Minggu, 20 Agustus 2017

Menulis



“Hikmah ada dimana-mana, sedangkan pena adalah pengikatnya”

Nasihat dan kata-kata kita bernilai tinggi di hadapan Allah bukan ketika banyak yang berdecak kagum dan memujinya. Tapi ketika kalimat-kalimat kita itu mampu membantu orang lain untuk menemukan solusi hidupnya atau menjadikannya lebih baik setelah membaca apa yang kita tulis. Satu syarat yang mesti ditunaikan yakni jagalah niat menulis ; lillah. Bukan selalu karena kita sudah merasa baik lalu kita menulis. Tapi karena kita butuh dikuatkan pada kebaikan maka kita menulis hal yang menurut kita baik. 

Mengapa Napoleon Bonaparte mengatakan bahwa dirinya lebih merasa takut terhadap satu orang penulis ketimbang seribu orang tentara.. Mungkin kalimat KH.M.Isa Anshary lah jawabannya. “Revolusi-revolusi besar dunia selalu didahului oleh jejak pena seorang pengarang. Pena pengarang mencetus suatu ide dan cita, menjadi bahan pemikiran-pemikiran pedoman berjuang”. Memang kita menulis bukan hanya untuk menerbit karya, tapi lebih untuk menerbitkan cita dan harapan bagi generasi selanjutnya. Semoga...

Orang berilmu itu derajatnya lebih tinggi, karena tanggung jawab yang dipikulnya lebih berat. Teruslah belajar, teruslah mencari kebenaran, dan teruslah berusaha untuk mengamal ilmu yang kita tahu. Setidaknya kita dapat mengamalkannya dengan menulis sembari berupaya melakukannya sendiri. Tetaplah menulis. kita akan menjadi lebih tenang setelah memuntahkan segala isi kepala menjadi sebuah tulisan. Tulis saja apa yang dirasa. Menulislah dengan hati dan pertajamlah dengan pikiran.

Terkadang kita harus punya jiwa yang merasa diri kita adalah makhluk yang dikirim Tuhan untuk menjadi perantara kemashlahatan bagi lebih banyak insan. Menulis pun mampu membantu kita untuk memainkan peran sebagai sebergunanya insan. Tulisan kita sebentuk ledakan dalam kepala atau juga letupan dalam hati kecil. Jangan dipendam. Lewat menulis, kita membuat diri bebas berbicara tanpa harus berkata. Bebas mengutarakan tanpa butuh didengar. Puas melampiaskan tanpa harus mengacungkan tangan.

Adakalanya menulis ini meringankan kepenatan dalam otak, dengan menumpahkannya akan memberi ruang yang leluasa pada pikiran. Bisa jadi ada suatu rasa yang sulit untuk di defenisikan dalam ucapan, maka kata-kata setidaknya menjadi penghubung sementara sampai kelu lidah itu hilang. Begitulah..

Adakalanya menulis ini membuat daya ingat lebih baik, sebab apa yang telah dibaca dilukis dalam kanfas tulisan, sehngga gambaran dari apa yang telah dibaca dapat termaknai citranya. Mungkin juga bisa dari ucapan-ucapan bijak yang terlontar oleh siapa, maka untuk mengabadikannya, yah moga-moga bermanfaat, direkam dalam memori dan diputar ulang dalam tulisan. Begitulah.

Menulislah dengan hati yang dibawa perahu perasaan dan pertajam dengan pikiran yang cakrawalanya sering-sering terbang. InsyaAllah memudahkan dalam merangkai kebermaknaan kalimat demi kalimat.

Sesungguhnya, ide dan renungan adalah jalan terbukanya akal. Jika kita meninggalkan dan mengacuhkan ide-ide tersebut, maka kita akan rugi. Bahkan kita akan menyesal di hari yang tidak ada lagi bermanfaat penyesalan maupun kesedihan. Berapa banyak buku yang kita baca, nasihat yang kita dengar ,serta hikmah kehidupan yang terlewatkan begitu saja. Ia terabaikan karena kesibukan. Larut dalam kelupaan. Padahal betapa baiknya jika kita menyediakan sedikit waktu untuk menulisnya kembali. Untuk kebaikan kita sendiri dan sebagai fungsi kemanfaatan kita bagi sesama.

Sesungguhnya ide-ide itu seperti telur-telur yang berada dalam sebuah plastik. Jika tidak segera mengeluarkannya, maka ia akan saling berbenturan dan pecah. Ikatlah kata, makna, dan ilmu dengan mencatat. Kuatkan memori di alam bawah sadar dengan menulis. Salah satu amal jariyah terbaik adalah menulis. Meski penulisnya telah mati, apabila tulisan itu terus dibaca, ia akan terus mengalirkan pahala. InsyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar