Rabu, 26 April 2017

Sebaik-baik Do'a

Bila ada seseorang yang setiap saat selalu ada untuk mendengar keluh kisah kita. Mungkin ia adalah sahabat terbaik yang paling kita butuhkan dalam menjalani kehidupan ini. Namun, itu tidak mungkin dan tak kan  pernah ada seseorang  yang seperti itu. Hal ini seyogyanya membuat manusia itu merenungkan tentang sandaran terbaik baginya, tuk ia adukan segenap kesesakan hati, kekalutan pikiran, dan kekacauan kondisi yang sedang terhimpun. Adalah Dia, Rabb Yang Maha Penyantun kepada para hamba-Nya. Meminta pada-Nya adalah perihal yang membuat-Nya suka pada sang  hamba itu. Inilah kabar gembira bagi para hamba-Nya, bahwa hanya Allah  satu-satunya Maha Mengabulkan do'a. Berdo'alah dengan penuh rasa harap dan cemas. Perhatikan hijab-hijab  atas pengabulan do'a. Bisa jadi dosa lah yang menggaduh jawaban  do'a-do'a itu turun ke bumi  Mungkin dosa adalah faktor yang membuat hati tak nyaman atas pemberian-Nya.

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا  سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ  ؕ  اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 186)

Maka sebaik-baik permintaan adalah meminta segala sesuatu yang terbaik dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana. Pernah kita memohon pada-Nya tentang suatu keinginan  yang spesifik. Hal ini tentu baik sebab terdapat  keyakinan bahwa  hanya pada Allah lah muara dari segala pengabulan permintaan. Hanya saja hati itu senang  tak sudi bila apa yang diinginkan itu pada akhirnya tak kunjung diberikan. Iya kan? Manusiawi memang, sebab fitrah manusia itu sukanya berkeluh kesah. Tapi tidak ada keluh kesah bagi orang-orang yang beriman, bukan? Bila satu keinginan nan terlampau diharapkan itu tidak singgah dalam realita sikap terbaik seorang pendo'a nan beriman adalah bersuka cita, bahwa Allah menyimpan hadiah yang lebih baik dari apa yang diinginkannya tersebut. Layaknya do'a-do'a para  Nabi dan Rasul  yang setia dalam munajatnya nan  khusyuk, menikmati bincang mesra bersama Rabbnya.

Allah SWT berfirman:

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا
"Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku."
(QS. Maryam: Ayat 4)

Para kekasih Allah itu meyakini bahwa Allah lebih mengetahui kondisinya dan apa yang terbaik bagi hamba-Nya yang taat itu. Kasih sayang Rabb bagi para hamba-hamba terkasih itu sulit tampak dalam keadaan yang nyata, disanalah keyakinan kuat pada-Nya  itu kian terasah baik. Kemampuan hebat  pandangan  hatinya dalam melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Rabbnya di akhirat kelak menganyutkan gusar dan kecewa atas rasa inginnya yang tak kunjung berwujud ada.

Ada kutipan yang indah dari Ust.Salim A Fillah:
" Setiap pengabulan doa selalu diikuti konsekuensinya. Maka jika kita meminta yang terbaik, semoga Allah bimbing juga untuk menghadapinya. Dan karena pengabulan doa diikuti konsekuensi; meminta ‘hasil’ biasanya melahirkan kebuntuan; tapi meminta ‘sarana’ membuka jalan baru. Berdoa minta karunia yang menghiasi jiwa; keimanan, kesabaran berlipat, kemampuan berdzikir, bersyukur, serta beribadah; lebih indah daripada meminta benda-benda."

Ada pula Ibn ‘Athaillah dalam penggalan nasihatnya bahwa, “ Belumlah menjadi hamba sejati, Hingga kita lebih menikmati kemesraan dengan Sang Maha Pemberi, daripada sekedar pemberianNya.” Teranglah kini, yakni  perihal berdo'a bukan lagi cerita tentang meminta ini dan itu, ingin  itu dan itu, tapi berdo'a menjadi perihal kebutuhan utuh  untuk dapat selalu berkomunikasi mesra dengan Rabb Alam Semesta yang dirindu pagi, siang, malam. Sehinga Sebaik-baik do'a adalah semesra-mesra bersama Allah dalam meminta, tidak lagi mengkhawatirkan akan pengabulan tapi berharap terus dalam bermunajat pada-Nya. Marilah berupaya Berdo'a sesuai dengan  apa yang telah diajarkan dalam al-Qur'an dan al-Hadist, meminta dengan adab-adab yang baik untuk menjemput takdir terbaik dari sisi Tuhan Yang Maha Baik.

Dunia ini hanya persinggahan dan kita hanya mampir sejenak saja. Maka tak perlu meminta perkara dunia ini sebagai prioritas, namun berdo'alah pada Rabb Yang Maha Baik itu agar sekiranya diberikan dunia ini dalam genggaman tangan untuk memudahkan menjadi sebaik-baik pengabdi pada-Nya.

Selasa, 25 April 2017

Wanita adalah Anugrah

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Kenyataan yang patut sangat untuk disyukuri. Bila para wanita menyadari keagungannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Semesta Alam. Kemuliaan derajat wanita bertakwa terimplementasi pada diri Bunda Maryam, yakni penghulu wanita syurga. MasyaAllah, bahagianya mendapat gelar sebegini. Martabat yang tak sebatas tenar dipenilaian manusia tapi agung dalam penilaian penduduk langit. Ya Rabb....mampukan hamba memiliki predikat serupa atau yang mendekatinya. Seumpamanya, banyak para wanita yang merindukan jodohnya itu mengerti bahwa perihal tegarnya menjaga keimanan dan kekuatan dalam berjuang fisabilillah  tak melulu jika telah menikah. Bunda Maryam lah sosok teladannya. Bahwa ia akan tetap berjuang dalam sendirinya untuk memperteguh imannya, memperbaiki kualitas dirinya di hadapan Rabbnya, dan menepis gusar akan perkara yang segalanya itu telah dijamin oleh Rabbnya atas ketaatannya. Aduhai indahnya....

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Kebaktian dan kepatuhan  seorang anak pada orang tuanya terimplentasi pada diri Fatimah, Simatawayang Kekasih Allah. Anak yang tak punya bantah  sepatah kata dalam kebaikan yang diridhoi Rabbnya. Sederhana dan bersahaja hidupnya tapi namanya diabadikan sebagai penghulu wanita syurga. Wanita shalihah yang Menjadi penyejuk hati bagi orang tuanya. Semoga dengan menjadi shohibul Qur'an semasa single Lillah dapat mendekati strata Putri Rasulullah saw.

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Keluhuran hati seorang wanita sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya terimplentasi pada diri Bunda Khadijah, yakni penghulu wanita syurga. Rindu bisa menjadi seperti ini. Menjadi pilar sebagai wanita sholihah, setelah mengubah statusnya menjadi yang lengkap agamanya maka perannya  adalah menjadi penyejuk hati sang imam yang akan membawanya ke taman syurga dan menjadi bunda peradaban yang melahirkan generasi-generasi yang rela mengorbankan diri tuk mencapai ridho dan cinta Rabbnya lagi Rabbnya amat mencintai mereka.

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Kekuatan prinsip dan idealisme tauhid wanita tersohor dizamannya  terimplentasi pada diri Aisiyah. Wanita cantik rupawan, Istri orang paling bermartabat, lagi kaya raya. Pandangannya yang tajam akan pertemuan dengan Rabbnya mengalahkan segenap tipu daya dunia yang membelenggu dirinya. Dicampakkan dunia yang hina dina itu dengan siksaan perih demi bangunan rumah di syurga yang dekat dengan Rabbnya. MasyaAllah....jadilah Ia penghulu wanita syurga. Gelar terbaik di sisi Rabbnya dan balasan terbaik atas keimanannya. Mengajarkan kepada seantaro wanita di alam bumi bahwa kecantikan bukanlah jaminan baginya meraih syurga, kecuali ia mampu melindunginya agar tak terjadi  fitnah. Mengajarkan kepada seantaro wanita yang menyilaukan harta bahwa keimanan lebih patut dipertahankan ketimbang rongsokan dunia yang akan ditinggal saat maut menjelang. Mengajarkan kepada seantaro wanita di era digitalisasi ini bahwa populeritas menjadi tak ada makna jika hanya untuk meraih pujian makhluk dan menggadaikan akhlak.  

Betapa Allah muliakan wanita dengan memetaforakan telapak kakinya dengan syurga, sungguh Islam angkat derajat wanita sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Bilamana wanita itu menyadari anugrahnya  sebagai wanita lalu ia gunakan sholihah sebagai akhlaknya, takwa pakaian kesehariannya, lalu keimanan adalah bahan bakar utamanya dalam menjalani hari-hari.

Semoga Allah Ridho

Tak henti kehidupan ini memberi pelajaran bagi kita. Bahwa tidaklah kebahagiaan ada selain keimanan pada Allah telah benar. Betapa pergulatan terhadap kepentingan duniawi itu tak pernah habis rayuannya, hingga lupa akan  balasan terbaik yang ada di sisi Allah. Lelah benar sesungguhnya , mengayuh pedal berpacu dalam zaman yang penuh dengan euforia begini. Sulit mengeja maksud hati untuk apa kita mesti berbuat dan atas dasar apa  segala sesuatu hal itu mesti dilakukan. Ya Rabb...bimbing hati ini menuju Mu selalu !

Betapa rindu memiliki jiwa layaknya para sahabat, mereka yang rihlah dengan shalatnya dan ibadahnya pada Allah, sebab mahabatullah yang telah kentara membaluri diri mereka. Ya Rabb...bantu hamba bisa merasakan sedu sedan dalam menikmati kekhusyukan shalat bersama Mu !

Kehidupan nan singkat, dalam singkatnya waktu yang tersisa belum ada kontribusi bagi agama dan bangsa. Malu rasanya, sebab bakti pada orang tua, keluarga, dan masyarakat pun masih sekuku pun tidak. Ya Rabb...bantu hamba tuk Engkau pilih sebagai bagian dari jundi Mu  yang luas ilmunya, faqih agamanya,  tegar jiwanya, kokoh imannya, dan luas manfaatnya demi menyongsong peradaban yang didalamnya penuh akan  hamba-hamba yang teramat mencintai Mu lagi Engkau pun mencintainya.

Pedih benar rasanya jika Tuhan tak sudi membuat hati ini selalu mengingat-Nya. Kala kesibukan duniawi dengan kejam meracuni hati yang ingin dengan Rabbnya. Astaghfirullah, jangan lalaikan hamba dengan perkara dunia ini yang semestinya menjadi pelayan hamba menuju Mu ya Rabb. Apa pun itu, tawar semua racun itu Ya Rabb, hamba ingin kembali pada Mu, dengan hati yang tidak ada keindahan termegah selain Engkau.

Semoga fajar esok masih sudi hadir, mendampinginya hingga akan terbenam kembali bersama semangat tholibul ilmy, meraih kemanfaatan ilmu, menjemput takdir terbaik di dunia dan di akhirat. Allahu Akbar !!!

Semangat Belajar Hingga Renta

Ini kisah nyata, yakni cerita teman sekelas saya di SPs Pendidikan Fisika UPI yang sangat antusias dalam belajar. Usia beliau sudah setengah abad, tapi tidak pernah melunglaikan semangat belajarnya. Saya senanh banget sama beliau, melihat saat diskusi matkul  statistik begitu antusias menghitung ini dan itu, bahkan secara manual disaat anak-anak muda lain pake excel. MasyaAllah...

Makasih Bapak untuk inspirasinya hari ini !!!

Minggu, 23 April 2017

Pembelajaran Menyenangkan

Sejauh ini tampak gejala yang memprihatinkan pada diri peserta didik. Sebab pergi ke sekolah adalah hal yang bagi mereka amat menjemukan. Bisa jadi dulunya kita juga begitu semasa menempuh pendidikan dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi. Fase-fase belajar seolah keadaan yang menegangkan urat-urat saraf. Sebab di dalamnya ada tuntutan untuk mengejar nilai terbaik dalam bentuk nominal. Sehingga yang terekam dalam setiap memori peserta didik, sekolah adalah tentang meraih prestasi dalam bentuk angka. Maka mereka pun berjuang demi angka itu dengan makna belajar yang belum ditemukan.

Padahal setiap peserta didik memiliki potensi untuk suka belajar, tertarik terhadap ilmu pengetahuan, dan bergairah untuk memperolehnya. Sayangnya, cara-cara belajar yang membosankan dan strategi pembelajaran yang masih konvensional belum berhasil menghadirkan motivasi peserta didik dalam belajar. Membelajarkan peserta didik tidak hanya sebatas tranfer ilmu melainkan menjalin harmonisasi emosional dengan peserta didik. Sehingga pendidik dapat melakukan prediksi untuk pendekatan terbaik bagi setiap setiap peserta didiknya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Hibernasi

Bismillah...
Ya Rabb ridhoi hamba,

Hibernasi jiwa dari hiruk pikuk  membantu diri menguatkan pijakan menuju tujuan hidup.
Hibernasi hati dari riuhnya zaman membantu diri membersihkan niat.
Hibernasi akal dari kekacauan nalar membantu diri menemukan makna kehidupan sebenarnya.

Dari-Nya, karena Dia, dan untuk-Nya, demi ridho-Nya  serta syurga-Nya yang dijanjikan.

Dari hibernasi itu, kembali tertata rencana yang terarah.
Dari hibernasi itu, mulai menyoal semangat mencapai visi akbar.
Dari hibernasi itu, langkah-langkah menuntas impian dibakar harapan  nan menggelora.

Setelah hibernasi itu. Kembalilah menyegar dalam kebaikan, semoga dimudahkan untuk menjadi anak yang berbakti, lalu  impian pun  kian mendekat dalam keridhoan Allah,   karya-karya kian berkah, manfaat diri kian merebak indah, kontribusi bagi bangsa dan agama penyulut ghirah termegah.
Sebab kita tidak dapat mengukur rentang usia, hal ini menguat tekad untuk kembali menoreh tinta.
Di akhir menutup mata, yang terbaca hanyalah karya.
Di penghujung akhir hidup di dunia, masih penuh harap memiliki amal jariyah.
Saat setiap orang berkata 'innalillah...telah berpulang ke rahmatullah'. Mudah-mudahan nama pun diabadikan sejarah.
Allahumma amin ya Allah...

Hiii World, I'm Back !!!

Shohibul Qur'an

Malam di daerah ini  berbeda dengan malam didaerah asal perempuan itu. Dinginnya suhu bisa-bisa menusuk hingga ke tulang sumsum. Tepat usai maghrib, perempuan itu baru menyelesaikan tugas akademiknya dari kampus. Menempuh program magister itu agaknya berbeda ritme dengan menyelesaikan program sarjana. Hari itu sangat melelahkan baginya, tumpukan jurnal internasional yang harus diterjemahkan dan dipahami untuk tesisnya, ditambah tugas-tugas kuliah yang mesti diselesaikan dengan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan inovatif. Apalagi minggu-minggu itu adalah titik koordinatnya berada di posisi musim UTS. Membuat urat-urat sarafnya menegang, mudah-mudahan aman-aman saja.

Syukurnya, kepenatan perempuan itu sekejap meringan ketika menyimak lantunan tilawah yang bersumber dari kamar kos berdekatan dengan kamarnya. Setiap malam selalu ada jiwa wanita itu ada , dan tilawah itu diputar secara live dari rongga mulut  bukan dari hp atau laptop. Damai dan hanyut dalam ketentraman jiwa menyimaknya.  Perempuan itu Qadarullah  memiliki teman satu kos seorang ummahat (ibu-ibu muda dengan 1 orang anak yang berusia 4 tahun). Sering dipanggil Ummu Aisyah.

Pernah suatu ketika, perempuan itu berdialog banyak  dengan Ummu itu. Bercerita * panjang kali lebar = luas* tentang pengalaman hidupnya Ummu. Perempuan itu takjub akan Ummu, yang istiqamah bisa tilawah hingga sangat larut malam. Oh ya, Ummu adalah ibu-ibu muda hebat dan tangguh  tengah menyelesaikan program doktoralnya. Karena rumah Ummu sekitar 7 jam dari kawasan kampus ke  rumahnya (ada suami, anak, dan keluarga). Lantas  beliau riweuh (repot) jika harus pulang pergi, maka ummu memilih ngekos selama 3 hari di kawasan dekat kampus.  Ngekos bersama perempuan itu.

Dialog pada suatu malam...

Perempuan itu: Ummu kenapa bisa betah tilawah dari usai maghrib hingga jam 00.00 ?

Ummu: *tersenyum simpul*  (menyejukkan pisan  memandangnya), sebenarnya  Ini mah hikmah setelah menikah, sebelumnya (saat masih akhwat) belum sanggup juga. *sambil tertawa sederhana* (tapi perempuan itu memasang wajah kepo maxi).  Begini, Bila  dirumah adakala  saya menunggu suami pulang lembur dari kerjanya.   Saya mah selalu ingin  bisa menyambutnya dengan wajah yang menyejukkan saat ia pulang ke rumah.  Maka, saya pun tidak  tidur (bisi/takut wajahnya jadi acak-acakan) dan menunggunya pulang sambil tilawah. Dengan penuh harap dan berdo'a pada Allah, dengan tilawah ini  Allah memberikan  keberkahan bagi rizki suami yang tengah diikhtiarkannya dengan lembur itu. Karena bekerja di kawasan yang sangat riskan akan goncanhan.  Maka saya memaksa diri untuk lembur mendo'akannya, dengan tilawah. Awalnya berat  tapi saat sugesti lebih mendominasi maka insyaAllah menjadi ringan. Alhamdulillah....

Perempuan itu: MasyaAllah teh !!!*sambil ngelap ingus, terharu* (masih ada se akhir zaman ini Ibu-ibu hebat yang dapat diteladani, gumamnya dalam hati).

Ummu: Neng (dik) , masa sih...katanya pengen  dan rindu pisan (banget) ketemu Rabbnya tapi gak betah lama-lamaan sama media (al-Qur'an) yang mampu menguatkan kesabaran atas rindu itu. Bila hati itu benar-benar serius ingin bertemu dengan Rabbnya dalam keridhoan-Nya, otomatis waktu-waktu bersama al-Qur'an (menghafal, muraja'ah, tilawah, tadabbur) akan menjadi momen candu berkepanjangan. Saat hati telah terbenam dalam kekhusyukkan bersama surat cinta-Nya kita bisa menangis sendu saat membaca ayat-ayat ancaman-Nya, lalu bisa senyum-senyum sendiri saat baca ayat-ayat kabar gembira. Aiihh, nikmat lah pokoke. *Ummu pun menggenggam tangan perempuan itu*

Perempuan itu: Teeeh....aku mau bisa seperti teteh. Gimana caranya ?

Ummu: Yah atuh neng, tinggal dilakuin aja. Yakini pertemuan dengan Rabb yang neng rindukan itu, lalu bayangkan al-Qur'an yang setia dibersamai itu kelak akan menjadi hujjah untuk neng dimuliakan Allah di yaumul akhir.

Perempuan itu: Ai (kalo) suami teteh kerja nya apa, kok riskan, horor aku mah dengernya ? *nyengir*

Ummu: Apa yaaah, hahaha. *akhirnya ummu ketawa* sebagai pembela kaum yang terdzalimi, Neng. Dalam ikhtiar menegakkan keadilan di muka bumi.

Perempuan itu:  Widiih, berat mah teh, tapi Teteh ih, aku mah gak ngerti. Asa (seperti) masih blur di pengetahuan aku profesi yang ke gituan. Gak bole tahu ya teh? Ya udah gak papa. *nyengir lagi*

Ummu: Suami teteh eta (itu)  teh seorang pengacara.

Perempuan itu: *agak menganalisis*

Ummu: Aya naon (ada apa) neng? Kebayang advokat yang suka  menghalalkan segala cara, menyuap hakim, menyuap jaksa, demi kemenangan klien? atau advokat yang doyan berdebat di Indonesia Lawyers Club? atau advokat yang selalu mencari sensasi di dunia maya sebab  aduan dari klien yang mulai sepi ?. *Ummu senyum lagi*

Perempuan itu: punten (maaf)  teh, yang banyak kelihatan begitu. Maklum aku mah rada kudet dengan dunia persilatan keadilan dunia *rada lebay*

Ummu: *ketawa yang ini lebih gurih*. Hayu atuh neng, pola pandangnya  diperluas. Masih ada advokat yang sholih kok di muka bumi ini. InsyaAllah, teteh mah yakinnya sama Gusti Allah weh (aja). Semoga Allah jadikan suami teteh advokat  yang berperan sebagai  pembela kaum miskin dan marginal yang haknya telah terlanggar oleh para penegak hukum yang ceroboh. Coba atuh Neng, Siapapun kita  gak seneng kalau  haknya terampas hanya karena difitnah  telah melakukan tindak kejahatan dengan bukti palsu, di buat-buat.   Apa Neng suka, ada keluarga atau kerabatnya  divonis  bersalah  sebelum  ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap ? Kan, setiap orang sama di hadapan hukum serta berhak mendapatkan bantuan hukum di negri ini, Neng.  Hadueuh, kenapa dari pembahasan Qur'an sampe ke dunia hukum ie (ini). *Ummu mulai bergeliat unik*

Perempuan itu: Iya teh. Aku mah masih butuh banyak belajar teh. Kan keseringan sama dunia sains teh. Teteh, hatur nuhun pisan (makasih banyak)  ilmunya malem ini. Do'akan aku ya teh, bisa kek teteh. Istiqamah jadi shohibul Qur'an. Mau nugas lagi. Punten, mengganggu ya teh. Soalnya penasaran aku mah sama teteh. *nyengir gak jelas*.

Ummu:  Hayu atuh, suka main-main ke kamar. Cerita yang gak penting  gak perlu direnungi pisan nyak (ya). Aamiin, insyaAllah. Sukses dan berkah ya Neng nugasnya.

Lalu Ummu pun masih  melanjutkan tilawahnya dan perempuan itu kembali berkutat dengan layar LCD.Karena malam mulai larut dan perempuan itu mesti menyelesaikan tugas untuk besok. Maka ceritanya berakhir sampai disini.

^_^

Shalat

Wanita itu menyapaku dengan salam sepulang dari mesjid deket kosan kami. Dia selalu begitu, setahuku shalat 5 waktunya ditunaikan di mesjid dan tepat waktu. Baik selama di kos, kampus, atau perjalanan. Pernah suatu waktu aku bertanya padanya,

Aku : ukh, kenapa kok shalatnya gak di kosan aja. Kan di kosan kita juga bisa berjama'ah. Wanita itu kan  sunnahnya di rumah. Agar tidak ada fitnah. Bener gak sih, aku pengen tahu nih.

Dia: Khoir...aku setuju. Tapi karena aku sayang ukhti krna Allah, maka aku ingin kita bersama dapat pahala melangkah kan kaki menuju mesjid. Bukan di kosan.

Aku: *masih belum tercerahkan*

Dia: Ukh, sudah nonton video ust.Adi Hidayat gak? Tentang penjelasan wanita yang terpaut hatinya di mesjid itu tidak ada masalah, terkhusus  bagi wanita/akhwat yang belum memiliki tuntutan lebih di rumah alias singgle Lillah , belum bersuami dan belum punya anak-anak yang mesti urusin.

Lalu tentang fitnah?, pakai masker aja ukh kalau belum mampu menggunakan cadar. Kini selain semerbak muslimah bercadar, juga lagi berkecambah muslimah bermasker. *dengan seulas senyum* Nanti sesampai di mesjid dibuka ukh. Kan hijab di mesjid deket kosan kita terjaga apik. Ya toh?

Aku: *angguk-angguk*. Motivasi kuat kamu apa sih, kok ditekadkan banget shalat di mesjid tepat waktu.

Dia: Ukh, salah satu amalan yang Allah cintai adalah shalat tepat waktu. Jika Allah yang mencintai kita, maka tidak lah lagi kita butuh cinta selain cinta dari-Nya.

Aku mah hanya  hamba dhoif nan tertambat dosa, maka aku  ingin satu langkah menuju mesjid mampu menghapuskannya dan aku ingin Allah muliakan maka semoga satu langkah menuju mesjid akan mengangkat derajatku di sisi Allah. Aamiin

Berjamaah, jangan tanya lagi yang ini....Nanti kalau masuk mesjid ada hal yang aku  dambakan. Yakni mendapat rahmat, dan jaminan do'a nan mustajab . Sebab ketika seorang hamba menuju mesjid untuk shalat berjama'ah lagi sebelumnya ia berwudhu. Saat memasuki rumah Allah dengan kaki kanannya lalu memanjatkan doa masuk mesjid, seketika itu pula  para Malaikat akan meminta pada Allah..."Ya Rabb istajab do'anya, istajab do'anya" Lalu sepanjang waktu di dalam mesjid para malaikat pun memohonkan ampunan atas hamba tersebut kepada Rabbnya. Aduhai, nikmatnya bisa begini lima waktu kan ya?

Ini bukan cerita kosong ukh, saya gak bisa melafalkan hadistnya dengan terang dan detail sebagaimana aslinya beserta periwayatnya. Tapi intinya begitu dan hadistnya shahih, insyaAllah. Atau boleh ukhti cari lagi referensinya. Bisa jadi saya belum sempurna pemahamannya.

Aku: Widiih keren, keren ....Mmhhh.

Dia: masih mikir yak? Ukh, tahu gak? Gak tahu kan ?, haha...gini nih, Semangat ibadah wanita sholihah semasa singgle Lillah akan berdampak pada jiwa anak yang dilahirkannya kelak. Mudah-mudahan kelak Allah percayakan bagi kita  untuk memberikan bagi peradaban ini  generasi yang hatinya terpaut ke mesjid. Generasi yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka...

Aku: Allahu Akbar !!! Berat ih, *ngakak* khoir...khoir ...mulai besok kalau mau ke mesjid, jangan lupa ketuk pintu kamar ku yak...

Dia: insyaAllah...

*penggalan cerita perjalanan sahabat syurga yang tengah meniti karir menuju Ratu Sejagad  Bidadari Syurga*

^_^

Galau

Suatu ketika ada yang jerit-jerit keluar dari kamarnya menuju kamarku...

Dia : huaaa...hks-hks... Aku GALAU !!!

Aku : kamu ternyata bisa galau juga. Gak nyangka ! Kenapa ukh?

Dia  : 1 bulan ini aku padat banget nugas, huhu. Jadi aku gak maksimal muraja'ah, trus  saat mengulang lagi udah banyak yang lupa. Astaghfirullah !! Aku galau banget.. *sambil pukul-pukul bantal*

Aku. : *bengong *

Galaunya para shohibul Qur'an agak aneh. Katanya hilangnya hafalan itu  lebih sakit dari sakitnya patah hati. Satu hari gak muraja'ah itu hampir setara dengan habis dosis untuk hidup tenang.

Waktu bersama al-Qur'an adalah waktu berharga yang hanya bisa dibeli oleh orang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang tergiur akan pesona Syurga berserta isinya.

Orang kaya tidak akan mampu membeli waktu bersama al-Qur'an, Orang sukses dan hebat dimata manusia pun sangat susah membeli waktu bersama al-Qur'an. Namun waktu bersama al-Qur'an hanya mampu dibeli oleh orang-orang beriman dan teguh pada keimanannya. Bahwa kebersamaan bersama al-Qur'an itulah yang menjadi sebab keberkahan hidupnya, sebab rahmat Allah turun bahinya, sebab baginya untuk dimuliakan Allah, dan sebab untuknya mendapat syafaat pada yaumul akhir.

Semoga kita selalu menjadikan waktu bersama al-Qur'an adalah waktu prioritas. Semoga Allah mudahkan jika kita telah memasang tekad yang kuat untuk menghiasi hari-hari bersama al-Qur'an.

Kemiskinan yang sesungguhkan bukanlah miskin harta tapi kemiskinan tekad untuk meraih kemenangan atas tujuan yang hendak dicapai. Semoga Allah kayakan hati kita semua dengan iman dengan itu tekad bersama Qur'an kian mengkristal.

Dear Para Pendo'a

Dear para pendo'a...yang merindukan ijabah do'anya.

Yakinlah Allah selalu ada pada hamba yang meminta pada-Nya. Setiap do'a yang dilangitkan ada waktu terbaik untuk di ijabah.

Ada do'a yang dipinta langsung Allah berikan, maka istighfarlah. Sungguh Iblis pun pernah meminta pada Allah untuk ditangguhkan hidupnya maka seketika Allah ijabah. Maka khawatirlah jika do'a yang dipinta seketika diberikan. Boleh jadi itu ujian ! Semoga hati tak jadi sombong.

Ada do'a yang Allah tunda sampai batas waktu terbaik. Sebab Allah Maha Mengetahui perkara-perkara hamba-Nya dan setiap keadaan yang ada. Allah senang dengan rayuan-rayuan hamba-Nya itu  dan ingin hamba-Nya terus dalam pinta pada-Nya. Selama do'a itu ditunda sebanyak itu pula pahala yang diraih di sisi Allah. Layaknya kalimat dari Umar ra "Aku tidak khawatir jika do'aku tidak dikabulkan, namun yang aku khawatirkan jika aku tidak mendapat hidayah untuk terus meminta pada Allah"

Ada do'a yang diberikan tapi  tidak seperti apa yang diminta. Sebab Allah Yang Maha Baik hendak menjauhkan hamba itu dari keburukan keinginannya sebagai makhluk yang dhoif lagi tak mengerti apa-apa. Layaknya  kalimat dari Ali ra  "Jika Allah mengabulkan do'a ku maka aku senang 1x tapi jika Allah tidak mengabulkan maka senang 10 x karena yang pertama adalah pilihanku namun yang kedua adalah pilihan Allah"

Ada do'a yang Allah berikan di akhirat kelak. Sungguh apa yang di sisi Allah itu lebih baik. Itulah balasan terbaik dan tidak ada lagi yang lebih baik selain yang terbaik dari sisi Allah.

Berdo'a itu bukan untuk mendapatkan yang dibutuhkan kepada Allah, namun berdo'a itu merayu Allah dalam bincang mesra agar Allah ridho terhadap apa yang Dia berikan pada hambanya yang meminta itu.

Jangan putus berdo'a dan yakinlah do'a itu pasti di ijabah Allah !


Pengiring Impian

Bila memang hidup ini adalah medan laga untuk menjadi pemenang, maka di awal takdirnya kita ada di kehidupan dunia ini telah menjadi pemenang, bukan? Setiap diri itu telah berhasil berkompetisi dengan diri-diri yang lain untuk menjadi pemenang lahir ke dunia ini. Ini memang falsafah yang klise, tapi dari kesadaran ini memberi asupan sugesti bagi diri fitrah manusia itu adalah jiwa seorang pemenang.

Bagaimana dengan memenangkan impian? Hhmmmm, orang-orang hebat yang namanya berhasil ditoreh dalam tinta sejarah adalah bagian dari mereka yang berhasil menjadi  pelestari impian. Begitu lemahnya gerak menuju kontribusi-kontribusi besar itu jika tidak di awali dari blueprint impian seseorang. Lantas memenangkan impian itu adalah seni  menata pikiran, mengendalikan emosi,  memancang tekad, serta merumuskan strategi. Tidak mudah memainkan seni itu, namun akan menjadi indah dengan pengiringnya, yakni kedekatan dengan Tuhan.

Impian setiap kita adalah beragam. Sebab ia semacam  hasrat yang benar-benar diinginkan, dan apapun kondisinya harus terwujud. Kita mengerti bahwa rasa ingin setiap manusia itu tidak sama. Ada yang memiliki pencapaian menjadi orang sukses di bidang tertentu, ada yang memiliki pencapaian mendapatkan sesuatu, ada pula yang memiliki pencapaian untuk memberikan kontribusi demi misi kemanfaatan dirinya sebagai makhluk sosial, bahkan ada yang memiliki pencapaian tidak sebatas limit hidup di dunia melainkan hingga di kehidupan setelah dunia ini binasa.

Terlepas dari semua aneka impian itu, yang paling mendasar darinya adalah pengiring apa yang digunakan untuk memenangkan impian yang ingin ditaklukkannya itu. Sebaik-baik pengiring adalah kekuatan besar dari Rabb Alam Semesta sebagai muara dari sebab mengapa kita harus memiliki impian itu. Dengan pengiring ini akan memaksa sang pemenang impian itu terus berada dalam amalan-amalan yanh membuat Rabbnya ridho padanya. Karena ia sadar bahwa tanpa Rabb nya itu maka takkan pernah mampu ia mencapai sebaik-baik jalan dalam meraih apa yang ia impikan. Pada akhirnya,  sang pemenang impian pun selalu mengorelasikan segenap jejak perjalanan yang ditempuh dengan rambu-rambu yang telah Dia tetapkan. Jadilah baginya, al-Qur'an itu sumber amunisi dan petunjuk terbaik dalam perjalanannya.

Bila pengiring dari impian itu telah dibakukan. Semoga semua menjadi lebih mudah dan terarah. Jangan lupa jadikan kontribusi sebagai bagian dari impian itu. Disanlah pembeda orang hebat berjiwa besar dan orang hebat yang berjiwa kerdil. Yakni dari kontribusinya. Jadi teringat dengan kisah biografi BJ. Habibie,  beliau hanya tidur maksimal hanya 1-2 jam sehari selama 2 bulan hanya untuk memikirkan nasib bangsa ini. Memikirkan perihal  kontribusi.   Lalu kisah Sahabat Umar bin Khaththab ra  ketika ditanya perihal waktu istirahatnya, beliau menjawab bahwa waktu siang itu untuk bekerja melayani para hamba Allah (saat beliau menjadi khalifah) dan malam hari waktunya untuk berkhalwat kepada Allah. Artinya beliau hanya menyisakan sedikit sekali waktu untuk tidur. MasyaAllah....

Jadilah pemenang ! Capai impian ! Bisa ! Allahu Akbar !!!

Selasa, 18 April 2017

Akhir Zaman

Akhir zaman tidak meminta kita untuk sekedar  kuat intelektual, namun pondasi utamanya  kokoh spritual.
Orang yang cerdas secara spiritual akan mendapatkan anugrah kecerdasan intelektual serta emosional. InsyaAllah...

Akhir zaman ini bukan lagi cerita perpecahan, namun mengkronstruksi satu visi dan melangkah dalam derap-derap misi terarah dan strategis menuju kesuksesan bersama menuju syurga tertinggi di sisi-Nya yang dirindukan.

Akhir zaman ini adalah periode setiap muslim untuk menguatkan pijakan tauhidnya menyongsong goncangan dan rintang nan bertubi-tubi datang pada waktu yang ditetapkan-Nya.

Akhir zaman ini adalah era setiap pemuda muslim untuk berjuang melawan kebodohan, memberangus kemaksiatan, dan menjadi sebaik-baik shohibul Qur'an. Karena kawula muda adalah aset utama energi masif membangun peradaban yang Allah ridhoi.

Fokus pada Allah, fokus pada visi besar dan mulia, fokus untuk kontribusi pada bangsa dan agama. Jangan terlena oleh perkara remeh temeh. Jangan tergoda oleh latar belakang dunia nan fatamorgana. Tuju pandangan jauh kedepan pada wajah Rabb Maha Mulia yang dirindukan pagi, siang, dan malam. Walau Dia tak dapat terlihat kini, yakinlah Dia menyaksikan dan Maha Mengawasi.

Jadilah cahaya yang memberi penerangan, jadilah mata air yang menyejukkan. Hanya bersama Allah diri akan mendapat sumber kekuatan besar. Allahu Akbar....

*Menunjuk diri sendiri yang tengah menghadapi UTS, mohon didoakan. Semoga semangat tak terkikis badai dan ombak yang menerjang. Allahu Akbar !!!

15:58_17-04-2017 @Bandung 
©SN

Minggu, 16 April 2017

DOA EMPAT RIBU TAHUN

Oleh: @salimafillah

Doa itu, doa yang berumur 4000 tahun. Ia melintas mengarungi zaman, dari sejak lembah Makkah yang sunyi hanya dihuni Isma’il dan Ibundanya hingga saat 360 berhala telah menyesaki Ka’bah di seluruh kelilingnya. Doa itu, adalah ketulusan seorang moyang untuk anak-cucu. Di dalamnya terkandung cinta agar orang-orang yang berhimpun bersama keturunannya di dekat rumah Allah itu terhubung dan terbimbing dari langit oleh cahayaNya.

“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan di antara mereka seoran DOA EMPAT RIBU TAHUN g Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaqksana.” (QS Al Baqarah [2]: 129)

“Kata adalah sepotong hati”, ujar Abul Hasan ‘Ali An Nadwi, maka doa adalah setetes nurani. Ia disuling dari niat yang haru dan getar lisan yang syahdu. Ia dibisikkan dengan tadharru’ dan khufyah; dengan berrendah-rendah mengakui keagungan Allah dan berlirih-lirih menginsyafi kelemahan diri. Dalam diri Ibrahim, kekasih Ar Rahman itu, doanya mencekamkan gigil takut, gerisik harap, dan getar cinta.

Maka dari doa itu kita belajar; bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat sebuah munajat dijawab, melainkan seberapa lama ia memberi manfaat. Empat ribu tahun itu memang panjang. Tapi bandingkanlah dengan hadirnya seorang Rasul yang tak hanya diutus untuk penduduk Makkah, tapi seluruh alam; menjadi rahmat bukan hanya bagi anak-turunnya, tapi semesta; membacakan ayatNya bukan hanya dalam kata, tapi dengan teladan cahaya; mensucikan jiwa bukan hanya bagi yang jumpa, tapi juga yang merindunya; dan mengajarkan Kitab serta Hikmah bukan hanya tuk zamannya, tapi hingga kiamat tiba.

Dari doa itu kita belajar; bahwa Allah Maha Pemurah; tak dimintaipun pasti memberi. Maka dalam permohonan kita, bersiaplah menerima berlipat dari yang kita duga. Allah Maha Tahu; maka berdoa bukanlah memberitahu Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra, agar Dia ridhai untuk kita segala yang dianugrahkanNya.

Sabtu, 15 April 2017

Bunyi

Mau coba?
Letakkan gelas kaca yang tipis tepat di depan amplifier suara yang memiliki kekuatan lebih dari 100 dB. Perhatikan apa yang terjadi !

Bagi yang melakukan mudah-mudahan akan mendapatkan gelas kaca itu pecah. Hhhmmmm....
Mengapa? Karena sejumlah energi yang dibawa oleh gelombang bunyi tersebut dihantamkan pada gelas, sedemikian sehingga memberikan impuls pada gelas sehingga gelas pun dapat retak atau pecah.

Betapa baik kita ulas, filsafat sains (cabang filsafat umum) serta korelasi terhadap teologis (cabang metafisika, filsafat khusus) dari fenomena bunyi tadi. Bagi yang mau mikir-mikir atau yang suka merenung.

Tetiba, hal Ini terfikirkan oleh saya, ketika salah seorang dosen menceritakan kemenakjuban  atas dunia fisika di kelas , tepatnya ketika salah seorang teman mempersentasikan media pembelajarannya terkait  materi bunyi. Dari penjelasan-penjelasan itu saya jadi merenung diam-diam Bahwa sesuatu yang tidak terlihat itu selalu memiliki makna misterius, lantas fisikawan lah satu-satu personal yang rela menelaahnya. Fisikawan adalah profesi yang menurut kalangan awam adalah profesi orang yang kurang kerjaan. Karena pekerjaannya  selalu berkutat pada hal yang menurut mereka tidak penting, contoh menghitung variabel-variabel pada kelapa yang jatuh. *ya kan?* Padahal dari penelaahan gejala kelapa jatuh itulah hadirnya beragam teknologi mutakhir saat ini. Pada gejala sederhana itulah dirumuskan mengenai  hukum alam (gravitasi) yang pada akhirnya dapat direkayasa menjadi formulasi tertentu untuk diterapkan pada pemanfaatan spesifik, Seperti merancang kecepatan satelit. Hebat bukan? Hhhmmm. Ketahuilah jika seseorang tidak mampu menguasai bahasa penalaran/inferensi logika (otak-atik rumus) maka tak akan  mampu meneruskan hasil observasi dari gejala alam yang di amati menjadi produk yang dapat dinikmati manfaatnya.

Seperti halnya bunyi, bentukan dari getaran yang merambat melalui medium. Sumber getar, medium, boleh dikatakan  efek getar dan adanya medium hasilnya bunyi. Saya hanya kagum dengan Tuhan yang mendesain hukum alam (gejala fisis alam)  ini. Dengan segenap  ketetapan-Nya atas hukum  alam ini, membuat manusia dapat memanfaatkannya melalui  rekayasa variabel hukum alam untuk kelangsungan hidupnya. Contoh: untuk mengukur kedalaman laut, mendeteksi janin dalam rahim, mendeteksi keretakan logam, dan paling penting adalah untuk berkomunikasi. Sayang manusia itu sedikit sekali yanh bersyukur atas karunia hukum alam yang Allah tetapkan.

Namun, maksud saya menerangkan pengalaman kuliah mengenai konten bunyi bukan sebatas itu, disamping hadir kekaguman kepada Sang Pencipta juga mengadirkan  keyakinan bahwa kehancuran alam semesta ini sangat logis dapat  dilakukan-Nya  hanya  dengan tiupan trompet  sangkalala Malaikat Israfil saja (memanfaatkan gejala gelombang bunyi) yang bisa jadi kekuatan bunyinya entah berapa desibel.  Semua mudah bagi Allah bukan? Jadi teringat dengan nasihat satu ini.

Rasulullah  bersabda:

كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ
“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke mulutnya. Dia memasang pendengaran untuk diijinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahid (pendukung)nya dalam Ash-Shahihah no. 1079)

Semoga kita tersadarkan...

Atas segala sesuatu yang Allah ciptakan, termasuk hukum alam, sebenarnya  membantu setiap manusia yang mau berfikir itu sadar bahwa dirinya terhadap jagad raya ini bagaikan quark atom terhadap manusia itu sendiri. Kecil dan tidak ada apa-apanya? Coba nonton "powers of ten" di youtube.

Allah SWT berfirman:

ءَاَنْتُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمِ السَّمَآءُ   ؕ  بَنٰٮهَا 
"Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?"
(QS. An-Nazi'at: Ayat 27)

Maha Besar Allah atas segala yang Dia adakan di alam semesta ini.

Allah SWT berfirman:

مَا لَـكُمْ لَا تَرْجُوْنَ لِلّٰهِ وَقَارًا 
"Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"
(QS. Nuh: Ayat 13)

Atas alasan apa manusia itu tidak mau tunduk pada Rabb Alam Semesta? Sebab mereka tidak meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya.

Allah SWT berfirman:

اَ لَاۤ  اِنَّهُمْ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْ لِّقَآءِ رَبِّهِمْ  ؕ  اَ لَاۤ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطٌ 
"Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu."
(QS. Fussilat: Ayat 54)

Namun  mereka yang meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya akan semakin merinding atas hamparan ayat-ayat kauniyah-Nya yang dalam ilmu fisika/sains  dapat ditelaah melalui bahasa penalaran (inferensi logika) atau pun secara langsung.

Allah SWT berfirman:

سَيَذَّكَّرُ  مَنْ يَّخْشٰى
"orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,"
(QS. Al-A'la: Ayat 10)

Maka dari segenap perjalanan renungan di kelas saat kuliah, saya selalu banjir akan  ketakjuban pada-Nya. Fabiayya alaaa iRobbikuma tikadzdzibaan? Jika melanjutkan studi hanya untuk nilai dan gelar   itu mudah namun belum tentu berkah, tapi  jika kuliah mengejar berkah dan ridho Allah, insyaAllah semua perkara kuliah (tugas, ujian, tesis) akan jadi mudah dan penuh  hikmah.

©SN
6:07_16-04-17
@Bandung

Kamis, 13 April 2017

Perjalanan Bersama al-Qur'an

Bismillah....
Ya Rabb ridhoi hamba,

Waktu bersama al-Qur'an itu mahal, sebab orang paling  kaya sekalipun tak mampu mengambilnya. Hanya orang yang memiliki kekayaan iman yang berhasil membersamai hidupnya dengan al-Qur'an. Berupaya menjaga dalam hati, lisan, dan amal di setiap saat.

Bagi mereka yang rindu bertemu Rabbnya, al-Qur'an adalah petunjuk terpenting agar rumitnya jalan di labirin kehidupan ini dapat ditelusuri dengan aman, tenang, dan terarah hingga selamat di kampung halaman, syurga.
Bagi mereka yang mendambakan keridhoan Rabbnya, bersama al-Qur'an menjadi kebahagiaan  yang dijaga pagi, siang, hingga malam. Hasrat untuk selalu diperhatikan oleh Rabbnya, memantik rindu berkepanjangan untuk hidup di bawah naungan al-Qur'an.
Bagi mereka yang berjuang untuk mencari keridhoan Rabbnya, menghafal al-Qur'an adalah harga mati agar Rabbnya memuliakannya atas   impiannya tuk menjadi panglima besar pengusung peradaban yang berada dibawah panji tauhid. Peradaban Dunia yang isinya adalah hamba-hamba yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka.

Jika ingin merasakan perjalanan penuh cinta, maka perjalanan itu adalah perjalanan bersama Al-Quran. Darinya kita akan belajar untuk mencintai apa yang semestinya dicintai dan apa yang mestinya ditinggalkan.

Allah SWT berfirman:

وَمِنَ  النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ  ؕ  وَ اللّٰهُ رَءُوْفٌ ۢ بِالْعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 207)

*Mudah-mudahkan dapat mengamalkan apa yang sampaikan, hanya hamba dhoif yang tengah ikhtiar tuk  dicintai al-Qur'an

SN_6:28, 14-04-17
@Bandung

Selasa, 11 April 2017

Hai....

Hai.....
Kepada yang terbaik dari sisi Tuhan ku Yang Maha Baik.
Yang tengah di-jeda demi sebaik keadaan yang ada.
Dalam jeda itu pula, renungan dan hikmah kian menyoal tuk menguatkan keyakinan, memperbaiki niat, dan merancang  sebaik-baik jalan cerita yang akan dilalui.

Barusan kembali melihat persinggahan euforia kerabat yang baru merayakan cintanya. Mungkin, Mereka  baru bisa menemukan bahagia dengan cara begitu atau mereka ingin yang lain tahu bahwa mereka tengah merayakan bahagia yang baru ditemukannya itu.  Merealisasikan ilusi yang sempat dipelihara. Membuat nyata yang dulu hanya fatamorgana. Maka Tampaklah sudah kini pada mereka foto-foto 'pacaran halal' berkeseliweran dibeberapa medsos yang sebelumnya hanya berisi unggahan tausiyah, motivasi, atau semangat pembakar ruhy. Alhamdulillah, melalui mereka ketangkasan hati semakin terasah untuk menemukan hakikat jawaban , Apakah yang 'sedemikian' itu penting? Atau hanya sebatas nafsu untuk mendapat pengakuan publik? Jika memang untuk memotivasi yang lain, mungkin  belum mengenai esensinya sebab memotivasi tidak melulu dengan cara menampakkan puitisasi serta euforia 'itu'. Memotivasi terbaik bisa jadi dengan menunjukkan kontribusi nyata, karya, dan manfaat raya kepada sesama setelah mengkonstruksi dua hati menjadi satu rongga cinta. Entahlah....

Terlepas dari semua itu, dari semua niat mengapa mereka mesti menontonkan bahagianya, terlepas dari segenap euforia itu, terlepas dari rasa ingin bisa seperti 'itu', terlepas lah dari segala kesemuan niat. Jeda semakin membuat kematangan berfikir kian baik, dari sana hadir kesadaran akan kekeliruan yang pernah dipelihara asumsi. Bahwa, setelah menikah hal yang harus dilakukan bukan memamerkan apa yang tengah dirayakan bersama melainkan mempersiapkan sebaik amunisi untuk tantangan yang akan dihadapi. Memperbanyak baca buku, meluaskan khazanah, membuhul erat keimanan, merumuskan bersama visi dan misi kedepan, saling menguatkan komitmen untuk menyelesaikan amanah bersama dengan sebaik-baik cara. Banyak sekali perihal penting yang sering diabaikan bagi mereka yang terlalaikan oleh euforia. Sehingga tepat selepas ilusi itu sirna barulah tatapan jiwa tersentak oleh kenyataan bahwa kebersamaan bukan sekedar merawat suka gembira melainkan sekaligus menikmati duka luka nelangsa demi Ibadah kepada-Nya.

Selepas ikrar yang menggetar 'Arsy-Nya  maka saat itu pula masing-masing amanah berat akan saling dipikul demi mencapai ridho-Nya. Percayalah, menikah bukan tentang bahagia. Bukan...bukan...sekali lagi bukan !!! Tapi menikah adalah seni menemukan bahagia dengan cara sederhana dalam suka maupun duka demi Ibadah, demi ridho-Nya dan syurga-Nya. Sebab dunia ini hanya kesementaraan, lantas durasi singkat di dunia ini amat menentukan kedudukan kita di Yaumul Akhir. Inilah yang membuat ghirah (semangat) kebersamaan itu tidak hanya tentang kita berdua, tapi tentang kehadiran kita berdua yang mampu memberi kontribusi bagi peradaban emas bangsa dan agama. Berat bukan? Oleh karena itu, betapa tega jika kelak, kita berbuat sebagaimana mereka yang belum menyadari itu berbuat yakni menunjukkan betapa bahagianya menikah itu. Bagaimana dengan itu, akan ada dari mereka yang menjadi salah niat, bagaimana dengan itu akan ada   dari mereka yang hanya memikirkan perihal menikah adalah perkara bahagia. Kita telah mendzalimi perasaan segenap mereka yang tengah berjuang menjaga. Kita telah mendzalimi hati mereka yang tengah merawat luka. Kita telah mendzalimi jiwa  mereka yang tengah hampa.  Jangan...jangan....sekali-kali jangan begitu.
Kelak kita akan sembunyikan  foto-foto mesra ditaman itu kan? Lalu dibuka kembali saat perayaan pernikahan kita yang ke puluhan tahun sekian, dikenang berdua tanpa ada perlu yang tahu bahwa kita selalu setia merayakan bahagia walau dengan cara yang sederhana. Biarkan karya, kontribusi, dan manfaat  kita yang mereka nikmati kelak dari sekedar unggahan foto-foto yang dapat menimbul persepsi yang berbeda bahkan bisa melukai perasaan setiap diri yang tengah berjuang.

Hai...
Kepada yang tengah dirahasiakan langit.
Kepada hati yang rindunya mungkin serupa.
Kepada do'a yang setia untuk dipertemukan.
Dalam jeda itu pula, kepasrahan berada pada Sandaran terbaik. Walau ingin tak menyerupa nyata tapi ingin-Nya pasti akan   membuat diri  takjub dan melafadzkan tahmid.

Percayalah, adanya aku karena kau pun ter-takdir-kan ada. Namun kita tidak dicipta untuk perkara sepele tentang permainan di dunia. Melainkan dengan tujuan yang hebat, tujuan yang terarah, dan penting.  Kesadaran ini mudah-mudahan mampu  terus melatih mujahadah agar berpacu menuju sekuat-kuat keimanan, sebaik-baik penghambaan, sehebat-hebat amalan yang Allah suka, sebanyak-banyak do'a di waktu mustajab. Sehingga titik temu kelak adalah puncak terbaik kondisi diri dalam penilaian-Nya dan posisi kemuliaan terbaik di sisi-Nya. Entah bertemu kini, esok, atau kelak tidak lagi menjadi perkara yang meresahkan. Tapi keresahan saat ini apakah diri sudah berada di kondisi terbaik dalam penilaian-Nya dan posisi kemuliaan terbaik di sisi-Nya?

Hai....
Kepada yang tengah berjuang.
Dalam jeda sesaat itulah debaran harap harus divibrasikan selaras ketaatan.

Selayaknya kalimat yang tenar di sebuah novel "cinta itu bukan dicari tapi ditumbuhkan". Kalimat pamungkas yang memangkas alasan-alasan menerima karna cinta dan menolak sebab tak ada rasa. Bila alasan mencinta karna pandangan mata bukan dari pandangan iman, alangkah liar pandangan itu yang sewaktu-waktu bisa ke lain rupa, ke lain tahta, ke lain kota. Sifatnya cepat luntur seiring habisnya masa nan fana. Beruntung jika alasan mencinta karena menilik dari kedalaman iman sebab ketaatan pada-Nya. Jika seseorang itu mencintai Allah maka ketaatan pada Rabbnya cukup sebagai sebab ia jatuh cinta.  Untuk sederajat kehidupan setelah menikah posisi ketaatan semacam kewajiban untuk menyelimuti yang mereka bilang cinta, dari sana akan lahir kemuliaan. Taat pada-Nya itulah yang memuliakan cinta. Lantas kini, tak guna berdalih memantaskan diri untuk bersiap  menumbuhkan cinta yang ditakdirkan, tapi sudah seberapa taat kah diri ini pada-Nya untuk Allah pantaskan  karunia cinta yang mulia itu?

Hai....
Aku dan kau pasti ada dan itu adalah keniscayaan. Yakini seindah keyakinan bahwa ruang temu itulah dimensi terbaik keimanan, ketaatan, ketakwaan, dan kedekatan dengan al-Qur'an  yang telah dibentuk sebelum mengetuk ruang temu itu. Mari saling membentuk kesadaran yang baik, membangun prasangka yang baik, membuat asumsi yang baik, dan menanamkan persepsi yang baik. Menjadi lebih baik demi Tuhan Yang Maha Baik dengan sebaik-baik ikhtiar untuk mendapatkan takdir terbaik. Apapun yang Allah tetapkan pasti baik maka semua menjadi baik-baik saja.

Yakinlah, bila kita menjaga Allah maka pun menjaga kita lalu Allah akan menitipkan pada kita seseorang yang menjaga dirinya karena Allah sedang ia akan menjaga kita untuk selalu dalam penjagaan Allah.

Yakinlah, kita akan saling menemukan dengan cara yang tak disangka-sangka atas ketakwaan kita pada Allah demi ridho-Nya. Tahu kan? Bahwa ridho Allah adalah hal yang tak boleh ditinggalkan dan ridho manusia merupakan perkara yang tak kan pernah bisa dicapai. Jadi fokuskan diri pada sesuatu yang tak boleh ditinggalkan lewati semua dalam ketakwaan lalu bersiap-siaplah dengan kejutan.

^_^

Minggu, 09 April 2017

Tanpa Judul

Yang menentramkan itu adalah yang banyak mengingatkan diri pada ketaatan.

Yang menentramkan itu adalah yang banyak mengingatkan diri pada akhirat.

Yang menentramkan itu adalah yang banyak membawa diri untuk bertasbih memuji-Nya.

Yang menentramkan itu adalah yang setia membawa diri dekat dengan al-Qur'an dan as-Sunnah.

Semoga hati terselamatkan dari euforia.
Semoga hati khusyuk pada ketulusan untuk-Nya
Semoga hati kuat menahan sabarnya.
Semoga hati peka menyadari nikmat-Nya.
Semoga hati tak terkotori oleh dunia.
Semoga hati selalu merindukan Rabbnya, ridho-Nya, dan syurga-Nya.

Allah tengah menyaksikan dan mengetahui segala isi hati. Jangan sampai dunia ini memalingkan diri dari esensi kemenangan agung kelak. Jangan terpedaya oleh tipu daya dan muslihat yang menghantarkan pada nelangsa dan resah tak menentu. Allah Maha Baik pada hamba-Nya, maka jangan dzalim pada diri sendiri.

Tugas sebagai khalifah itu lebih banyak dari waktu yang tersedia. Fokus pada tujuan yang mulia. Fokus pada visi besar dan jangan mau mengurus yang remeh temeh. Tetapkan diri sebagai pemenang, yakinkan hati sebagai peraih kemenangan, dan lewati godaan dan rintang yang menghadang bahkan menerjang. Bersama-Nya diri akan kuat, jika menilik penilaian makhluk maka diri akan lemah.

Kamis, 06 April 2017

Menanti itu

Bila bertahan dalam pengendalian diri adalah baik, jalan ini akan menjadi jalan yang hendak ditempuh.
Meski tetap saja manusia itu adalah manusia, yang bisa gelisah, bisa cemas, dan senang berharap.
Hanya tetap yakin pada-Nya, bahwa rasa itu hadir agar dapat setia pada do'a, iman, dan taat.
Lalu jeda mematangkan kedewasaan jiwa dalam memahami kehendak-Nya.

Menanti sebuah kepastian itu memang teramat menggelisahkan.
Ada harap berpadu cemas, ada ingin berpadu ragu, ada takjub berpadu khawatir.
Menjalani prosesi pada jalur-jalur keberkahan mengharuskan diri berdarah-darah menempuh titik kepastian itu.
Sebab pahala, bahagia, serta nikmat atas perihnya kesabaran dalam menitinya  memiliki kapasitas yang luar biasa di kemudian hari.
Walau bola-bola kegetiran suka merisihkan perasaan kala harapan pada makhluk lebih mendominasi dari harapan terbaik dari sisi Allah.
Tetaplah manusia itu adalah manusia yang hanya bisa tegar jika Allah menegarkannya.

Menanti sebuah kepastian itu seperti memantau hilal yang disaput awan kelam.
Keberadaan dalam temaramnya cahaya menyentil sendu sedan tuk menjumpainya.
Tapi untuk itu, butuh berpeluh lelah menunggu saputan kelam itu pergi ditelan takdir.
Sebab do'a-do'a dalam menunggu itu mengundang perhatian Tuhan Semesta Alam untuk menetapkan skenario terbaik untuk si pendo'a.
Bukan hanya sekedar untuk melihat hilal itu, tapi agar Allah ridho hilal itu ditampakkan padanya.
Pada seseorang yang sekian waktu mengisak pada-Nya di keheningan malam agar kepastian mampu menenangkan rasa rindunya.
Meski manusia itu tetaplah manusia yang hanya bisa sabar jika Allah menyabarkannya.

Menanti sebuah kepastian itu seperti bersiul dendang sendiri ditepi dermaga.
Memandang senja nan belum jingga, sebab dua warna -biru&merah- masih dalam perjalanan berdarah-darahnya tuk mengkanfas langit pada pesona jingga.
Melantunkan amal-amal yang mendekatkan pada pengabulan do'a.
Semoga kapal yang itu sampai dengan selamat dalam deru-deru keberkahan dan keridhoan Allah.
Ah...bisa jadi masih jauh sebab disetiap ufuk  samudra belum ada titik yang terpantau pengetahuan.
Memang manusia itu tetaplah  manusia yang terus bisa bertahan dalam ketaatan pada-Nya jika Allah menghendakinya.

Bukan...bukan melebih-lebihkan suasana hati.
Hanya karena manusia itu tetaplah manusia.
Yang bisa takut lalu Dia damaikan dengan kasih sayang-Nya.
Yang bisa cemas dan getir lalu Dia peluk dalam rahmat-Nya.
Yang bisa berharapan lalu Dia   tentramkan dengan kesabaran.
Yang bisa berdo'a lalu Dia tenangkan sebagai pertolongan pertama.
Yang bisa berdosa lalu Dia ampuni dengan Sifat-Nya Yang Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Menanti sebuah kepastian adalah pembelajaran hebat untuk mengenal Allah lebih dekat. Salah satu metode memupuk keyakinan hakiki pada-Nya. Sebentuk cara-Nya untuk mengajarkan setiap diri untuk membenahi diri dihadapan-Nya.

Menanti sebuah kepastian adalah berenang dalam keremangan takdir yang masih disimpan semesta. Bukan untuk membuat hamba-Nya kalut dan kemelut melainkan agar hamba-Nya itu kembali pada-Nya untuk memohon dan mengemis agar Dia tabahkan hati yang risau, damaikan jiwa yang meronta, jernihkan akal yang keruh, dan ampuni dosa-dosa yang mengundang nelangsa.

Dear Ayah yang 'Disana'

Dear Ayah yang 'disana'...

Malam ini ada yang kembali merindukan Ayah.
Apa Ayah bisa merasakan rindu hebat ini, Yah?
Rindu yang membulir mesra dengan air bening menuju gravitasi bumi.
Lalu anak yang merindukan Ayahnya itu, berbisik ke langit dengan tangan menengadah, pulas dengan seseguk tangisnya.
Betapa masif rindunya itu.

Dear Ayah yang 'disana'....
Untuk segenap jerih lelah Ayah,
Sepenuh pengorbanan Ayah,
Setiap getir pahit yang dilalui Ayah,
Dengan setegar batu karang  berjalan menyusuri payah kehidupan
demi keluarga, demi anak-anak.

Semoga Allah utuhkan  untuk Ayah, Syurga Firdaus-Nya
Serta melihat wajah-Nya Yang Maha Mulia
Di Yaumul akhir....

Amin amin amin
Ya Rabbal 'alamin

Yah, selalu ada rindu dan do'a terpaut cinta untuk mu....
Dari anak gadis Ayah yang telah mendewasa dengan tantangan zaman tanpa mu.

Ayah....
Kelak kita insyaAllah akan bertemu lagi, anak Ayah betapa meyakini bahwa Ayah tengah menunggu anak gadis kesayangannya ini di pintu syurga.
Lalu nanti  kita akan masuk bersama-sama dengan menggelar bahagia atas kesabaran yang kita jaga selama keberpisahan itu.

Rabu, 05 April 2017

Urgensi Pendidikan Karakter



 Pendidikan karakter dewasa ini bukan saja merupakan hal yang penting bagi lembaga pendidikan, tetapi menjadi kebutuhan yang harus diberikan kepada peserta didik, karena kebutuhan  bangsa ini bukan hanya mengantarkan dan mencetak peserta didik cerdas dalam nalar, tetapi juga harus cerdas dalam moral. Mencetak anak yang berprestasi secara nalar memang tidak mudah, tetapi mencetak anak bermoral jauh lebih sulit dilakukan, apalagi dengan perkembangan teknologi canggih yang seamkin cepat dan pesat, yang tentunya akan berdampak terhadap perkembangan anak.
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian banyak pihak, misalnya, pemerintah telah mengagendakan pentingnya pendidikan karakter diterapkan di sekolah-sekolah dan telah menjadi kebijakan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Hampir semua sepakat bahwa krisis moral yang melanda generasi bangsa ini diakibatkan telah melemahnya nilai-nilai moral bangsa dalam kehidupan masyarakat. Hal ini diduga penyebabnya adalah kurang berhasilnya pendidikan yang membina karakter di sekolah. Pendidikan formal dewasa ini lebih dominan mengembangkan aspek kognitif ketimbang aspek moral dan karakter. Oleh karena itu, perlu pendidikan diterapkan di sekolah. Pemikiran ini seolah-olah pendidikan watak atau pendidikan karakter belum pernah dijalankan di sekolah, padahal esensi pendidikan watak atau pendidikan karakter telah ada dan selalu menjadi muatan dalam setiap kurikulum di sekolah. Bahkan sejak dulu pendidikan karakter ini dilabeli dengan nama pendidikan budi pukerti. Hanya memang pendidikan karakter merupakan istilah baru dalam pendidikan atau kurikulum di Indonesia.
Pendidikan karakter sangatlah penting karena karakter akan menunjukkan siapa diri  kita sebenarnya, karakter akan menentukkan bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan, dan perbuatan seseorang, sehingga menjadi identitas yang menyatu dan mempersonalisasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan  dengan identitas yang lainnya. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Mufid (2011:447) bahwa karakter membentuk ciri khusus suatu entitas yang menentukan individu tau entitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi atau entitas dimaksud, yang akan selalu Nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.
Wiratman (2008:264) menyatakan banyak tokoh yang menggarisbawahi [entingnya pendidikan karakter. Seperti mahtma Gandi menyatakan salah satu dosa fatal dari proses pendidikan adalah pendidikan tanpa karakter (education without character). Marthin Luther King menyatakan intelligence plus character that is the goal of the true education (kecerdasan plus karakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Tidak ketinggalan Theodore Rosevelt berpendapat,to education person in maind and nation morals is to educate a manace to society (mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan  moral adalah ancaman berbahaya pada masyarakat.
Sungguh wajar, Prof.DR.HC.Ir.R.Russeno dalam setiap pidato-pidatonya kerap mengingatkan bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, yakni dibutuhkan moralee herbewapening (kesiapsiagaan moral) dalam berprofesi, terutam ahal ini jika dikaitkan dengan kondisi kemajuan ekonomi dan teknologi yang amat sering membawa side effect negarif dan mengganggu moral bangsa (seperti korupsi, pergaulan bebas, narkoba, hingga tingkat kriminalitas). Cara tepat membendung hal-hal negative itu adalah dengan mempersenjatai diri dengan paham-paham dan karakter positif.
Disampi itu Thimas Lickona (1992), memberikan penjelasan mengenai urgensi pendidikan karakter, diantaranya: (1) Banyak generasi muda saling melukai Karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral, (2) memberikan nilai-nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi  peradaban yang paling utama, (3) peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak abak memperoleh sedikit pengajaran moral dari orang tua, masyarakat, atau lembaga keagmaan, (4) adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggung jawab, (5) demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, oleh, dan untuk masyarakat, (6) tidak ada suatu pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan nilai. Sekolah mengajarkan nilai-nilai setiap hari melalui desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus jadi guru yang baik, dan (8) pendidikan karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performance akademik yang meningkat.
Dari beberapa pendapat menganai pentingnya pendidikan karakter di atas, sejatinya memberikan motivasi serta pencerahan bago pemerintah, para pendidik, insan akademik serta stakeholder pendidikan pada umumnya untuk segera sadar dan bangkit berupaya mencari solusi agar pendidikan karakter ini dapat diimplentasikan dengan segera di sekolah/madrasah dan juga di rumah. Bangsa ini haru segera diselamatkan dengan mencetak sumber daya manusia yang berkarakter unggul sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya, dan falsafal bangsa.


Disari dari: Syarbini, Amirullah.2012. Buku Pintar Pendidikan karakter. as@-prima pustaka: Jakarta

PENDIDIKAN BERBASIS INTEGRASI SQ, IQ, DAN EQ UNTUK OPTIMALISASI PERAN PEMUDA INDONESIA DI KACAH KOMPETISI GLOBAL



Oleh: Sulastriya Ningsi,S.Si (Penulis Buku “Perjalanan untuk Sebuah Mimpi”)

Tahun 2045, Indonesia menduduki seratus tahun kemerdekaannya. Hal tersebut menjadi momentum yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Menyadari akan cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa dan negara besar, kuat, disegani dan dihormati keberadaannya di sumbu negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia. Setelah 71 tahun Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya dipenuhi. Faktanya, Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam memasuki era tatanan dunia baru bernama globalisasi dana pasar bebas, dimana tantangan terbesar negeri ini ialah rendahnya daya saing yang slah satunya tercermin dari tingkat kemiskinan dan kesejahteraan yang masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin yang terdata pada Biro Pusat Statistik pada bulan Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa. Jelas perkara ini berkesepadanan pada salah satu  aset besar bangsa ini yakni, para Pemuda.
 Bangsa yang besar,kuat, disegani, dan dihormati harus menyimpan generasi masa depan yang berkualitas. Berkualitas dari beberapa aspek yakni kualitas iman, akhlak, intektual, keterampilan abad 21. Sehingga hadirlah dari bangsa ini, pemuda yang beriman, berkarakter, berprestasi, dan berkarya demi menyongsong Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan berdaya saing global di kancah dunia.
Salah satu peran kritis para pemuda adalah sebagai akselerasi pembangunan bangsa di kancah kompetisi global ini. Ikrar Sumpah Pemuda telah dikumandangkan sejak tanggal 28 Oktober 1928 lalu seolah membangunkan jiwa-jiwa yang teritidur. “Pemuda adalah tulang punggung negara”, kata-kata inilah yang biasanya sering diperdengarkan pada pidato-pidato dalam rangka merayakan hari sumpah pemuda. Namun, kontribusi nyata, karya, dan pergerakan aksi para pemuda Indonesia saat ini mengalami tantangan untuk dapat mewujudkan harapan bangsa tercinta ini.
Jika ditelaah beberapa variable tantangan untuk mencapai cita-cita luhur negri ini adalah arus perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan kondisi virus moral yang menjangkiti para pemuda. Disisi perkembangan IPTEK tampak terjadi percepatan arus globalisasi yang ketat. Era digital telah menciptakan dan melahirkan kemajuan yang sangat Indiscribible (tidak terdeskripsi), baik kepesatan dalam sains maupun teknologi. Modernitas era digital di awal milenium ketiga ini telah berkolaborasi dengan nuansa globalisasi yang kental instalisasi westernitas (budaya barat).  Gejala tersebut menjadi problematika hangat bangsa Indonesia yang menabrak pada seantaro strata publik dewasa ini. Realita demikian menimbulkan kekhawatiran akan mendistorsi nilai luhur bangsa yang berasaskan pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
Disisi lain, betapa memilukan menyaksikan tayangan kondisi moral anak bangsa indonesia sekarang. Kian merebaknya kasus-kasus degradasi moral, terlebih hal ini menimpa para pemuda harapan Indonesia, yaitu kaum yang kelak dinantikan menjadi estafet kebanggaan bangsa ini. Generasi  yang tentunya tidak hanya memiliki good intelektual  (IQ), tetapi juga mengutamakan good spiritual (SQ) dan good emotional (EQ).  Sebuah laporan penelitian di beberapa kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya) mendata bahwa perilaku seksual remaja tingkat SMP dan SMU (antara usia 12 tahun sampai 18 tahun) sebagai berikut: 93,7% ciuman, petting, dan oral sex, 62,7 %  remaja tingkat smp tidak perawan, 21,2% remaja tingkat SMU pernah aborsi, 97 % pernah nonton film porno, 52% melakukan sex pra-nikah.
 Kejadian ini mengindikasikan bahwa pemuda saat ini belum memiliki sense of value (kepekaan terhadap nilai-nilai moral). Bentuk dekadansi moral saat ini, tidak hanya sebatas perilaku seksual, namun telah merambah ketingkat yang lebih kompleks. Menggejalanya kenakalan remaja, bisa terekam dalam berbagai aktifitas negatif seperti: merokok, minuman keras, narkoba, perjudian, tawuran, sampai pada ketidakjujuran dalam pelaksaan ujian. Segala aktivitas negatif ini jelas bersifat destruktif dan mencederai masa depan anak bangsa. Pada akhirnya, realitas semacam ini secara perlahan membuat  bangsa ini  semakin merosot dan terpuruk. Padahal, ada lima kelemahan yang harus dijauhi bagi generasi kita, seperti yang diungkapkan Prof. B.J. Habibi yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup dan yang lebih ditakutkan adalah lemah moral (akhlak).
Adapun muara dari dekadansi  moral para pemuda Indonesia adalah minimnya pendidikan moral dan pendidikan tauhid yang berkualitas. Moral (akhlak) dan ketauhidan (iman) merupakan dua hal yang harus terintegrasi satu sama lain secara proposional. Tentunya, integrasi tersebut belum sempurna jika tidak diikuti oleh kapasitas intelektual yang optimal. Jika seseorang hanya memiliki domain intelektual  untuk menerima serta mengolah ilmu pengetahuan dan teknologi namun tidak ditemalikan bersama domain akhlak dan iman maka akan sangat rentan untuk bertindak yang membahayakan diri maupun orang lain. Domain akhlak dan iman berfungsi sebagai  power pengontrol diri seseorang dari segenap tindakan yang diluar nilai-nilai agama dan norma-norma masyarakat.
Generasi menempati dimensi urgentif dalam suatu peradaban dunia.  Ditilik dari segenap sejarah kebangkitan bangsa-bangsa terbukti bahwa pemuda atau generasi muda selalu memiliki peran yang masif dan strategis. Sebab, pemuda memiliki potensi akbar guna mengakselerasi inovasi pembangunan pada suatu bangsa yang sebelumnya  telah diretas para pendahulunya. Idealisme tersebut sejalan dengan orasi Bung Karno, presiden pertama republik ini, dengan lantang pernah berkata, “Berikan aku 1000 orangtua, niscaya aku cabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 orang pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia.”
Untuk menghadapi abad ke 21 dan era globalisasi diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas.  Manusia berkualitas dalam undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah “Manusia Indonesia Seutuhnya”. Adapun “Manusia Indonesia Seutuhnya” dalam undang-undang pendidikan nasional Indonesia adalah: “Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi pukerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantapn dan mandiri,  serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Menjadi yang unggul dan berkualitas dibandingkan dengan yang lainnya, tentu bukan peristiwa kebetulan melainkan hasil dari proses yang diciptakan. Oleh karena itu, generasi unggul dan berkualitas harus diciptakan dan salah satu langkahnya adalah melalui pendidikan, yakni pendidikan yang tidak hanya menekankan pada sisi kualitas good intelektual  (IQ), tetapi juga mengutamakan kualitas good spiritual (SQ) dan good emotional (EQ). Para pemuda Indonesia merupakan harapan bangsa untuk dapat menjadi generasi unggul, sebagai ujung tobak peradaban bangsa. Para pemuda  adalah nafas penyambung bangsa, yang akan meneruskan amanah-amanah negara berikutnya. Optimisme dan upaya kuat seluruh pemuda dengan semangat nasionalisme dan keimanan dalam mewujudkan cita-cita harus tetap dilakukan secara sistematik, sistemik dan berkelanjutan, meskipun dihadapkan pada sekelumit tantangan. Dari pada itu, mengantisipasi tantangan di era globalisasi saat ini sangat butuh penguatan komitmen dengan menjadikan pendidikan sebagai sarana utama untuk menuju terwujudnya bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam akselerasi pembangunan nasional menuju bangsa yang berdaya saing global. Tidak dapat disangkal, bahwa melalui pendidikan bangsa kita dapat menjadi lebih baik dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain, baik di bidang sains dan teknologi maupun ekonomi.  Peran pendidikan pun juga  penting dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan karakter bangsa. Hal ini selaras dengan amanat UU NO 20/2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Yuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab“.  Semakin terang bahwa rumusan tujuan pendidikan tidak hanya sebatas memaksimalkan kecerdasan intelektual saja (Intelegence Quoetient) melainkan mengoptimalkan kecerdasan emosional (Emotional Quoetient), dan kecerdasan spiritual (Spiritual  Quotient).
Selain itu, dari penjelasan Undang-undang Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 juga terefleksi secara makna bahwa orientasi pendidikan sebaiknya melakukan integrasi domain Spritual Quotient (SQ), Emotional Quotient (EQ), dan Intelectual Quotient (IQ) dalam sistem pendidikan, pembelajaran maupun kurikulum. Kecerdasan  Spiritual atau Spritual Quotient (SQ)  adalah  kecerdasan yang dioentingkan dalam  menghadapi  persoalan  makna  atau  value, yaitu kecerdasan inti dalam menempatkan perilaku dan hidup pada konteks makna yang lebih  luas  dan  lebih  kaya,  kecerdasan  untuk  menilai  bahwa  tindakan  atau  jalan  hidup seseorang  lebih  bermakna  dibandingkan  dengan  yang  lain.  SQ  adalah landasan  yang begitu diperlukan  untuk  memfungsikan  IQ  dan  EQ  secara  efektif,  bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia yang semestinya dioptimalkan.
Sepeetinya, problematika yang tengah menghantam di era globalisai saat ini, terkait penempatan nilai-nilai spiritual di sumbu dinamika peradaban yang terus terjadi dalam pengembangan khazanah intelektual. Pergeseran nilai-nilai spiritual dalam eksplorasi ilmu pengetahuan mensintesis paham materialisme, sekularisme dan hedonisme yang mempertuhankan kemampuan akal dalam ilmu dan teknologi. Permasalahan ini sangat erat kaitannya dengan rencangan, sistem dan program pendidikan yang terimplementasi di Indonesia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk membantu, melatih, dan mengarahkan peserta didik melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual yang idelanya dapat mengerucut pada injeksi kemurnian akidah. Untuk itu, dibutuhkan pendidikan yang dapat membentuk generasi unggul dalam mencetak pemuda berkualitas agar dapat menyongsong persaingan global. Gambaran pendidikan tersebut adalah pendidikan yang mengintegrasikan secara seimbang domain SQ, EQ, dan IQ dalam rencana, sistem, dan program pendidikan. Sehingga dilahirkan pemuda unggul harapan bangsa yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Pertama, memiliki SQ yang berkualitas. Maksudnya, beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Pemuda-pemuda unggul Indonesia haruslah memiliki pondasi SQ yang kokoh untuk membawa bangsa ini lebih cerah, damai dan disegani.
Kedua, memiliki EQ yang berkualitas. Maksudnya, beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya secara baik dan dalam koridor nilai dan norma yang berlaku di agama dan masyarakat. Serta, beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang (i) membina dan memupuk hubungan timbal balik secara positif, (ii) demokratis, (iii) empatik dan simpatik, (iv) menjunjung tinggi hak asasi manusia, (v) ceria dan percaya diri, (vi) menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, (vii) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Dalam berinteraksi dengan lingkungannya senantiasa memiliki ide-ide inovatif dan brilian untuk diterapkan. Ilmu yang dimilikinya membuat ia mampu berpikir strategis merencanakan masa depannya. Pemuda yang mampu berpikir visioner atau mau berpikir jauh ke arah masa depan. Menyesuaikan diri dengan keterampilan abad 21 yakni keterampilan berfikir kritis, kreatif, inovatif, solutif, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, dan refleksi diri.
Ketiga, memiliki IQ yang berkualitas. Maksudnya, beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik,yaitu beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil dan trengginas; serta aktualisasi insan adiguna. Oleh karena itu perbaikan dan pembangunan sektor pendidikan di negeri ini harus memperhatikan agar sumber daya manusia kelak menjadi generasi yang profesional, sesuai bidang keilmuannya dan memiliki kemampuan dan keterampilan untuk  membawa bangsa dan negara ini ke arah peradaban sains dan teknologi mutakhir dunia. Diharapkan dengan menyadari keadaan Indonesia yang sedang berada dalam keterpurukan saat ini, para pemudanya tergerak menjadi pemikir kritis, kreatif dan bertindak solutif terhadap permasalahan negara saat ini. Sehingga setiap detik dalam aktifitas kehidupannya menjadi sesuatu hal yang bermanfaat.
Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, sosial, dan etik seorang peserta didik. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu secara umum dan sangat mendasar. Untuk itu, pengembangan sekolah-sekolah yang berbasis integrasi secara seimbang domain SQ, EQ, dan IQ dalam sistem pendidikan, pembelajaran, maupun kurikulum menjadi solusi terbaik untuk menelurkan generasi unggul sebagai estafet peradaban bangsa Indonesia menuju bangsa dan negara yang mampu berkompetesi dalam persaingan global.