Ada satu bahasan yang menarik dalam acara Mozaik Islam yang ditayangkan Trans TV pagi hari yang lalu. Dalam salah satu segmennya, disampaikan bahwa Rasulullah saw tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan. Contoh yang diberikan adalah tertawa berlebihan dan makan yang berlebihan.Subhanallah, keren.benar banget.
Kedua hal itu, sejatinya dapat melemahkan iman, namun seringkali terabaikan.
Yang menarik untuk dicermati adalah bahwa Rasulullah saw sangat menganjurkan untuk memperbanyak senyum -bahkan senyum kita dapat bernilai sedekah-.
Lain halnya dengan tertawa. Jangan berlebihan.
Dari Abu Hurairah r.a,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﻟَﺎ ﺗُﻜْﺜِﺮُﻭﺍ ﺍﻟﻀَّﺤِﻚَ ﻓَﺈِﻥَّ ﻛَﺜْﺮَﺓَ ﺍﻟﻀَّﺤِﻚِ ﺗُﻤِﻴﺖُ ﺍﻟْﻘَﻠْﺐَ
“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.”
(HR. At-Tirmizi no. 2227, Ibnu Majah no. 4183, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 7435)
"mematikan hati", munhkin bahasa yg terlalu melangit dan sulit dijadikan parameter apakah selama ini kita telah terlalu banyak bersenda gurau dan tertawa yang berlebihan atau tidak.
Nah, dalam tayangan tersebut dijelaskan sisi ilmiah yang bisa menambah hikmah tentang anjuran untuk tak tertawa berlebihan.
Tertawa boleh jadi merupakan bentuk refleksi kebahagiaan. Yang dalam tubuh kita dipemgaruhi oleh keberadaan endorfin.
Di sisi lain, ada hormon serotonin yang memberi efek ketenangan tetapi dalam jumlah rendah dapat menimbulkan kesedihan, keresahan, dan perasaan semacamnya yang di zaman sekarang dikenal dengan sebutan galau.
Kedua hormon ini bekerja simultan, seiring sejalan.
Jika endorfin naik, maka serotonin ikut naik. Begitupun sebalikmya.
Namun, ternyata kedua hormon tersebut dapat pula mengalami ketidakstabilan. Kadar endorfin yang terlalu tinggi justru dapat menekan produksi serotonin.
Pemicu tingginya kadar endorfin salah satunya adalah tetawa yang berlebihan. Di satu sisi kita mungkin akan tampak sangat bahagia. Hanya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kadar serotonin justru ada di titik terendah dan mengakibatkan kita mudah merasa gelisah serta cemas. Dalam hal beribadah, kita jadi sulit khusyuk. Sedangkan dalam bermuamalah, kita akan menjadi pribadi yang kurang peka dengan lingkungan sekitar karena sibuk dengan kegalauan diri sendiri.
Menonton tayangan Mozaik Islam itu membuat saya sejenak berpikir. Jangan-jangan ketidakpedulian terhadap musibah yang terjadi di sekitar kita disebabkan karena diri yang kerap tertawa hingga terbahak-bahak.
Tak perlu jauh-jauh memikirkan saudara kita di Palestina, Suriah, atau Mesir yang hingga kini masih bergejolak. Memikirkan nasib korban gempa di Aceh & Lombok pun kita enggan. Ah, apalagi jika ditanya seberapa sesat ajaran Syiah. Mungkin kita menggeleng tak tahu.
Mungkin satu hal yang perlu menjadi sorotan adalah tayangan di televisi yang seringkali memicu tawa penontonnya. Bukan hanya dalam acara komedi, tetapi juga acara musik di pagi hari. Maka, lihatlah, kini kegalauan itu menjamur. kita lebih asyik update status atau ngetweet yang isinya melulu tentang diri. Sibuk mengatasi kegelisahan dan kecemasan sendiri.
Dan ketika nanti di bulan Ramadhan tayangan yang menemani waktu sahurpun tak lepas dari gelak tawa pengisi acaranya, mungkin memang sudah saatnya kita mematikan TV alihalih mematikan hati kita.
***
Referensi tambahan:
* al-atsariyyah.com/banyak-tertawa-mematikan-hati.html
* ronymedia.wordpress.com/2010/08/01/banyak-ketawa-mematikan-hati/
Penulis Sari Yulianti
@muhajirinanshor 5 dengan perubahan seperlunya.
Sabtu, 25 Januari 2014
Galau Karena Bahagia yang Berlebihan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar