lirih yang keluar dari dalam jiwa kita, yang menimbulkan harapan  atas pengormatan orang lain terhadap diri kita.  Sungguh, ini adalah sesuati yang sangat naïf. Motif inilah yang selalu mendorong kita untuk menunjukkan kemapuan agar orang lain mengetahui kita lebih utama.  Secara tidak sadar kita telah menunjukkan kecacatan diri kita sendiri, sekiranya penyakit ini butuh penanggulangan untuk disembuhkan.

Kesombongan mampu menusukkan penderitaan dalam diri pemiliknya.  Sebab selalu dibayangi rasa khawatir, jika orang lain mengetahui bahwa dirinya tidak seperti apa yang telah disombongkan kepada khalayak ramai.  Ini sangat lah menyiksa bukan ?. Bagaimana jika kita memilih untuk menjadi orang-orang tawadhu saja.  Mereka adalah orang-orang yang malu jika kebaikannya terpamerkan. Karena takuthal itu dapat mengusir keikhlasan dalam hatinya.

Sungguh mengagumkan orang yang mengenyahkan kesombongannya, membuang keangkuhannya, dan memelihata nilai-nilai ketawadhukan dalam dirinya. Orang-orang yang seperti ini adalah yang enggan mewacanakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan profesi yang didudukinya. Justru prestasi, kelebihan, dan profesinya yang berbicara sebagai ganti dari dirinya. Wiliam James-Bapak ilmu psokologi modern- menginterpretasikan hal ini dengan apik, “Kita harus menghilangkan kekaguman pada diri sendiri. Jika kita dapat melakukannya, maka hal itu merupakan kenikmatan yang tiada tara. Dan dengan sendirinya, orang lain akan mengagumi kelebihan-kelebihan yang kita miliki.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar