“Hikmah ada
dimana-mana, sedangkan pena adalah pengikatnya”
Nasihat dan kata-kata kita bernilai
tinggi di hadapan Allah bukan ketika banyak yang berdecak kagum dan memujinya.
Tapi ketika kalimat-kalimat kita itu mampu membantu orang lain untuk menemukan
solusi hidupnya atau menjadikannya lebih baik setelah membaca apa yang kita
tulis. Satu syarat yang mesti ditunaikan yakni jagalah niat menulis ; lillah. Bukan selalu karena kita sudah merasa baik lalu kita menulis. Tapi
karena kita butuh dikuatkan pada kebaikan maka kita menulis hal yang menurut
kita baik.
Mengapa Napoleon Bonaparte mengatakan
bahwa dirinya lebih merasa takut terhadap satu orang penulis ketimbang seribu
orang tentara.. Mungkin kalimat KH.M.Isa Anshary lah jawabannya.
“Revolusi-revolusi besar dunia selalu didahului oleh jejak pena seorang
pengarang. Pena pengarang mencetus suatu ide dan cita, menjadi bahan
pemikiran-pemikiran pedoman berjuang”. Memang kita menulis bukan hanya untuk
menerbit karya, tapi lebih untuk menerbitkan cita dan harapan bagi generasi
selanjutnya. Semoga...
Orang berilmu itu derajatnya lebih
tinggi, karena tanggung jawab yang dipikulnya lebih berat. Teruslah belajar,
teruslah mencari kebenaran, dan teruslah berusaha untuk mengamal ilmu yang kita
tahu. Setidaknya kita dapat mengamalkannya dengan menulis sembari berupaya melakukannya
sendiri. Tetaplah menulis. kita akan menjadi lebih tenang setelah memuntahkan
segala isi kepala menjadi sebuah tulisan. Tulis saja apa yang dirasa.
Menulislah dengan hati dan pertajamlah dengan pikiran.
Terkadang kita harus punya jiwa yang
merasa diri kita adalah makhluk yang dikirim Tuhan untuk menjadi perantara
kemashlahatan bagi lebih banyak insan. Menulis pun mampu membantu kita untuk
memainkan peran sebagai sebergunanya insan. Tulisan kita sebentuk ledakan dalam
kepala atau juga letupan dalam hati kecil. Jangan dipendam. Lewat menulis, kita
membuat diri bebas berbicara tanpa harus berkata. Bebas mengutarakan tanpa
butuh didengar. Puas melampiaskan tanpa harus mengacungkan tangan.
Adakalanya menulis ini meringankan
kepenatan dalam otak, dengan menumpahkannya akan memberi ruang yang leluasa
pada pikiran. Bisa jadi ada suatu rasa yang sulit untuk di defenisikan dalam
ucapan, maka kata-kata setidaknya menjadi penghubung sementara sampai kelu
lidah itu hilang. Begitulah..
Adakalanya menulis ini membuat daya
ingat lebih baik, sebab apa yang telah dibaca dilukis dalam kanfas tulisan,
sehngga gambaran dari apa yang telah dibaca dapat termaknai citranya. Mungkin
juga bisa dari ucapan-ucapan bijak yang terlontar oleh siapa, maka untuk
mengabadikannya, yah moga-moga bermanfaat, direkam dalam memori dan diputar
ulang dalam tulisan. Begitulah.
Menulislah dengan hati yang dibawa
perahu perasaan dan pertajam dengan pikiran yang cakrawalanya sering-sering
terbang. InsyaAllah memudahkan dalam merangkai kebermaknaan kalimat demi
kalimat.
Sesungguhnya, ide dan renungan adalah
jalan terbukanya akal. Jika kita meninggalkan dan mengacuhkan ide-ide tersebut,
maka kita akan rugi. Bahkan kita akan menyesal di hari yang tidak ada lagi
bermanfaat penyesalan maupun kesedihan. Berapa banyak buku yang kita baca,
nasihat yang kita dengar ,serta hikmah kehidupan yang terlewatkan begitu saja.
Ia terabaikan karena kesibukan. Larut dalam kelupaan. Padahal betapa baiknya
jika kita menyediakan sedikit waktu untuk menulisnya kembali. Untuk kebaikan
kita sendiri dan sebagai fungsi kemanfaatan kita bagi sesama.
Sesungguhnya ide-ide itu seperti
telur-telur yang berada dalam sebuah plastik. Jika tidak segera
mengeluarkannya, maka ia akan saling berbenturan dan pecah. Ikatlah kata,
makna, dan ilmu dengan mencatat. Kuatkan memori di alam bawah sadar dengan
menulis. Salah satu amal jariyah terbaik adalah menulis. Meski penulisnya telah
mati, apabila tulisan itu terus dibaca, ia akan terus mengalirkan pahala.
InsyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar