Rabu, 22 Maret 2017

Dialog Guru dan Murid

Saya tersentuh dengan potongan dialog yang dimuat dalam Buku "Find Your Best Teacher" karangan Bambang Achdiyat ini:

Murid: Guru, adakah nasihat untuk saya yang sedang mencari jati diri?

Guru: Pertama, bergurulah pada guru yang terbaik di bidang yang kamu ingin pelajari. Kedua, secepatnya kamu tiru semua hal yerbaik dari dirinya dan jadilah setara dengan dirinya.

Murid: tiru? Bukankah saya harus jadi diri sendiri?

Guru: murid yang lebih cepat unggul dari gurunya adalah yang kebih cepat setara dengan gurunya. Karena setelah engkau otomatis engkau lebih baik.

Murid: mengapa otomatis?

Guru: Karena prestasi itu fungsi waktu. Jika engkau mendapatkan kualitas guru-gurumu di usia muda artinya engkau lebih baik dari mereka, karena mereka dulu di usiamu yang sekarang belum sehebat sekarang.

Murid: kalau saya sudah setara dengan mereka, lalu nanti apa bedanya dengan probadi mereka, usianya sajakah?

Guru: Dalam proses peniruan yang terbaik dari guru-gurumu, engkau akan menemukan pribadimu yang kelak tidak bisa lagi ditiru oleh orang lain, itulah pribadi aslimu. Engkau akan mendengar atau melihat kadang-kadang kalimat, tulisan, termasuk sikap saya yang mirip dengan guru-guru saya, itu artinya bahwa saya sedang menduplikasi kualitas mereka dan butuh waktu untuk bisa vatiasi menemukan yang baru dari kualitas terbaik guru-guru saya. Tapi tidak ada yang salah dengan meniru sikap terbaik dari yang terbaik.

    Sungguh membaca dialog tersebut sungguh menyentak saya setelah itu saya merasa amat perih. Rasa sakit atas ketidaktahuan itu sungguh menjengkelkan. Betapa banyak kesempatan untuk belajar dari orang terbaik yang telah saya lewatkan. Kesadaran akan singkatnya hidup di dunia  dan betapa berartinya singkatnya waktu itu untuk meraih keuntungan akhirat mengharus saya untuk tidak lagi membiarkan detik-detik berlalu tanpa bekas.

Kita mesti berbuat dan melangkah menjadi lebih baik. . .!

Semangat sholiha....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar