Selasa, 24 Desember 2013

Aku Perempuan Pesisir Sesaat

Hembusan angin dengan lembut membelai wajahku, pasir pantai terhampar luas dengan gagahnya. Deru sang ombak menambah ornamen keindahan hari ini. Berwisata ke Pantai Karolin di Kampung Bungus. Memuntahkan kekagumanku  hingga tak sanggup lagi keluarlah tasbih, tahmid dan tahlil. Menawan sekali. GUgusan bebukitan melingkung melindungi goncangan. Sesekali aku terkesima. Duhai Tuhan nan Maha Kuasa tak kusadari semua nikmat yang tersungguh. Bukan hanya itu. Kuteguk sejuknya ukhuwuah di sini, bersama sahabat-sahabat yang ku sayangi karena Allah.
    Ku perhatikan satu-persatu manusia-manusia itu. Semua sibuk dengan aktifitas asyik bersama keluarga, ada juga yang bergembira karena dagangannya laris manis oleh pengunjung parawisata. Hari ini ramai sekali. Liburan panjang menjadikan salah satu tempat yang ideal untuk memupuk benih-benih kebersamaan. Yang mungkin sehari-harinya kebersamaan itu tergerus oleh kegiatan masing-masing. Laki-laki itu penjual pangsit, masih muda belia. Tergambar keteguhan di air mukanya. Berbeda dengan pemuda lainnya. Mereka sibuk dengan aktifitas hura-hura dan mubazir. Namun si penjual pangsit itu mengabdikan diri untuk mencari karunia Allah. Bisa jadi untuk menghidupi keluarga, atau biaya sekolah, atau orang tuanya sekarang sedang terbujur lemah dirumah karena sakit.
    Di sana juga ada kakek-kakek yang tadinya mengantarku ke pulau pasir. Gurat kerja keras melingkung melengkapi kerutan di parasnya. Sembari menatap laut ku sisir hatiku untuk muhasabah diri. Ntah apa yang ku kecap di masa tua ku kelak. Akan kah pada usia yang telah lapuk aku harus berdikari untuk mencukupi kehidupan. Untuk kakek itu, tiada kata yang terucap. Hanya keperihan yang hinggap. Kemana anak-anaknya ?. Mengapa hanya sendiri mengarungi lautan ini bersama para tamu yang ingin berwisata dengan kapalnya. Kutanya pada laut yang membiru, namun jawabannya hanya desir-desir air yang menghempa-hempa. Bisa jadi ini sudah menjadi pilihan hidup kakek itu yang di titah oleh Sang Kuasa.
       Langit terus dengan gumpalan bulu-bulu putihnya. Semenawan semesta, namun tak sumringah wajah anak itu. Sekeliling pantai derai bahagia terus terlahir dari rasa-rasa anak yang berhamburan di pesisir ini. Mengapa anak itu memasang wajah suram dan lusuh. Entah karena lapar, atau sedang mencari makna hidup yang tak kunjung mencuar. Tubuh yang ringkih itu terus menyusuri tepian pantai mendongkak kepala kesana kemari bersama tatapan kosong memandang anak-anak yang bermain bersama orang tua. Aku menghela nafas panjang. .....
       Memang benar, manusia adalah makhluk yang sangat pelupa sekali. Dari sekian banyak curahan rahmat Allah yang diberi. Kita khususnya aku masih sering juga melontarkan keluh kesah kepada Allah. Semestinya kita malu. Masih bisa bernafas dengan gratis yang lain harus membeli oksigen yang memadai untuk menyambung nafas di ruang ICU, masih bisa melihat, tapi jarang digunakan untuk membaca al-Qur'am, membaca untuk menambah ilmu yang bermanfaat, serta mentadabburi alam  ini. Ia malah lebih di sibukkan untuk melihat perkara yang melalaikan dan sia-sia seperti menonton sinetron, dan sebagainya. belum d=lagi organ lain yang masih terfungsikan dengan baik dan sehat. Ini baru tubuh. Bagaimana dengan rumah, makan, minum, dan kebahagian bersama keluarga itu. Astaghfirullah. Pantai ini membuka semua kealfaan diri.

Aku Wanita Pesisir Sesaat lalu tersesat di jurang pertobatan. Ya Allah ampuni aku dengan segenap kekhilafan diri. Terima diri ini untuk mengabdi denga tulus ikhlas menjalani agama Mu yang lurus. Semoga Engkau ridho dan menjadikanku mulia disisiMu. amin

Pantai Karolin, 25 Desember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar