Tampilkan postingan dengan label tausiyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tausiyah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Januari 2018

Memaafkan

"Sebagaimana harapnya diri untuk dimaafkan, maka seluas itu pulalah hati untuk mudah memaafkan"

Setiap orang berpotensi untuk berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang segera meminta maaf. Karena itu, setiap diri dituntut pula untuk mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana ia pun pernah berbuat salah.

“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memualiakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab; tentu. Rasul pun bersabda; Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu.”(HR. Thabrani)

Memang memaafkan bukanlah perkara sepele. Namun, bagi mukmin yang hatinya  telah tertaut di syurga maka memaafkan adalah keharusan.

"Pintu-pintu surga akan dibukakan pada hari Senin dan Kamis, lalu Allah akan memberi ampunan kepada siapapun yang tidak menyekutukan-Nya kecuali seorang laki-laki yang berpisah dengan saudaranya. Maka Allah berkata: tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai, tangguhkanlah kedua orang ini hingga ia berdamai, tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai.” (HR. Muslim)
.
.
Terkadang, kita tidak pernah dapat menguatkan kesabaran jika kita tidak pernah diuji. Sebagaimana saat Allah menguji diri dengan menghadirkan seseorang yang dengan ucapan, sikap dan tindakannya melukai hati dan menyoalkan emosi. Maka disaat itulah, kredibilitas keimanan seorang hamba di asessmen oleh-Nya. Menjadi mulia lah diri itu atas kebijaksanaan hatinya untuk memaafkan walau bisa-bisa saja saat itu untuk meluapkan emosi.Tapi keridhoan Allah dan siluet syurga telah meredam emosinya.

Indahnya mukmin itu.

Minggu, 08 Oktober 2017

BUKU KEHIDUPAN

Apapun yang kau lakukan, kecil ataupun besar semua akan dirangkum dalam perhitungan super mutakhir di sisi Allah. Di satu kala tak ada lagi pengingkaran akan terjadinya momentum itu kau akan menyaksikan buku kehidupan yang telah kau tulis selama di dunia. Terbahak geriap gembiralah yang mengisinya dengan sebaik-baik catatan. Lalu tertunduklah hati hati yang melalaikan dan acuh akan buku kehidupannya itu.

Nona...bersigaplah menyongsong catatan yang baik untuk buku kehidupanmu.

Allah SWT berfirman:

كِتٰبٌ مَّرْقُوْمٌ
kitaabum marquum

"(Yaitu) Kitab yang berisi catatan (amal)."

(QS. Al-Muthaffifiin 83: Ayat 9 dan 20)

Rabu, 04 Oktober 2017

Dzikrullah

Bismillah...
.
.
Apapun yang hendak dilakukan, jadikan setiap geraknya menjadi hamburan  pengabdian pada Allah.
Sehingga dihati penuh dengan  rasa kehadiran akan Allah. Setiap pandangan menjadi ilmu, setiap pendengaran menjadi ilmu, setiap lintasan pikiran selalu tercuar akan keagungan Allah.
.
.
.
Begitulah seorang hamba yang telah terpaut dengan dzikrullah. Sepenuh hidupnya tersambung dengan kekuatan langit. Setiap keputusannya terbimbing, segenap tujuannya diarahkan, setiap pilihannya tertuju pada hal-hal yang membuat Allah ridho pada-Nya.
.
.
.
Shohibul Khoir, semoga Allah mudahkan tuk menghidupkan hari-hari dengan dzikrullah. Sibuk hatinya pada Allah selalu.
.
.
Allah SWT berfirman:

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 191)
.
.
.
Nona...lembutkanlah hatimu, luaskan kebaikannya sebentang alam semesta. Allah Maha Baik kepada hamba-Nya yang baik dan tak henti memperbaiki diri.

Senin, 25 September 2017

Allah Ar Rahman Ar Rahim

Bismillah...
.
.
Jatuh cintalah pada kebaikan Allah, kagumlah pada kasih sayang Allah, fokuslah untuk mendapatkan keridhoan-Nya.
Jadikan Allah muara dari segala tujuan, pasti terarah hidupnya.
Jadikan Allah sebab atas segala tindakan, pasti Allah bimbing langkahnya.
Jadikan Allah yang terindah dan tertinggi dihati, pasti damai dan tenang hatinya.
.
.
.
Tidak ada yang lebih nikmat dari hidup ini selain selalu dituntun Allah untuk bisa dekat dengan-Nya. Allahu ar Rahman ar Rahim.
.
.
Melembutlah wahai hati, menepilah pada-Nya. Jadikan kebaikan hatimu seluas samudra. Lalu bertakwalah pada Allah dengan sebenar takwa

Selasa, 19 September 2017

Untitled

Banyak hal yang kamu tidak mengerti dan hanya Allah Yang Maha Mengetahui. Bisa jadi ada rasa perih yang bermekaran atas ketidak-ikhlasan hati menerima jalan cerita-Nya. Tetaplah menjadi manusia, yang butuh menangis untuk menghapus rasa perih. Betapa bijaksana jika kamu pilih sajadah tempat menyucurkan air mata dari luka yang dikecup. Lagi pula luka itu kamu yang membuatnya sendiri, sebab Allah tak pernah mendzalimi hamba-Nya. Karena hatimu belum fokus ke Allah. 

Pastikan Allah selalu menjadi muara atas segala tujuan langkah. Tak pernah kecewa seseorang yang datang pada Allah. Bila hati telah dicukupkan dengan Allah dan Rasul-Nya pasti semakin damai  hari-hari itu. Biarkan perihmu hilang perlahan bersama cucuran air mata taubat. Masih banyak hal yang mesti dibenahi. Masih banyak hafalan yang mesti dituntaskan. Kamu harus belajar menata hati dan menenggelamkan ego.

Allah ingin kamu lebih lama bersama-Nya. Lebih mesra dengan-Nya. Lebih membekali diri dengan ilmu dan mengumpukan bekal tuk pulang pada-Nya. Jangan termakan tipu daya dunia. Fokuskan hatimu pada syurga-Nya dan pertemuan dengan Pemilik Syurga.

Dear sholiha....kamu akan menjadi sebab sebuah peradaban berubah menjadi cerah. Bunda para ulama itu hatinya lembut dan selalu terpaut pada Allah. Kamu akan menjadi sebab lahirnya orang-orang besar dalam catatan tinta sejarah. Maka pantaskan diri, jangan rapuh oleh hal sepele. Karena cita-citamu betapa besar maka jiwamj butuh ditempah agar kokoh, hati itu butuh di asah agar bijaksana, dan imanmu meski diuji berkali-kali agar Allah pun ridho untuk amanah besar yang diemban kemudian hari.

Dear sholiha....berkejaranlah dengan kafilah orang-orang sholih yang lebih dulu menghadap-Nya dalam keadaan mulia lagi dimuliakan-Nya. Jangan terperdaya oleh nafsu. Nanti kamu  takkan selamat.

Dear sholiha.... Selepas perih yang telah membaik. Jangan lagi buang air mata mu untuk dunia yang busuk ini. Itu tak pernah menjadi sebab kemuliaanmu di sisi Allah. Buang air mata mu hanya untuk Allah, hanya karena merindukan-Nya, hanya sebab menyesali dosa-dosa, hanya karena agama-Nya dicerca. Hanya dan hanya untuk-Nya dan karena-Nya.

Dear sholiha....masih banyak dari firman Allah yang belum kamu amalkan. Mestinya itulah yang membuatmu resah, membuatmu pilu dan sedih bukan karena dunia yang busuk lagi hina ini. Tetapkan hati pada azzam yang melangit tuk menjadi ahlul Qur'an dan membina lingkungan yang mencintai al-Qur'an. Jika di dunia ini tak mampu kamu beri penghargaan yang membuat hati kedua orang tuamu bahagia. Kejarlah penghargaan  terbaik bagi mereka langsung dari Allah, mahkota cahaya, di yaumul akhir kelak.

Dear sholiha...rajin rajin olah raga. Sebab ini akhir zaman. Jadilah yang baik akhlaknya dan kuat fisiknya serta berbobot imannya. Jangan terlalu larut tidurnya dan jaga asupan makananmu ya sayang.

Jumat, 15 September 2017

Kajian Ust.Hana Attaqi

Ini beberapa hikmah yang terkumpulkan:

1. Jangan berfikir orang yang biasa-biasa itu sepele. Bisa jadi ia lebih Allah cintai dari kita.

2. Jika kita beramal untuk mendapat rating terbaik disisi Allah lebih tenang hatinya. 

3. Tidak perlu iri dan dengki dalam urusan dunia. Tapi berkejaranlah dengan amalan-amalan para perindu syurga.

4. Yang kita jaga apa yang akan  membuat Allah kecewa.

5. Caper itu sama Allah aja, baper itu untuk Allah aja. Pasti bahagia selalu berlabuh di hati.

6. Kita belajar untuk memperbaiki diri bukan memperbaiki orang lain.

7. Harus berlatih ikhlas dalam syiar.

8. Lukmanul Hakim istimewanya pada keikhlasan hati.

9. Allah tidak melihat pada fisik, status dan tahta tapi dari hati. Bukan karena status, tahta dan fisiknya istimewa tapi  yang penting hatinya Istimewa.

10. Orang yang hatinya bersih itulah yang istimewa. Qalbun Salim.

11. Orang yang hatinya istimewa itu, adem bersamanya.

12. Apa yang Allah berikan, belajar untuk ridho. InsyaAllah selalu tenang.

Nasihat Nenek

Kata nenek, jangan terlalu banyak pamer. Karena penyakit 'ain itu bisa menjangkiti siapapun. Simpan kebahagiaan mu dengan rasa syukur pada Allah bersama ketaatan yang semakin baik dan ceritakan keluh kesah mu pada Allah dalam isakan butuh di sujud panjang keheningan malam.

gitu cu....Inget ya !

Kamis, 14 September 2017

Tetaplah Takdir Kita

Malam ini dapat tausiyah dari tumblr nya Abu Hanifah, betapa sejuk di iman. Alhamdulillah...

Apa yang sudah ditakdirkan untukmu, Pasti akan datang. Apa yang bukan untukmu, pasti tidak akan datang padamu.”

“Maka, sibukkanlah dirimu dengan Tuhanmu. Janganlah kamu menyibukkan dirimu, dengan apa yang tidak ditakdirkan untukmu.”

"Jika sesuatu ditakdir menjadi milik kita, berbekal usaha yang sedikit cuma, sudah mampu diraih dengan mudah."

Selasa, 22 Agustus 2017

Efek Sosial dari Shalat



Selama ini pembahasan tentang shalat masih banyak bertengger pada level teknis, terkait waktu, tata cara, dan teori mengenai kekhusyukan dalam shalat. Pembahasan terkait pengaruh pelaksanaan shalat yang berkualitas terhadap efek yang ditimbulkan masih belum maksimal dikuliti. Dapat dianalogikan seperti teori aksi-reaksi dalam fisika. Setiap aksi yang dilakukan pasti menimbulkan reaksi. Maka setiap reaksi yang diamati atau teramati bisa dipelajari dari aksi yang telah dilakukan. Setara pula dengan teori dalam kimia, yakni setiap reaksi kimia yang timbul pasti dari perlakuan terhadap beberapa zat kimia yang disintesis. Maka dapat disimpulkan, jika hasil dari reaksi tidak sesuai dengan keinginan maka kita dapat memperbaiki perlakuan terhadap sintesis zat-zat kimia yang diinginkan. Begitu pula dalam shalat, semestinya sikap, tindakan, akhlak seseorang akan tercermin dari kualitas shalatnya. Tidak mungkin hati yang terhubung  baik kepada Allah dalam shalat berani melakukan hal-hal yang tidak Allah sukai diluar shalatnya.

Allah berfirman dalam Q.S. al-Mukminun [23] ayat 2:
“(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya,”

Serta dalam Q.S. al-Ma’arij [70] ayat 22:
“kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat,”

Salah atu contohnya, penjelasan ayat sebelumnya pada surat al-Ma’arij disampaikan akhlak tercela dalam sosial yakni tamak, berkeluh kesah, dan kikir. Dan ketiga sifat ini tidak muncul dalam diri seseorang yang mengerjakan shalat, jelas bukan shalat yang hanya bersandar pada kuantitas melainkan kualitasnya. Masih banyak ayat tematik yang berkaitan mengenai akhlak-akhlak buruk dalam sosial yang menjadi muara dari degradasi moral.

Terkait dengan efek sosial dari shalat secara makro, kita dapat mengambil suatu penggalan kalimat yang sangat masyhur yakni “ Membaiknya keadaan suatu masyarakat dapat dilihat dari jumlah jama’ah shalat subuh yang sama dengan shalat jum’at.” Menurut DR.Ahmad Khairi al-Umari dalam bukunya “ Buat Apa Kita Shalat?” dinyatakan bahwa, teori ini hanya berfokus pada kuantitas, seakan-akan kuantitas adalah satu-satunya solusi. Teori tersebut tidak sejalan dengan nash apa pun dalam syari’at. Nash dalam al-Qur’an menegaskan bahwa jumlah yang banyak tidak penting jika harus mengorbankan kualitas. Dalam perang Hunain, jumlah tentara yang begitu banyak nyaris mengakibatkan kekalahan.

Bila saf-saf shalat di mesjid semakin bertambah, mesjid kian ramai dari waktu ke waktu. Semesti ada efek yang ditimbulkan dalam dunia sosial. Degradasi moral tidak lagi berkecambah melainkan akhlaqul karimahlah yang mewarnai pesona dalam hidup bermasyarat. Dari kenyataan ini, kita perlu sama-sama mengoreksi diri. Bisa jadi shalat-shalat yang telah dilaksanakan masih pada poin kuantitas belum mendapatkan poin kualitas. Seringkali kita telah berupaya hadir dalam jama’ah shalat tepat waktu, namun dalam rangkaian shalat kita masih membiarkan kekhusyukan direbut oleh kepentingan dunia.  Shalat merupakan solusi yang Allah tawarkan bagi setiap hamba-Nya yang digeluti masalah, shalat menjadi wasilah pertolongan Allah, shalat merupakan saat terdekat seorang hamba dengan Rabb yang Menguasai Alam Semesta dan segala sesuatu, shalat adalah ruang unuk merekontruksi hati yang bersih dan akhlak yang indah.

Dengan pengetahuan yang masih sedebu ini, semoga membuat hati kita semakin bersungguh-sungguh memperbaiki kualitas shalat. Dengan memulai memperbaiki diri sendiri maka kita telah membantu memperbaiki satu batu bata dalam perbaikan sosial masyarakat. Jika setiap diri telah menekuni shalatnya dalam kualitas yang Allah sukai, insyaAllah terciptanya masyarakat madani bukan lagi sebatas imijinasi, tapi realita yang akan Allah tetapkan bagi bangsa ini.

Sabtu, 05 Agustus 2017

Tetaplah Bersabar

Ada masanya tegap tubuhmu menciut diterkam cobaan.
Betapa lika-liku kehidupan yang masih entah itu  kadang melunglaikan langkah yang seawalnya berderap teguh.
Memang mengokohkan bangunan iman itu adalah perjuangan.
Sabar dalam merawat iman, sabar dalam memperbaikinya setiap waktu.
Agar kembali tegap tubuh nan melunglai.
Agar kembali sigap langkah nan gemulai.
Bila kesabaran terus setia mengawal hati hingga ke pertemuan dengan Ilahi Rabbi, Semoga perjalanan jenuh di hingar bingar dunia ini  dapat  lebih damai dan teduh.

Jangan lekang dari kesabaran. Bujuk hatimu tuk  sabar dalam ketaatan pada-Nya, rayu hati mu tuk sabar dalam cobaan, paksa hatimu tuk sabar dalam meninggalkan apa yang Allah murkai.

Allah SWT berfirman:

وَجَزٰٮهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَّحَرِيْرًا 
"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutera,"
(QS. Al-Insan: Ayat 12)

Rabu, 26 April 2017

Sebaik-baik Do'a

Bila ada seseorang yang setiap saat selalu ada untuk mendengar keluh kisah kita. Mungkin ia adalah sahabat terbaik yang paling kita butuhkan dalam menjalani kehidupan ini. Namun, itu tidak mungkin dan tak kan  pernah ada seseorang  yang seperti itu. Hal ini seyogyanya membuat manusia itu merenungkan tentang sandaran terbaik baginya, tuk ia adukan segenap kesesakan hati, kekalutan pikiran, dan kekacauan kondisi yang sedang terhimpun. Adalah Dia, Rabb Yang Maha Penyantun kepada para hamba-Nya. Meminta pada-Nya adalah perihal yang membuat-Nya suka pada sang  hamba itu. Inilah kabar gembira bagi para hamba-Nya, bahwa hanya Allah  satu-satunya Maha Mengabulkan do'a. Berdo'alah dengan penuh rasa harap dan cemas. Perhatikan hijab-hijab  atas pengabulan do'a. Bisa jadi dosa lah yang menggaduh jawaban  do'a-do'a itu turun ke bumi  Mungkin dosa adalah faktor yang membuat hati tak nyaman atas pemberian-Nya.

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا  سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ  ؕ  اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 186)

Maka sebaik-baik permintaan adalah meminta segala sesuatu yang terbaik dari sisi Allah Yang Maha Bijaksana. Pernah kita memohon pada-Nya tentang suatu keinginan  yang spesifik. Hal ini tentu baik sebab terdapat  keyakinan bahwa  hanya pada Allah lah muara dari segala pengabulan permintaan. Hanya saja hati itu senang  tak sudi bila apa yang diinginkan itu pada akhirnya tak kunjung diberikan. Iya kan? Manusiawi memang, sebab fitrah manusia itu sukanya berkeluh kesah. Tapi tidak ada keluh kesah bagi orang-orang yang beriman, bukan? Bila satu keinginan nan terlampau diharapkan itu tidak singgah dalam realita sikap terbaik seorang pendo'a nan beriman adalah bersuka cita, bahwa Allah menyimpan hadiah yang lebih baik dari apa yang diinginkannya tersebut. Layaknya do'a-do'a para  Nabi dan Rasul  yang setia dalam munajatnya nan  khusyuk, menikmati bincang mesra bersama Rabbnya.

Allah SWT berfirman:

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا
"Dia (Zakaria) berkata, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku."
(QS. Maryam: Ayat 4)

Para kekasih Allah itu meyakini bahwa Allah lebih mengetahui kondisinya dan apa yang terbaik bagi hamba-Nya yang taat itu. Kasih sayang Rabb bagi para hamba-hamba terkasih itu sulit tampak dalam keadaan yang nyata, disanalah keyakinan kuat pada-Nya  itu kian terasah baik. Kemampuan hebat  pandangan  hatinya dalam melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Rabbnya di akhirat kelak menganyutkan gusar dan kecewa atas rasa inginnya yang tak kunjung berwujud ada.

Ada kutipan yang indah dari Ust.Salim A Fillah:
" Setiap pengabulan doa selalu diikuti konsekuensinya. Maka jika kita meminta yang terbaik, semoga Allah bimbing juga untuk menghadapinya. Dan karena pengabulan doa diikuti konsekuensi; meminta ‘hasil’ biasanya melahirkan kebuntuan; tapi meminta ‘sarana’ membuka jalan baru. Berdoa minta karunia yang menghiasi jiwa; keimanan, kesabaran berlipat, kemampuan berdzikir, bersyukur, serta beribadah; lebih indah daripada meminta benda-benda."

Ada pula Ibn ‘Athaillah dalam penggalan nasihatnya bahwa, “ Belumlah menjadi hamba sejati, Hingga kita lebih menikmati kemesraan dengan Sang Maha Pemberi, daripada sekedar pemberianNya.” Teranglah kini, yakni  perihal berdo'a bukan lagi cerita tentang meminta ini dan itu, ingin  itu dan itu, tapi berdo'a menjadi perihal kebutuhan utuh  untuk dapat selalu berkomunikasi mesra dengan Rabb Alam Semesta yang dirindu pagi, siang, malam. Sehinga Sebaik-baik do'a adalah semesra-mesra bersama Allah dalam meminta, tidak lagi mengkhawatirkan akan pengabulan tapi berharap terus dalam bermunajat pada-Nya. Marilah berupaya Berdo'a sesuai dengan  apa yang telah diajarkan dalam al-Qur'an dan al-Hadist, meminta dengan adab-adab yang baik untuk menjemput takdir terbaik dari sisi Tuhan Yang Maha Baik.

Dunia ini hanya persinggahan dan kita hanya mampir sejenak saja. Maka tak perlu meminta perkara dunia ini sebagai prioritas, namun berdo'alah pada Rabb Yang Maha Baik itu agar sekiranya diberikan dunia ini dalam genggaman tangan untuk memudahkan menjadi sebaik-baik pengabdi pada-Nya.

Minggu, 16 April 2017

DOA EMPAT RIBU TAHUN

Oleh: @salimafillah

Doa itu, doa yang berumur 4000 tahun. Ia melintas mengarungi zaman, dari sejak lembah Makkah yang sunyi hanya dihuni Isma’il dan Ibundanya hingga saat 360 berhala telah menyesaki Ka’bah di seluruh kelilingnya. Doa itu, adalah ketulusan seorang moyang untuk anak-cucu. Di dalamnya terkandung cinta agar orang-orang yang berhimpun bersama keturunannya di dekat rumah Allah itu terhubung dan terbimbing dari langit oleh cahayaNya.

“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan di antara mereka seoran DOA EMPAT RIBU TAHUN g Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaqksana.” (QS Al Baqarah [2]: 129)

“Kata adalah sepotong hati”, ujar Abul Hasan ‘Ali An Nadwi, maka doa adalah setetes nurani. Ia disuling dari niat yang haru dan getar lisan yang syahdu. Ia dibisikkan dengan tadharru’ dan khufyah; dengan berrendah-rendah mengakui keagungan Allah dan berlirih-lirih menginsyafi kelemahan diri. Dalam diri Ibrahim, kekasih Ar Rahman itu, doanya mencekamkan gigil takut, gerisik harap, dan getar cinta.

Maka dari doa itu kita belajar; bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat sebuah munajat dijawab, melainkan seberapa lama ia memberi manfaat. Empat ribu tahun itu memang panjang. Tapi bandingkanlah dengan hadirnya seorang Rasul yang tak hanya diutus untuk penduduk Makkah, tapi seluruh alam; menjadi rahmat bukan hanya bagi anak-turunnya, tapi semesta; membacakan ayatNya bukan hanya dalam kata, tapi dengan teladan cahaya; mensucikan jiwa bukan hanya bagi yang jumpa, tapi juga yang merindunya; dan mengajarkan Kitab serta Hikmah bukan hanya tuk zamannya, tapi hingga kiamat tiba.

Dari doa itu kita belajar; bahwa Allah Maha Pemurah; tak dimintaipun pasti memberi. Maka dalam permohonan kita, bersiaplah menerima berlipat dari yang kita duga. Allah Maha Tahu; maka berdoa bukanlah memberitahu Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra, agar Dia ridhai untuk kita segala yang dianugrahkanNya.

Kamis, 13 April 2017

Perjalanan Bersama al-Qur'an

Bismillah....
Ya Rabb ridhoi hamba,

Waktu bersama al-Qur'an itu mahal, sebab orang paling  kaya sekalipun tak mampu mengambilnya. Hanya orang yang memiliki kekayaan iman yang berhasil membersamai hidupnya dengan al-Qur'an. Berupaya menjaga dalam hati, lisan, dan amal di setiap saat.

Bagi mereka yang rindu bertemu Rabbnya, al-Qur'an adalah petunjuk terpenting agar rumitnya jalan di labirin kehidupan ini dapat ditelusuri dengan aman, tenang, dan terarah hingga selamat di kampung halaman, syurga.
Bagi mereka yang mendambakan keridhoan Rabbnya, bersama al-Qur'an menjadi kebahagiaan  yang dijaga pagi, siang, hingga malam. Hasrat untuk selalu diperhatikan oleh Rabbnya, memantik rindu berkepanjangan untuk hidup di bawah naungan al-Qur'an.
Bagi mereka yang berjuang untuk mencari keridhoan Rabbnya, menghafal al-Qur'an adalah harga mati agar Rabbnya memuliakannya atas   impiannya tuk menjadi panglima besar pengusung peradaban yang berada dibawah panji tauhid. Peradaban Dunia yang isinya adalah hamba-hamba yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka.

Jika ingin merasakan perjalanan penuh cinta, maka perjalanan itu adalah perjalanan bersama Al-Quran. Darinya kita akan belajar untuk mencintai apa yang semestinya dicintai dan apa yang mestinya ditinggalkan.

Allah SWT berfirman:

وَمِنَ  النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ  ؕ  وَ اللّٰهُ رَءُوْفٌ ۢ بِالْعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 207)

*Mudah-mudahkan dapat mengamalkan apa yang sampaikan, hanya hamba dhoif yang tengah ikhtiar tuk  dicintai al-Qur'an

SN_6:28, 14-04-17
@Bandung

Selasa, 28 Maret 2017

Menyikapi Ujian

Tidak ada celah dalam kehidupan ini untuk bebas dari ujian dari Allah swt. Sekolah pasti mengadakan ujian untuk peserta didik agar bisa naik ke level pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih tinggi. Agaknya kita begitu, ada beberapa hal yang mesti diketahui dalam menyikapi ujian dari Allah swt yakni Ujian yang Allah tetapkan tidak akan melewati kapasitas manusia dalam menerimanya, pasti telah dipertimbangkan oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Kedua, kita harus yakin bahwa ujian tersebut memiliki kebaikan jika disikapi dengan baik. Mendramatisir masalah dan melebih-lebihkan kegalauan, kejengkelan, kepiluan tentu tidak akan membuat masalah terselesaikan. Bukan masalah yang menjadi masalah tapi salah menyikapi masalah lah yang akan memperkeruh masalah. Ketiga, yakinlah bahwa tidak ada yang dapat memberi pertolongan untuk menyelesaikan ujian itu kecuali Allah, maka bermunajat lah  pada Allah dengan  rasa harap dan takut dengam kesungguhan, perbaiki shalat, lakukan yang Allah suka dan jauhkan apa yang Allah tidak suka lalu isilah setiap waktu dengan ibadah. Keempat, ingatlah, perihnya rasa sakit ketika menerima ujian itu sebagai alarm untuk taubatan nashuha dengan  semurni-murni niat, sekuat-kuat tekad, dan sehebat-hebat penyesalan kepada Allah swt sehingga ujian pun menjadi penggugur dosa-dosa. Kelima, yakinlah ujian yang Allah berikan untuk hamba-Nya bukan untuk menyakiti namun untuk menaikkan derajat hamba tersebut di sisi-Nya jika ujian tersebut diselesaikan dengan peningkatan keimanan pada Allah swt.

Semoga Allah kuatkan iman dalam menapaki satu ujian ke ujian lain yang lebih kompleks ya sholiha !!!
Jadilah yang tegar, orang-orang sholih terdahulu hidupnya padat dengan ujian dan ujian itu menjadikannya patut diberi gelar pemenang sejati untuk kemenangan agung, Syurga tertinggi di sisi Allah.

Minggu, 26 Maret 2017

Sayap-Sayap Terbang

Kepiawaian manusia mengeksplorasi  intelektualnya sangat menakjubkan. Terlebih di era teknologi mutakhir zaman ini kemudahan demi kemudahan untuk melegakan aktifitas sehari-hari dirasakan cukup memuaskan. Kita sangat mengenal perihal alat transportasi yang tersedia sebelum ditemukan dan didesesainnya inovasi di dunia teknik mesin dan elektronika perjalanan lintas daerah membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Apatah lagi untuk perjalanan lintas pulau, bisa menghabiskan hari-hari diperjalanan dengan menyebrangi lautan. Penemuan teknologi transportasi via udara sangat memberikan nilai lebih pada efesiensi waktu dan kenyamanan manusia untuk menuju dari satu kota ke kota lainnya baik itu lintas pulau maupun negara.

Jika ditelaah sejarah versi perkembangan ilmu di eropa setelah abad 21 dikabarkan bahwa penemu pertama desain pesawat adalah Wright Bersaudara. Benarkah? Memang beda versinya dengan sejarah versi peradaban emas Islam bahwa teknisi pertama yang menemukan desain sayap pesawat adalah Ibnu Farnas.

Sebenarnya saya hanya berhikmah dari firman Allah tersebut:

Allah SWT berfirman:

اَوَلَمْ يَرَوْا  اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰٓفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَ  ؕ     ۘ  مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُ  ؕ   اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ
"Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu."
(QS. Al-Mulk: Ayat 19)

Sungguh menakjubkan, langkah-langkah ilmiah telah Allah ajarkan kepada manusia semua yakni dengan observasi (pengamatan). Kita dituntun untuk menemukan hikmah dari apa yang di amati. Layaknya pesawat, ilmuan-ilmuan yang menemukan rancanga desain sayap pesawat bermula dari mengamati burung-burung yang terbang. MasyaAllah....jika manusia mau menelaah firman-Nya itu adalah petunjuk dan cahaya terang benderang untuk kehidupan yanh bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Jumat, 24 Maret 2017

Daya Urai Mata

Dalam riset ilmiah setiap ilmuan akan memulai rekayasa alam semesta ini dari langkah observasi. Metode Observasi atau boleh diartikan sebagai pengamatan yang sejauh ini dideskripsikan menggunakan segenap panca indra termasuk  mata. Pengamatan dengan mata manusia sangatlah terbatas untuk itu para ilmuan pun merancang sedemikian rupa perangkat yang membantu mereka untuk melakukan pengamatan, misalnya dalam menelusuri angkasa raya digunakanlah  teleskop.

Semua itu karena setiap manusia telah Allah jatahkan dengan daya urai mata. Lampu yang kita amati selalu menyala sejatinya tidak begitu adanya. Keterbatasan manusia yang memiliki waktu tunda sekuantitas 1/20 detik memberi kesan lampu terus menyala. Padahal jika pada lampu rumah tertera frekuensi 20 Hz artinya lampu tersebut terpaksa harus hidup mati sebanyak 20 kali sebagai dampak arus bolak-balik yang terpasang.

Jelas banyak sekali bukti keterbatasan daya urai mata manusia, seperti ketidakmampuan kita menyaksikan gelombang elektromagnetik yang menjalar dari satu pemancar ke pemancar yang lain, padahal hal ini nyata ada dan terbukti dari lalu lintas informasi dari internet, telpon selular, dan sebagainya. Sebagaimana keterbatasan mata menangkap wujud elektron yang tak henti berlari dengan kecepatan lebih kecil dari kecepatan cahaya di kabel-kabel listrik maupun pada piranti tenaga surya yang kini dikenal sebagai solar cell (pengubah energi matahari menjadi listrik dengan memanfaatkan sifat gelombang/sinar matahari dan partikel/elektron). Sekali lagi, walau tak dapat dicerna penglihatan namun elektron itu nyata adanya bukan?

Disisi lain kita sangat mensyukuri keterbatan penglihatan yang Allah karuniakan. Sehingga kita menjadi lebih nyaman tanpa perlu stres menghindari arah-arah sinar UV yang terpancar di siang hari atau menjadi begitu tertekan dengan alur gelombang elektromagnetik yang ada di telpon genggam dan gagdet kita. Jelas Maha Cerdas Allah, Pendesain terbaik segala sesuatu bagi sistem tubuh manusia.

Mata kita memiliki daya urai mata yang menjadikan penglihatannya  terbatas. Itulah faktanya ! Dalam hal ini marilah menyingkap petunjuk Ilahi, apakah daya urai mata manusia dapat menjadi tak terbatas ?. Jawabannya ada pada Q.S. Qaf:22

Allah SWT berfirman:

لَقَدْ كُنْتَ فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيْدٌ
"Sungguh, kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam."
(QS. Qaf: Ayat 22)

Teranglah bukan? Bahwa pada hari yang Allah tetapkan daya urai mata manusia tidak lagi terbatas sehingga kita dapat menyaksikan dengan penglihatan secara langsung dimensi selevel malaikat (dari cahaya). Hikmah dari pembelajaran ini mengarah kita kepada sifat ihsan, yakni keyakinan bahwa setiap dari kita selalu di awasi oleh Allah kapan pun dan dimana pun dengan presisi dan akurat,  sekalipun kita belum mampu melihat siapa dan dimana keberadaan yang tengah mengawasi segenap aktifitas lahir dan batin kita, tapi mereka pasti ada. Dari kiasan tanda-tanda kebesaran Allah melalui daya urai mata manusia semoga membuka cakrawala baru bagi pemahaman dan kesadaran kita tentang kebenaran 'pengawasan langit' tersebut. Sehingga kita menjadi selektif memilih apa yang akan dilakukan baik itu aktifitas hati, pikiran, maupun jasad. Dengan senantiasa merasa diawasi setidaknya, akan hadir perasaan khouf (takut) jika melakukan segala sesuatu yang Allah murka dan lebih termotivasi untuk menggunakan karunia tubuh, hati,  dan pikiran kepada amalan-amalan yang Allah ridhoi.

Selain merasa diawasi oleh Allah dengan perantara para malaikat, kita mesti sadar bahwa kita selalu dalam pengintaian setan yang tak henti menyerang dari berbagai sisi untuk membujuk pada kedurhakaan kepada Allah, sebagaimana yang telah diterangkan dalam firman Allah:
Allah SWT berfirman:

قَالَ قَرِيْنُهٗ رَبَّنَا مَاۤ اَطْغَيْتُهٗ وَلٰـكِنْ كَانَ فِيْ ضَلٰلٍۢ بَعِيْدٍ
"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh.""
(QS. Qaf: Ayat 27)

Kejamnya setan adalah membisikkan kejahatan dan tidak bertanggungjawab atas bisikan itu, memang karena salah manusia sendiri yang dengan kerelaan mengikuti bisikan kesesatan itu. Hal sedemikian mestilah diwaspadai sebab kita belum mampu mengamati dimensi jin (setan) namun golongan setan leluasa mengamati kita. Maka kita sebagai manusia yang lemah harus selalu memohon perlindungan Allah dari tipu daya setan tersebut.

Alangkah beruntung jika kesadaran akan tiba waktu 'itu' diyakinkan dengan seutuh keyakinan dari saat ini (di dunia). Sehingga, tidak ada penyesalan yang tercipta di hari kemudian (akhirat). Semoga kita tergolong hamba-hamba Allah yang disebutkan dalam firman-Nya:
Allah SWT berfirman:

مَنْ خَشِيَ الرَّحْمٰنَ بِالْغَيْبِ  وَجَآءَ بِقَلْبٍ مُّنِيْبِ
"(Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat,"

اۨدْخُلُوْهَا بِسَلٰمٍ  ؕ  ذٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُوْدِ
"masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi.""
(QS. Qaf: Ayat 33-34)

Kemenangan Agung

Sebelumnya marilah buka mushaf kesayangannya, lalu liriklah Surat Ad-Dukhan:44-57. Baiklah saya tegaskan pada ayat ke 57

Allah SWT berfirman:

فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكَ    ؕ  ذٰ  لِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
"itu merupakan karunia dari Tuhanmu. Demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. Ad-Dukhan: Ayat 57)

Karunia menjadi penghuni syurga adalah kemenangan yang agung. Kemenangan di atas kemenangan yang ada di dunia ini. MasyaAllah, tercenung saya mentadabburinya. Betapa, kala azan dengan bait indahnya "Marilah menuju kemenangan/Hayya 'Ala Falah" adalah seruan dahsyat lagi menggetarkan. Bagaimana tidak, karena Allah tengah memanggil para penduduk syurga yakni mereka yang bersegera menyambut seruan itu (azan)  dengan penuh rasa rindu tuk bersua dengan Tuhannya Yang Maha Mulia. Ah, indah lah jika kita mau meluangkan waktu untuk menelaah ayat-ayat cinta-Nya.

Seperti halnya baru bertemu dengan seseorang, sangat manusiawi jika kita tidak yakin padanya. Berbeda dengan sohib karib yang sudah sangat dikenal dan dipahami segala sesuatu yang ada padanya, sontak keyakinan padanya akan mengkristal. Begitulah kita terhadap Allah...saat Allah memanggil kita untuk meraih kemenangan (shalat) kadang  kita sangat mudah mengabaikan boleh jadi karena kita belum mengenal Allah seutuhnya. Jika ma'rifatullah (mengenal Allah) telah terinstal sempurna dalam jiwa dan hati, mendengar seruan shalat seolah mendengar seruan Allah untuk pulang kampung (Syurga) dalam keselamatan. Masya Allah

Dalam konteks Surat al-Jatsiyah:30 pun masih perihal kemenangan:

Allah SWT berfirman:

فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِيْ رَحْمَتِهٖ    ؕ  ذٰ لِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْمُبِيْنُ
"Maka adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka Tuhan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Demikian itulah kemenangan yang nyata."
(QS. Al-Jasiyah: Ayat 30)

Namun, penyempurnaan kalimatnya dengan kemenangan yang nyata. Tetap saja kemenangan yang nyata itu adalah syurga. Kemenangan yang lagi euforia layaknya di dunia.

Bisa juga dikiaskan, orang-orang yang tak tanggap akan seruan kemenangan itu (azan) dan menggulur-ngulur waktu pengerjaannya adalah mereka yang tengah lupa bahwa fitrah mereka adalah penduduk syurga (Nabi Adam dari Syurga). Kealpaan itu membuat dirinya tak terpanggil dalam artian sederhana tak merasa dirinya penduduk syurga. Bukankah dunia ini adalah kompetisi untuk memenangkan syurga atau neraka?. Lantas bagi mereka yang tak merasa dirinya penduduk syurga, dengan pengabaian itu, tengah berjuang untuk menjadi penduduk apa? Na'udzubillah.

Semoga Allah mudahkan langkah kita menyambut seruan Allah dengan bersegera dan menunaikan seruan itu dengan penuh khidmat dan khusyuk mengharap ridho-Nya.

*hanya tengah merenung dan ini mutlak untuk saya sebenarnya, semoga dengan berbagi menjadi lebih menguatkan.

Kamis, 23 Maret 2017

Merajut Benang-Benang Bahagia

Bismillah....

Setiap manusia sekolah, bekerja, dan berusaha dalam kehidupannya tak henti-henti mengejar kebahagiaan. Bersekolah agar dapat prestasi sehingga bisa bahagia, bekerja agar memperoleh uang yang banyak sehingga dengan itu dapat bahagia, termasuk lah dalamnya memiliki jabatan, keluarga, dan apapun di dunia ini agar dengan itu menurut pandangannya bisa mencapai kebahagiaan.

Perlu kiranya dirumuskan perihal kebahagiaan itu dalam kaca mata yang Allah ridhoi. Sebab ada dua tipe orang dalam menggapai kebahagiaan yakni orang akan bahagia dengan kesenangan dan orang yang akan bahagia dengan ketenangaan. perbedaannya adalah pada durasi waktu bahagia yang didapatkannya. Orang yang yang mencari kebahagiaan dengan kesenangan maka ia akan peroleh bahagia itu pada ambang batas yang sangat singkat karena sifatnya materi. Nikmatnya, orang yang menelusuri kebahagiaan dengan ketenangan maka rentang bahagia yang didapatkannya bersifat abadi.

Bila untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih lama dengan ketenangan, maka baik pula dipelajari tentang benang-benang apa yang mesti dirajut agar terkibar kebahagiaan itu, yakni melalui
1. Dzikir pada Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. ar-Ra'd:28)

2. Shalat. Manusia diciptakan berkeluh kesah (tidak tenang) kecuali orang-orang yang menjaga  shalatnya sebagaimana terlampir dalam Q.S. al-Ma'arij: 19-23). Terlebih jika mampu melaksanakan tahajud. Dalam tahajud Allah telah menjanjikan mengokohkan jiwa setiap diri yang menunaikannya. Hal ini yang menjadikan Rasul saw dapat tenang dalam menghadapi kaumnya yang ingkar dan menentang risalah dakwah.

3. Membaca Qur'an. Sebab tilawah al-Qur'an adalah muara rahmat, petunjuk, serta hidayah dari Allah swt. Terlebih orang yang mempelajari akan Allah jaminkan baginya sakinah.

4. Istighfar, taubat pada Allah swt. Karena dosa itu membuat gelisah pelakunya, maka dengan kembali pada Allah dengan taubatan nasuha dilapangkan pula hatinya.

5. Ikhlas. Dengan tidak mengharapkan penilaian dan pembalasan dari makhluk hati pun lebih tentram dan damai. Fokus dalam hidupnya hanya 'penilaian langit' agar Allah ridho padanya dan apa yang Allah tetapkan baginya diberi keridhoan menerimanya.

6. Yakin. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang yakin atas segala yang Allah tetapkan dan  yang Allah  wajibkan baginya yakni taat dan takwa disetiap waktu.

7. Rumah tangga. Sebagaimana dalam Q.S ar-Rum:31, bahwa berpadunya dua hati dan raga dalam ikatan suci serta sakral pernikahan akan memberikan ketenangan bagi kedua insan yang Allah takdirkan bersama. Maka terkenanglah kisah bunda  Khadijah ra yang dengan kelembutan dan kehangatan menyelimuti Rasulullah saw saat pertama menerima wahyu di gua hura. Lalu Rasul saw pun mendapatkan ketenangan dalam pangkuan sang Istri tercinta. Maka peran Istri di rumah adalah melukiskan atmosfer ketenangan bagi penghuninya. Jika dalam rumah tangga tidak memperoleh ketenangan maka ada yang perlu diperbaiki dalam rumah tangga tersebut.

8. Lingkungan. Memilih kebersamaan dan pergaulan dengan majelis ilmu serta sahabat-sahabat yang sholih secara otomatis memberikan ketenangan.

Semoga segenap benang-benang tuk merajut kebahagiaan tersebut dapat kita upayakan. Yakni kebahagiaan yang abadi yang diikhtiarkan dengan mencari ketenangan.

Selamat berbahagia sholiha....

Minggu, 12 Februari 2017

Mahalnya Hidayah

Dunia ini menggiurkan, penuh daya pesona lagi memukau. Kita yang berhati lalai betapa lunglai jika dihadapkan pada dunia ini. Bahkan mereka yang tertipu oleh dunia akan menjadikan kegiatan hanya semata untuk kepentingan dunia. Yang lebih menyedihkan ada pula yang menggadaikan keimanan dan keislamannya demi secuil perhiasan dunia ini.

Alhamdulillah, bersyukurlah jika Allah Yang Maha Baik telah memberi kita hidayah Islam dan iman pada kita. Pertahankanlah sekuatnya dan jangan dilepaskan. Rawatlah keimanan itu dengan ilmu. Rajin-rajinlah berinteraksi dengan orang-orang sholih. Akrabi diri dalam lingkungan positif yang dapat mengisi energi jiwa dan ruhy.

Hidayah itu mahal dan tak ternilai harganya. Sungguh rugi menggadai hidayah dengan dunia yang hanya 1% nikmatnya dibandingkan syurga. Dunia ini cukuplah sebatas pelayan untuk kita dalam menjalani ketaatan pada Allah, sedang ilmu pengetahuan menjadi jalan bagi kita untuk semakin mengenal diri sebagai hamba dan Allah sebagai Rabb Yang Agung.

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا  سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ  ؕ  اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 186)

Terus berdo'a ya sholiha dan jangan putus berdo'a agar Allah terus mengistiqamahkan dalam keimanan dan ketakwaan.

Sabtu, 11 Februari 2017

Ditinggal yang Paling Dicintai

Ada diantara mereka yang ditinggal orang yang paling dicintainya.
Sedih bukan?Kejadian  semacam ini sering terjadi, kadang  membuat kita marah dan merasa bahwa Allah tidak adil kepada hidup kita. Betapa hal  ini yang membuat dari sekian kita menjadi tumbang keyakinan. Berbeda dengan orang-orang beriman dan orang orang sholih.  
Tentang kehilangan itu, begini pesan cinta dari Allah:

Allah SWT berfirman:

وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ  الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ  ؕ  وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
(QS. Al-Baqarah: Ayat 155)

Saat kehilangan amat beruntung jika hati dapat ridho atas ketentuan Allah. Diberi keridhoan hati itu sebenarnya nikmat besar yang mesti sangat  disyukuri. Sebab Allah akan memberi balasan terbaik atas keridhoan kita. Memang kita menjalani hidup ini dalam rentang waktu saja. Pasti kita akan berpisah atau dipisahkan.  Masing-masing kita akan menjalani ujian yang beragam. Yang mesti dipahami adalah bahwa kita akan menerima Ujian masih dalam batas kemampuan diri.

Allah SWT berfirman:

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ  بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَاۤ اَصَابَكَ  ؕ   اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ۚ  
"Wahai anakku! Laksanakanlah sholat dan suruhlah (manusia berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."
(QS. Luqman: Ayat 17)

Bersabarlah sholiha, itu perkara penting ! Mudah-mudahan diampuni dosa-dosa, dirahmati hidupmu, dan selalu dalam petunjuk Allah.

Barang siapa yang memaksa diri untui bersabar, maka Allah akan melimpahkan kesabaran baginya.