Minggu, 23 April 2017

Pengiring Impian

Bila memang hidup ini adalah medan laga untuk menjadi pemenang, maka di awal takdirnya kita ada di kehidupan dunia ini telah menjadi pemenang, bukan? Setiap diri itu telah berhasil berkompetisi dengan diri-diri yang lain untuk menjadi pemenang lahir ke dunia ini. Ini memang falsafah yang klise, tapi dari kesadaran ini memberi asupan sugesti bagi diri fitrah manusia itu adalah jiwa seorang pemenang.

Bagaimana dengan memenangkan impian? Hhmmmm, orang-orang hebat yang namanya berhasil ditoreh dalam tinta sejarah adalah bagian dari mereka yang berhasil menjadi  pelestari impian. Begitu lemahnya gerak menuju kontribusi-kontribusi besar itu jika tidak di awali dari blueprint impian seseorang. Lantas memenangkan impian itu adalah seni  menata pikiran, mengendalikan emosi,  memancang tekad, serta merumuskan strategi. Tidak mudah memainkan seni itu, namun akan menjadi indah dengan pengiringnya, yakni kedekatan dengan Tuhan.

Impian setiap kita adalah beragam. Sebab ia semacam  hasrat yang benar-benar diinginkan, dan apapun kondisinya harus terwujud. Kita mengerti bahwa rasa ingin setiap manusia itu tidak sama. Ada yang memiliki pencapaian menjadi orang sukses di bidang tertentu, ada yang memiliki pencapaian mendapatkan sesuatu, ada pula yang memiliki pencapaian untuk memberikan kontribusi demi misi kemanfaatan dirinya sebagai makhluk sosial, bahkan ada yang memiliki pencapaian tidak sebatas limit hidup di dunia melainkan hingga di kehidupan setelah dunia ini binasa.

Terlepas dari semua aneka impian itu, yang paling mendasar darinya adalah pengiring apa yang digunakan untuk memenangkan impian yang ingin ditaklukkannya itu. Sebaik-baik pengiring adalah kekuatan besar dari Rabb Alam Semesta sebagai muara dari sebab mengapa kita harus memiliki impian itu. Dengan pengiring ini akan memaksa sang pemenang impian itu terus berada dalam amalan-amalan yanh membuat Rabbnya ridho padanya. Karena ia sadar bahwa tanpa Rabb nya itu maka takkan pernah mampu ia mencapai sebaik-baik jalan dalam meraih apa yang ia impikan. Pada akhirnya,  sang pemenang impian pun selalu mengorelasikan segenap jejak perjalanan yang ditempuh dengan rambu-rambu yang telah Dia tetapkan. Jadilah baginya, al-Qur'an itu sumber amunisi dan petunjuk terbaik dalam perjalanannya.

Bila pengiring dari impian itu telah dibakukan. Semoga semua menjadi lebih mudah dan terarah. Jangan lupa jadikan kontribusi sebagai bagian dari impian itu. Disanlah pembeda orang hebat berjiwa besar dan orang hebat yang berjiwa kerdil. Yakni dari kontribusinya. Jadi teringat dengan kisah biografi BJ. Habibie,  beliau hanya tidur maksimal hanya 1-2 jam sehari selama 2 bulan hanya untuk memikirkan nasib bangsa ini. Memikirkan perihal  kontribusi.   Lalu kisah Sahabat Umar bin Khaththab ra  ketika ditanya perihal waktu istirahatnya, beliau menjawab bahwa waktu siang itu untuk bekerja melayani para hamba Allah (saat beliau menjadi khalifah) dan malam hari waktunya untuk berkhalwat kepada Allah. Artinya beliau hanya menyisakan sedikit sekali waktu untuk tidur. MasyaAllah....

Jadilah pemenang ! Capai impian ! Bisa ! Allahu Akbar !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar