Sabtu, 20 Januari 2018

Memaafkan

"Sebagaimana harapnya diri untuk dimaafkan, maka seluas itu pulalah hati untuk mudah memaafkan"

Setiap orang berpotensi untuk berbuat salah dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang segera meminta maaf. Karena itu, setiap diri dituntut pula untuk mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana ia pun pernah berbuat salah.

“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memualiakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab; tentu. Rasul pun bersabda; Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu.”(HR. Thabrani)

Memang memaafkan bukanlah perkara sepele. Namun, bagi mukmin yang hatinya  telah tertaut di syurga maka memaafkan adalah keharusan.

"Pintu-pintu surga akan dibukakan pada hari Senin dan Kamis, lalu Allah akan memberi ampunan kepada siapapun yang tidak menyekutukan-Nya kecuali seorang laki-laki yang berpisah dengan saudaranya. Maka Allah berkata: tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai, tangguhkanlah kedua orang ini hingga ia berdamai, tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai.” (HR. Muslim)
.
.
Terkadang, kita tidak pernah dapat menguatkan kesabaran jika kita tidak pernah diuji. Sebagaimana saat Allah menguji diri dengan menghadirkan seseorang yang dengan ucapan, sikap dan tindakannya melukai hati dan menyoalkan emosi. Maka disaat itulah, kredibilitas keimanan seorang hamba di asessmen oleh-Nya. Menjadi mulia lah diri itu atas kebijaksanaan hatinya untuk memaafkan walau bisa-bisa saja saat itu untuk meluapkan emosi.Tapi keridhoan Allah dan siluet syurga telah meredam emosinya.

Indahnya mukmin itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar