Senin, 20 Januari 2014

Bersyukur

   Barusan saya didatangi oleh seorang ibu. Raut wajahnya sayu dan membiaskan keluh kesah. Saya persilahkan ibu itu duduk.  Dengan serta merta langsung disodorkannya berkas-berkas permohonan bantuan. Saya minta beliau meceritakan kondisi keseharian dan ekonomi keluarganya. Sebelum bercerita matanya sudah berkaca-kaca. "Anak saya ada tiga, semua masih dalam tanggungan, anak-anak semangat sekolahnya luar biasa. Namun keterbatasan ekonomi membuat saya pesimis untuk melanjutkan sekolah anak-anak. Hutang saya pada tetangga untuk masuk SD anak saya yang ketiga masih belum lunas. Lalu anak saya yang pertama sudah kelas 3  SMP, uang les Rp 87.000,- setiap bulan. Kerja suami saya hanya kuli bangunan dan saya pemetik cabe di kebun. Kadang untuk makan saja kami susah sekali, tapi itu tidak jadi masalah utama karena perut kosong dan lapar yang menderu sudah menjadi penghias sabar kami. Anak-anak berprestasi di sekolah, itu yang membuat saya dan suami giat mencari, agar mereka sukses. Kami juga sering pindah-pindah karena rumah mengontrak dan sering tidak ada biaya untuk membayarnya. Semua himpitan kehidupan ini tak pernah menyurutkan hati anak-anak untuk terus sekolah" 
      Hati saya renyuh mendengar tuturan ibu itu, saya sedikit menenangkan beliau. Kisah beliau membuat saya merenung bahwa betapa nikmat yang Allah curahkan jarang sekali saya syukuri. Semoga Allah memudahkan dan melapangkan kehidupan ibu itu dan anak-anaknya menjadi generasi yang sukses dunia dan akhirat. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar