Karya menjadi
bukti kontribusi diri bagi negri dan kemuliaan agama. Segera gesakan mimpi itu
dalam kemah cita-cita yang teramat hebat untuk diupayakan. Jika seorang Theodore
Hertzl dalam mimpi busuk dapat ia rekam
dalam cita-cita agungnya, yakni 50 tahun sejak ia mendeklarasaikan mimpi itu
maka Israel pada tahun 1948 berdiri secara resmi dan penguasaan Yahudi terhadap
Palestina menjadi realita atas izin Allah. Karya kejahatan yang dihembuskan
oleh semangat juang, totalitas dan kedisiplinan untuk menuju keinginan
terlaknat itu telah membuat seorang Theodore Hertzl lega dan tersenyum pulas. Lantas sebagai seorang Muslim yang Allah
adalah penolongnya dan sumber energi paling massif yang mampu menguatkannya,
mesti memiliki mimpi yang lebih agung, lebih besar, lebih fantastis untuk
kemuliaan Agama ini. Sebagai Muslim yang memiliki amanah untuk mengelola bumi
ini menjadi bagian dari semesta yang berkesimbangan dan harmonis, maka tidak
ada waktu rehat selama di dunia ini. Diri itu tidak boleh hanya sebagai
penonton tapi mesti menjadi aktor utama yang memobilisasi penegakan kebenaran
dan pemberangus kebatilan. Memang bukan jalan yang mudah untuk ditempuh, tapi
jalan ini menjanjikan kehidupan yang lebih layak di yaumul akhir. Segenap
gangguan adalah pemandangan indah yang harus dinikmati, setiap aral adalah
teman terhebat untuk menguatkan jiwa dan menumbuhkan kebijaksanaan diri.
Jadikan hadirnya
diri sebagai makna bagi kehidupan orang lain, mampu memotivasi dan memberikan
inspirasi bagi penduduk semesta. Mulai lah dari hal paling sederhana, langkah
kecil yang terus menerus digontaikan pada jalan-jalan kebaikan dan perbaikan.
Dengan harapan baik dan demi keridhoan Allah bahwa satu masa kelak diri itu
menjadi bagian dari catatan sejarah yang diwariskan, termasuk pada kisah-kisah
hebat yang dapat mengubah dan menggubah suatu peradaban dunia Islam yang lebih
indah dan suci.
Sepucuk tekad
yang terus bertumbuhan dalam bara semangat akan menelan rasa letih dan payah dalam
perjuangan mencapai cita-cita yang baik itu. Untuk itu, lakukanlah
urusan-urusan besar, pikirkanlah hal-hal besar, dan ukirlah karya besar yang bermakna. Meski lelah,
panat, dan dalam keadaan yang serba terbatas. Meski memanfaatkan peluang waktu
istirahat yang sejenak, teruslah berjalan dalam langkah pencapaian cita-cita
baik itu. Melahirkan karya yang dimahkotai oleh gesakan cita yang baik dan
cahaya iman yang terang benderang. Jika
bukan diri kita, siapa lagi? Jika bukan sekrang, kapan lagi?. Segera gesakan
cita baik itu, wujudkan karya terbaik untuk persembahan bangsa, Negara, dan
agama.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar