Senin, 16 Desember 2013

catatan 16 Desember 2013

Sebenarnya lelah sekali, selelah bumi berotasi, sejenuh matahari menyinari bumi, sebosan embun menyejukkan sang tetumbuhan, semua tak akan bisa teratasi jika kealpaan akan titah penghambaan itu merasuki diri. Begitu pun langit dan bumi. Ia juga datang baik dalam keadaan sukarela maupun terpaksa. Namun kerelaan lebih melapangkan langkahnya untuk memerankan skenario alam semesta.
Aku dan tablet baru, punya sejarah yang nantinya akan  mendatangkan karya-karya terbaik untuk Allah bukan manusia. Menulis menjadikan aku lebih lega dan melegakan. Namun tetap ku upayakan menata kata-kata menjadi santapan yang santun bagi para pembaca. Tidak ada niat lain melainkan kerinduan yang teramat pada amal jariyah. 
Seharian bekerja membuncahkan cerita-cerita unik untuk di tuturkan. Tadi aku di datangi oleh dua ibu ibu paruh baya, yang memasang wajah sayu, tatapan nanar, nafas tercekat, dan mata yang basah. Sembari bercerita tentang hidupnya ia terus mengutuki Allah yang begitu tega pada dirinya. Dengan tenang ku dengar satu persatu ceritanya, ku cermati dan setelah ibu itu diam aku pun mulai angkat bicara. Buk, jika ibuk tidak yakin pada Allah bagaimana mungkin Allah membantu dan berbaik untuk mencurahkan karunianya kepada ibuk. Dengan semangat ibuk itu terus menyanggah bahwa ujian yang dititipkan Allah itu di luar kesanggupannya. Ntahlah, aku hampir bingung harus berkata apa. Setiap aku jelaskan ayat ayat Allah yang ada hanya bantahan. Pada akhirnya ku keluarkam al-ma'tsurat yang ku deskripsikan fungsi serta fadhilah membacanya. Syukurlah mereka bersedia mendengarkan penjelasanku. Akhir cerita, aku kisahkanlah tentang seorang janda yang kehidupannya jauh lebih nelangsa dari mereka, namun janda tersebut tak pernah mengeluh dan selalu berserah pada Allah, sekalipun makannya hanya ubi. Dan sekarang terbujur sakit, sedang anak2nya masih butuh biaya sekolah maupun kebutuhan hidup yang lain seperti makan. Namun janda itu tak putus berdoa dan menitipkan anaknya pada Allah semata.  Dan ku ceritakan juga sikap dermawan sang jandan yang menyisakan uang 1000 ribuah untuk di infakkan kala datang sang pengemis kerumah padahal uang yang dimiliki hanya 2000 saja hr itu. Tak kusangka kedua ibu terkesima dan langsung mengangguk-angguk takjub dan malu. Alhamdulillah, aku membatin. 
Ada satu yang membuat aku girang, bahwa ibuk itu langsung memasukkan uang infak ke kotak peduli di kantor ku, setelah mendengar kisah janda tadi. Semoga hal ini menjadi amal jariyah bagi janda yang ku teladani tadi dalam ceritaku pada kedua ibu itu. Amin
Tapi apakah ini yang membuat ku lelah, bukan, tentu ini energi bukan virus yang menggerogoti semangat. Yang membuat aku lelah adalah dosa-dosa ku. Yang menjadikan aku berat untuk mendekat pada Allah Dzat Yang Maha Suci. Aku kurang dzikir dan menjalani waktu dengan kebaikan-kebaikan yangndiharapkan-Nya. Aku juga lelah karena hati dan pikiranku sendiri yang merasa dan memikir perkara yang tidak mendatangkan manfaat dan menjadikan-Nya ridho.
Kini kuhela nafas yang panjang...... Ku tancap istighfar, aku rindu dekat Allah, apakah kerinduan ini sebuah kemunafikan, hanya Allah yang tahu. Yang kurasa hanya sedih jika harus jauh dari Allah. Pada Dzat yang sebenar mencintai dan memperhatikanku tak henti-henti. Aku juga rindu menjadi Muhammad al-Fatih yang dalam usia belia mampu berkarya raya dengan menaklukkan konstatinopel. Betapa rindu' rindu' rindu. Hati ku pun menjadi sendu sesamar temaram. Hanya dengan Allah menjadi tenang, dan kala mengingat hari kembali membuat ku menjadi tak mau dikalahkan oleh kemalasan. Biarkan saja hanya dengam membaca atau menulis setidaknya aku terus bergerak untul menjadi orang yang bermanfaat bagi umat. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar