Jumat, 20 Desember 2013

Syarah Dasar Arkanul Bai’ah (Prinsip Dasar Dakwah)


10 Syarah Dasar Arkanul Bai’ah (Prinsip Dasar Dakwah)

1. Al-Fahmu (Paham), adalah yakin bahwa fikrah (pandangan ) kita adalah fikrah Islami dan sahih.Anda harus memahami Islam sebagaimana diuraikan dalam ushul  ‘isyrin.

2. Al-Ikhlash, setiap muslim, harus mengharapkan keridhaan Allah dan pahala dari semua ucapan, amal, dan jihad yang dilakukannya tanpa didorong oleh kepentingan pribadi, penampilan, kemewahan, pangkat, gelar, kedudukan dan yang lainnya.

3. Al-’Amal, adalah  buah dari ilmu dan ikhlas. ( At-taubah 105 )

4. Al-Jihad, adalah kewajiban yang harus dilakukan terus menerus dan  berkesinambungan sampai hari kiamat, seperti yang telah dinyatakan dalam hadist Rasulullah Saw: “ Barangsiapa yang mati (sedang) ia tidak pernah berperang dijalan Allah dan tidak pernah berniat untuk berperang (di jalan Allah), ia mati dalam keadaan jahiliah.”

5. At-Tadhhiah, adalah mengorbankan jiwa, harta, waktu, kehidupan dan semua potensi untuk mencapai tujuan. Di dunia ini tidak ada jihad tanpa pengorbanan. Setiap pengorbanan  dalam memperjuangkan fikrah  kita tidak akan sia-sia, bahkan mendapat pahala yang besar dan baik di sisi Allah SWT. Barang siapa yang tidak mau berkorban bersama-sama kaum muslimin dalam melaksanakan jihad fi sabilillah akan berdosa dan akan menanggung segala akibatnya. Q.S. At-Taubah: 24
     harus istimrar, berkesinambungan dalam pengorbanan. q.s at-taubah: 111

Pengampunan (At-Tawbah):111 - Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
6. Ath-Tha’ah (Taat), adalah menerima perintah dan melaksanakannya dengan cepat, baik di waktu senang atau sulit, terhadap hal-hal yang disukai atau dibenci.
sebaik-baiknya jual beli, berdaganglah dengan Allah.

6. Ath-Tha’ah (Taat), adalah menerima perintah dan melaksanakannya dengan cepat, baik di waktu senang atau sulit, terhadap hal-hal yang disukai atau dibenci.
tha'ah adalah buah dari loyalitas dari Allah, muslim, dan mukmin. Al-Quran itu harus bersama kita. karena segala bentuk ketaatan itu harus terarah. Oleh karena itu, harus mengacu pada ketentuan Allah, yakni al-Qur'anul Karim. Dan bentuk ketaatan pada Rasul menjalani sunnahnya, maka hadits-hadits Rasul harus berada dalam dekapan Kita. mukmin yang kita taati adalah insan dan saudara seiman yang taat pada Allah dan Rasul yang berpijak pada Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam ketaatan harus bersabar.

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu kesabaran dalam ketaatan, meninggalkan maksiat, serta menghadapi musibah dan takdir Allah yang tidak disukai.

Dan, sebagian ulama lagi menegaskan, jenis sabar yang paling tinggi adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Sebab, ketaatan itu lebih utama dari meninggalkan maksiat.

Allah berfirman, “Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?’’ (QS Maryam [19]: 65).

Sabar dalam ketaatan mencakup sabar sebelum melakukan ketaatan dengan meluruskan niat untuk ikhlas hanya karena Allah, sabar ketika melakukan ketaatan adalah melakukannya dengan terbaik sesuai tuntunan Rasulullah, dan bersabar setelah melakukan ketaatan dengan tidak bersikap ujub membanggakan ibadah yang telah dilakukan karena belum tentu diterima Allah.

Imam Syafi’i berkata, “Di Madinah aku melihat empat hal aneh, salah satunya, seorang kakek berumur 90 tahun sepanjang hari berjalan tanpa alas kaki mengunjungi para penyanyi wanita untuk diajarkannya bernyanyi.

Namun, ketika datang waktu shalat, ia shalat dengan cara duduk. Hal ini menunjukkan betapa beratnya taat itu bagi mereka yang tidak diberikan taufik oleh Allah.”

Di antara jalan agar kita bisa bersabar adalah dengan selalu bersama orang-orang taat. “Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas. (QS al-Kahfi [18]: 28).

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa perilaku orang taat itu didominasi dua hal.

Pertama, di awal pagi ia selalu berharap dan berdoa kepada Allah agar hari ini mendapatkan taufik, yaitu bersatunya keinginan hamba dengan kehendak (iradah) Allah. Dengan demikian, keseluruhan harinya dapat diisi dengan beribadah hanya kepada-Nya.

Kedua, di akhir siang dan awal malam ia senantiasa beristighfar, mengevaluasi segala apa yang dijalaninya pada hari ini dan mengakhirinya dengan bertobat kepada Allah.

Agar dapat bersabar dalam melakukan ketaatan, Allah memerintahkan kita selalu bersama orang yang taat, bersahabat, dan mencari teman yang selalu melakukan ketaatan.

“Seseorang mengikuti agama kawannya. Karena itu, lihatlah olehmu siapakah yang menjadi kawanmu.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

Dalam surah al-Kahfi ayat 28 di atas, Allah juga mengingatkan agar jangan sampai memalingkan wajah kita dari orang-orang taat hanya karena menginginkan kesenangan dunia yang bersifat sementara.

Jangan pula menjauhi orang-orang taat hanya karena mereka terlihat miskin tak berharta. Nilai kesenangan dunia bagi Allah tidaklah lebih baik daripada sayap nyamuk.

Dari Sahl bin Sa’d al-Sa’idi ra. ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Kalau dunia itu sebanding dengan sayap nyamuk di sisi Allah, pasti Allah tidak akan memberi minum seteguk air minum pun untuk orang kafir.” (HR Bukhari).

Untuk menjaga konsistensi ibadah, Allah juga mengingatkan kita tidak mengikuti orang-orang yang dilalaikan hatinya. Hingga kemudian mereka lupa berzikir kepada Allah dan lupa kepada kehidupan akhiratnya. Mereka ini adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan segala urusannya akan berakhir dengan kesia-siaan.

Meskipun kelihatannya mereka mempunyai harta dan kekuasaan, tetapi semua itu tidak  mendatangkan kebahagiaan baginya di dunia, tidak menenangkan hatiny,a dan tidak akan mendatangkan kebahagiaan di akhirat.

Semoga kita termasuk yang diberi taufik oleh Allah sehingga mampu bersabar bersama hamba-hamba-Nya yang selalu melakukan ketaatan kepada-Nya. Wallahu a’lam bish
7. Ats-Tsabat (Keteguhan), al akh senantiasa bekerja dan berjihad untuk mencapai tujuan, meskipun tujuan tersebut masih jauh bahkan memakan waktu bertahun-tahun  sampai ia bertemu Allah Swt dan benar-benar berhasil memperoleh salah satu dari dua kebaikan : tercapainya tujuan atau mati syahid.

8. At-Tajarrud (Totalitas),  adalah membersihkan fikrah dari segala pengaruh ajaran dan tokoh lain.

9. Al-Ukhuwwah, Adalah mengikat hati dan ruh dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kokoh dan paling mulia. Ukhuwah adalah saudara iman, sedang perpecahan adalah saudara kekufuran. Kekuatan utama adalah kesatupaduan dan kesatupaduan tanpa adanya cinta. Derajat cinta yang paling rendah adalah hati yang selamat dari segala buruk sangka kepada saudara muslim lainnya. Derajat cinta yang paling tinggi adalah itsar.
10. Ats-Tsiqah, adalah tentramnya jundi  (prajurit) kepada mas-ulnya dalam hal kemampuan dan keikhlasannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar