Bismillah....
Setiap manusia sekolah, bekerja, dan berusaha dalam kehidupannya tak henti-henti mengejar kebahagiaan. Bersekolah agar dapat prestasi sehingga bisa bahagia, bekerja agar memperoleh uang yang banyak sehingga dengan itu dapat bahagia, termasuk lah dalamnya memiliki jabatan, keluarga, dan apapun di dunia ini agar dengan itu menurut pandangannya bisa mencapai kebahagiaan.
Perlu kiranya dirumuskan perihal kebahagiaan itu dalam kaca mata yang Allah ridhoi. Sebab ada dua tipe orang dalam menggapai kebahagiaan yakni orang akan bahagia dengan kesenangan dan orang yang akan bahagia dengan ketenangaan. perbedaannya adalah pada durasi waktu bahagia yang didapatkannya. Orang yang yang mencari kebahagiaan dengan kesenangan maka ia akan peroleh bahagia itu pada ambang batas yang sangat singkat karena sifatnya materi. Nikmatnya, orang yang menelusuri kebahagiaan dengan ketenangan maka rentang bahagia yang didapatkannya bersifat abadi.
Bila untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih lama dengan ketenangan, maka baik pula dipelajari tentang benang-benang apa yang mesti dirajut agar terkibar kebahagiaan itu, yakni melalui
1. Dzikir pada Allah, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. ar-Ra'd:28)
2. Shalat. Manusia diciptakan berkeluh kesah (tidak tenang) kecuali orang-orang yang menjaga shalatnya sebagaimana terlampir dalam Q.S. al-Ma'arij: 19-23). Terlebih jika mampu melaksanakan tahajud. Dalam tahajud Allah telah menjanjikan mengokohkan jiwa setiap diri yang menunaikannya. Hal ini yang menjadikan Rasul saw dapat tenang dalam menghadapi kaumnya yang ingkar dan menentang risalah dakwah.
3. Membaca Qur'an. Sebab tilawah al-Qur'an adalah muara rahmat, petunjuk, serta hidayah dari Allah swt. Terlebih orang yang mempelajari akan Allah jaminkan baginya sakinah.
4. Istighfar, taubat pada Allah swt. Karena dosa itu membuat gelisah pelakunya, maka dengan kembali pada Allah dengan taubatan nasuha dilapangkan pula hatinya.
5. Ikhlas. Dengan tidak mengharapkan penilaian dan pembalasan dari makhluk hati pun lebih tentram dan damai. Fokus dalam hidupnya hanya 'penilaian langit' agar Allah ridho padanya dan apa yang Allah tetapkan baginya diberi keridhoan menerimanya.
6. Yakin. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang yakin atas segala yang Allah tetapkan dan yang Allah wajibkan baginya yakni taat dan takwa disetiap waktu.
7. Rumah tangga. Sebagaimana dalam Q.S ar-Rum:31, bahwa berpadunya dua hati dan raga dalam ikatan suci serta sakral pernikahan akan memberikan ketenangan bagi kedua insan yang Allah takdirkan bersama. Maka terkenanglah kisah bunda Khadijah ra yang dengan kelembutan dan kehangatan menyelimuti Rasulullah saw saat pertama menerima wahyu di gua hura. Lalu Rasul saw pun mendapatkan ketenangan dalam pangkuan sang Istri tercinta. Maka peran Istri di rumah adalah melukiskan atmosfer ketenangan bagi penghuninya. Jika dalam rumah tangga tidak memperoleh ketenangan maka ada yang perlu diperbaiki dalam rumah tangga tersebut.
8. Lingkungan. Memilih kebersamaan dan pergaulan dengan majelis ilmu serta sahabat-sahabat yang sholih secara otomatis memberikan ketenangan.
Semoga segenap benang-benang tuk merajut kebahagiaan tersebut dapat kita upayakan. Yakni kebahagiaan yang abadi yang diikhtiarkan dengan mencari ketenangan.
Selamat berbahagia sholiha....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar