Minggu, 23 April 2017

Shohibul Qur'an

Malam di daerah ini  berbeda dengan malam didaerah asal perempuan itu. Dinginnya suhu bisa-bisa menusuk hingga ke tulang sumsum. Tepat usai maghrib, perempuan itu baru menyelesaikan tugas akademiknya dari kampus. Menempuh program magister itu agaknya berbeda ritme dengan menyelesaikan program sarjana. Hari itu sangat melelahkan baginya, tumpukan jurnal internasional yang harus diterjemahkan dan dipahami untuk tesisnya, ditambah tugas-tugas kuliah yang mesti diselesaikan dengan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan inovatif. Apalagi minggu-minggu itu adalah titik koordinatnya berada di posisi musim UTS. Membuat urat-urat sarafnya menegang, mudah-mudahan aman-aman saja.

Syukurnya, kepenatan perempuan itu sekejap meringan ketika menyimak lantunan tilawah yang bersumber dari kamar kos berdekatan dengan kamarnya. Setiap malam selalu ada jiwa wanita itu ada , dan tilawah itu diputar secara live dari rongga mulut  bukan dari hp atau laptop. Damai dan hanyut dalam ketentraman jiwa menyimaknya.  Perempuan itu Qadarullah  memiliki teman satu kos seorang ummahat (ibu-ibu muda dengan 1 orang anak yang berusia 4 tahun). Sering dipanggil Ummu Aisyah.

Pernah suatu ketika, perempuan itu berdialog banyak  dengan Ummu itu. Bercerita * panjang kali lebar = luas* tentang pengalaman hidupnya Ummu. Perempuan itu takjub akan Ummu, yang istiqamah bisa tilawah hingga sangat larut malam. Oh ya, Ummu adalah ibu-ibu muda hebat dan tangguh  tengah menyelesaikan program doktoralnya. Karena rumah Ummu sekitar 7 jam dari kawasan kampus ke  rumahnya (ada suami, anak, dan keluarga). Lantas  beliau riweuh (repot) jika harus pulang pergi, maka ummu memilih ngekos selama 3 hari di kawasan dekat kampus.  Ngekos bersama perempuan itu.

Dialog pada suatu malam...

Perempuan itu: Ummu kenapa bisa betah tilawah dari usai maghrib hingga jam 00.00 ?

Ummu: *tersenyum simpul*  (menyejukkan pisan  memandangnya), sebenarnya  Ini mah hikmah setelah menikah, sebelumnya (saat masih akhwat) belum sanggup juga. *sambil tertawa sederhana* (tapi perempuan itu memasang wajah kepo maxi).  Begini, Bila  dirumah adakala  saya menunggu suami pulang lembur dari kerjanya.   Saya mah selalu ingin  bisa menyambutnya dengan wajah yang menyejukkan saat ia pulang ke rumah.  Maka, saya pun tidak  tidur (bisi/takut wajahnya jadi acak-acakan) dan menunggunya pulang sambil tilawah. Dengan penuh harap dan berdo'a pada Allah, dengan tilawah ini  Allah memberikan  keberkahan bagi rizki suami yang tengah diikhtiarkannya dengan lembur itu. Karena bekerja di kawasan yang sangat riskan akan goncanhan.  Maka saya memaksa diri untuk lembur mendo'akannya, dengan tilawah. Awalnya berat  tapi saat sugesti lebih mendominasi maka insyaAllah menjadi ringan. Alhamdulillah....

Perempuan itu: MasyaAllah teh !!!*sambil ngelap ingus, terharu* (masih ada se akhir zaman ini Ibu-ibu hebat yang dapat diteladani, gumamnya dalam hati).

Ummu: Neng (dik) , masa sih...katanya pengen  dan rindu pisan (banget) ketemu Rabbnya tapi gak betah lama-lamaan sama media (al-Qur'an) yang mampu menguatkan kesabaran atas rindu itu. Bila hati itu benar-benar serius ingin bertemu dengan Rabbnya dalam keridhoan-Nya, otomatis waktu-waktu bersama al-Qur'an (menghafal, muraja'ah, tilawah, tadabbur) akan menjadi momen candu berkepanjangan. Saat hati telah terbenam dalam kekhusyukkan bersama surat cinta-Nya kita bisa menangis sendu saat membaca ayat-ayat ancaman-Nya, lalu bisa senyum-senyum sendiri saat baca ayat-ayat kabar gembira. Aiihh, nikmat lah pokoke. *Ummu pun menggenggam tangan perempuan itu*

Perempuan itu: Teeeh....aku mau bisa seperti teteh. Gimana caranya ?

Ummu: Yah atuh neng, tinggal dilakuin aja. Yakini pertemuan dengan Rabb yang neng rindukan itu, lalu bayangkan al-Qur'an yang setia dibersamai itu kelak akan menjadi hujjah untuk neng dimuliakan Allah di yaumul akhir.

Perempuan itu: Ai (kalo) suami teteh kerja nya apa, kok riskan, horor aku mah dengernya ? *nyengir*

Ummu: Apa yaaah, hahaha. *akhirnya ummu ketawa* sebagai pembela kaum yang terdzalimi, Neng. Dalam ikhtiar menegakkan keadilan di muka bumi.

Perempuan itu:  Widiih, berat mah teh, tapi Teteh ih, aku mah gak ngerti. Asa (seperti) masih blur di pengetahuan aku profesi yang ke gituan. Gak bole tahu ya teh? Ya udah gak papa. *nyengir lagi*

Ummu: Suami teteh eta (itu)  teh seorang pengacara.

Perempuan itu: *agak menganalisis*

Ummu: Aya naon (ada apa) neng? Kebayang advokat yang suka  menghalalkan segala cara, menyuap hakim, menyuap jaksa, demi kemenangan klien? atau advokat yang doyan berdebat di Indonesia Lawyers Club? atau advokat yang selalu mencari sensasi di dunia maya sebab  aduan dari klien yang mulai sepi ?. *Ummu senyum lagi*

Perempuan itu: punten (maaf)  teh, yang banyak kelihatan begitu. Maklum aku mah rada kudet dengan dunia persilatan keadilan dunia *rada lebay*

Ummu: *ketawa yang ini lebih gurih*. Hayu atuh neng, pola pandangnya  diperluas. Masih ada advokat yang sholih kok di muka bumi ini. InsyaAllah, teteh mah yakinnya sama Gusti Allah weh (aja). Semoga Allah jadikan suami teteh advokat  yang berperan sebagai  pembela kaum miskin dan marginal yang haknya telah terlanggar oleh para penegak hukum yang ceroboh. Coba atuh Neng, Siapapun kita  gak seneng kalau  haknya terampas hanya karena difitnah  telah melakukan tindak kejahatan dengan bukti palsu, di buat-buat.   Apa Neng suka, ada keluarga atau kerabatnya  divonis  bersalah  sebelum  ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap ? Kan, setiap orang sama di hadapan hukum serta berhak mendapatkan bantuan hukum di negri ini, Neng.  Hadueuh, kenapa dari pembahasan Qur'an sampe ke dunia hukum ie (ini). *Ummu mulai bergeliat unik*

Perempuan itu: Iya teh. Aku mah masih butuh banyak belajar teh. Kan keseringan sama dunia sains teh. Teteh, hatur nuhun pisan (makasih banyak)  ilmunya malem ini. Do'akan aku ya teh, bisa kek teteh. Istiqamah jadi shohibul Qur'an. Mau nugas lagi. Punten, mengganggu ya teh. Soalnya penasaran aku mah sama teteh. *nyengir gak jelas*.

Ummu:  Hayu atuh, suka main-main ke kamar. Cerita yang gak penting  gak perlu direnungi pisan nyak (ya). Aamiin, insyaAllah. Sukses dan berkah ya Neng nugasnya.

Lalu Ummu pun masih  melanjutkan tilawahnya dan perempuan itu kembali berkutat dengan layar LCD.Karena malam mulai larut dan perempuan itu mesti menyelesaikan tugas untuk besok. Maka ceritanya berakhir sampai disini.

^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar